This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 17 Mei 2011

Pemahaman Estetika

Istilah ‘estetika’ di abad ke 17 diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten, melalui buku yang berjudul ‘Aesthetica Acromatica’ (1750). Ada dua bagian estetika yaitu secara deskriptif dan normatif. Estetika deskriptif menguraikan dan menggambarkan tentang fenomena pengalaman keindahan, sedangkan estetika normatif mempersoalkan penyelidikan hakikat, dasar dan ukuran pengalaman keindahan. Aspek-aspek keindahan (beauty) inilah yang sangat berperan di dalam estetika hingga membedakannya dengan aspek-aspek seni (art).



Estetika (aesthetic) perlu dibedakan dengan artistika (artistic) dari sifat dasar yang mempengaruhi daya cipta manusianya. Estetika memilliki sifat obyektif kontekstual, sedangkan seni memiliki sifat subyektif. Arti dari ‘obyektif kontekstual’ bahwa estetika bersifat obyektif, namun bukan obyektif murni untuk semua sudut pandang. Estetika memiliki obyektifitas tertentu bagi manusia yang menilai dalam sudut pandang sama. Seseorang yang menyukai sudut pandang tradisional hampir pasti akan berbeda apresiasi estetikanya dengan seseorang yang menyukai sudut pandang modern. Seseorang yang menyukai hal-hal atraktif dinamis juga akan berbeda apresiasi estetikanya dengan seseorang yang menyukai hal-hal laras dan tenang. Pandangan estetika Barat juga berbeda dengan estetika Asia. Budaya estetik masyarakat empat musim juga berbeda dengan budaya estetik masyarakat dua musim. Alam lingkungan ternyata mempengaruhi pandangan estetik sekelompok masyarakat dengan karakteristik yang spesifik.



Kedinamisan dan keselarasan bentuk alam merupakan pemandangan mutlak yang membawa nilai estetika bagi manusia. Komposisi dan proporsi yang tercapai dari paduan antara gunung, jajaran pepohonan dan hamparan rumput selalu membawa rasa yang menyenangkan bagi manusia. Padang pasir yang luas dan gersang memiliki keindahan dari tiggi-rendahnya perbukitan dengan garis-garis hasil goresan angin. Lautan yang luaspun tidak terlihat membosankan karena berpadu dengan lekuk keindahan awan di atasnya. Saat-saat transisi di mana matahari terbit diwaktu pagi, atau tenggelam di kala senja demikian eksotis mempengaruhi jiwa manusia. Dalam mengungkapkan rasa estetiknya, manusia berusaha meniru alam dan menjadikannya karya-karya yang bersifat imitatif. Baik Plato maupun Aristoteles sependapat bahwa karya estetik merupakan tiruan dari alam dan kehidupan manusia. Seluruh fenomena alam telah mempengaruhi manusia hingga terbit pemahamannya akan kekuasaan yang lebih tinggi darinya. Luasnya alam semesta dan berbagai keunikan bentuk yang mengisinya merupakan limpahan rahmat bagi manusia untuk dinikmati.



Untuk mensyukuri apa yang telah didapatkan di dunia dengan limpahan keindahan alam semesta tersebut, manusia menyampaikannya dengan berbagai penciptaan bentuk. Semenjak manusia hanya menggunakan alam dengan tingal di dalam gua dan berburu, goresan dan pahatan sederhana tentang rasa syukur ditorehkan di dinding tempatnya tinggal. Selanjutnya manusia menyusun dan memahat batu di luar gua sebagai peringatan dan tempat bagi pengucapan rasa syukur tersebut. Ketika manusia mulai menggunakan elemen alam untuk tempat tinggalnya dengan tanah, batu dan kayu; berbagai keindahan dan pengucapan rasa syukur membuat perwujudan bentuk yang beraneka-ragam. Agustinus (354-430) mengajarkan bahwa keindahan merupakan salah satu bentuk yang ada dalam kekuasan Sang pencipta. Bentuk-bentuk menjulang didasari dengan penghargaan terhadap penguasa alam semesta yang berada di atas langit. Ukiran-ukiran tertentu merefleksikan sosok penguasa alam semesta yang dipuja. Tatanan dan orientasi bangunan juga diatur dalam rangka penghargaan kepada sesuatu Yang Maha Tinggi. Ecara berkelompok, manusia memiliki keyakinan tertentu terhadap cara menghargai Sang pencipta. Dengan hubungan kemasyarakatan ini tumbuh budi dan daya manusia yang bersinggungan pula dengan kebersamaan sosial di dalam komunitasnya.



Kebersamaan sosial manusia telah membuat kesepakatan adat dan mempengaruhi kekhas-an penciptaan bentuk beserta ciri keindahan yang spesifik. Estetika pada saat tersebut mulai diarahkan pada hubungan antara satu manusia dengan manusia lainnya. Keceriaan dalam pengukiran dan pewarnaan elemen bangunan ditujukan untuk menyambut orang yang bertamu. Penyediaan beranda dan halaman yang luas digunakan sebagai tempat yang berfungsi untuk menampung banyak orang. Kemegahan tampilan dan perbesaran skala bangunan ditujukan dalam rangka menampilkan status sosial yang tinggi dari pemilik bangunan. Segenap penghayatan keindahan dihubungkan dengan penampilan jati diri dan komunikasi manusia. Manusia telah menjadi subyek dan obyek bagi keindahan. David Hume (1711-1776) menyatakan bahwa keindahan sangat ditentukan oleh sifat manusia yang dipengaruhi oleh kebiasaan dan jati dirinya. Imanuel Kant (1724-1804) menganggap bahwa keindahan memberi fokus yang amat dibutuhkan untuk menjembatani segi-segi teori dan praktek sifat dasar manusia. Teknologi yang semakin berkembang menjadi sebuah peluang bagi aktualisasi pengungkapan jati diri tersebut. Berbagai sifat prinsip dari pemilik bangunan maupun perancangnya tampil secara ekspresif melalui pencapaian pengetahuan produksi bentuk dari elemen-elemen arsitektur.



Eksploitasi alam telah menghasilkan produk-produk yang menunjukkan tingginya kemampuan manusia. Penemuan bahan kaca dan baja telah merubah pandangan estetik dalam perwujudan arsitektur menjadi semakin efektif dan efisien. Penemuan ini juga telah membuat rekayasa struktur yang mampu menampilkan besaran bangunan jauh melebihi skala manusia. Keindahan alam telah dapat diubah oleh manusia dengan keindahan hasil kemajuan teknologi. Kota-kota besar dengan berbagai gedung pencakar langit merupakan representasi lingkungan modern yang demikian maju. Modernitas ini kemudian memunculkan nilai estetika lain yang berorientasi pada individualitas. Sebuah karya estetik menjadi ternilai dari ekspresi individu yang memiliki kemampuan mengungkapan pandangan-pandangannya.John dewey (1859-1952) mengatakan bahwa estetika demikian terpaut dengan kehidupan manusia. Pandangan ini diperkuat dengan pernyataan George Santayana (1863-1952) yang menyatakan bahwa keindahan tidak bersifat obyektif dan identik dengan kesenangan yang dialami manusia, sebuah rasa yang diobyektifkan dan diproyeksikan ke dalam obyek karya.


Secara individual manusia memiliki pemikiran-pemikiran tertinggi tentang idealisme. Benedetto Croce (1866-1952) menghubungkan idealisme manusia dengan intuisi. Menurutnya intuisi adalah gambar yang berada di dalam pikiran manusia, oleh karenanya hasil keindahan juga ditentukan oleh gambaran tersebut. Sebuah karya merupakan alat bantu manusia dalam mengungkapkan sesuatu yang terdapat di dalam pikirannya. Clive Bell (1851-1964) mempopulerkan gagasannya tentang perasaan estetis (aesthetic emotion). Perasaan estetis dibedakan dengan perasaan biasa ketika manusia menjalani kehidupan sehari-hari. Perasaan estetis muncul dan dicari dari pengalaman ketika seseorang berhadapan dengan sesuatu yang sangat berarti.

Rabu, 11 Mei 2011

KONFLIK MONGOL ISLAM DAN KEHANCURAN BAGHDAD

Makalah ini Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Sejarah Islam Di Asia Tengah
Dosen Pengampu : DR. M. A. Karim, MA. MA

Disusun Oleh :
Adi Kuswanto (05120020)
Muntiasih (05120017)

Fakultas Adab
Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Isla
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2008
BAB I
PENDAHULUAN

Ratusan ribu mayat tanpa kepala berserakan dan tumpang tindih memenuhi jalan, parit-parit dan lapangan. Disekitarnya bangunan-bangunan megah dan indah banyak yang tinggal puing-puing dan rerontokan. Asap masih mengepul dari bangunan-bangunan yang dibakar. Tentara dari pangkat rendah sampai tinggi sibuk memenggal kepala ribuan manusia dan kemudian memisahkan kepala yang terpisah dari tubuhnya itu menurut kelompok: kepala wanita, anak-anak, orang tua, dipisahkan satu dari yang lain.sungai dajlah atau Tigrisberubah menjadi hitam deisebabkan tinta ribuan manuskrip yang dilempar ke dalamnya. Perpustakaan, rumah sakit, masjid, madrasah, tempat pemandian dan rumah para bangsawan, toko dan rumah makan semuanya dihancurkan.
Melihat realitas diatas tidak diragukan lagi kebengisan Mongolia dan menjadi kajian daripada para peneliti, begitu juga dalam makalah ini membahas tentang Konflik Mongol Islam dan Kehancuran Baghdad yang dipaparkan secara deskriptif. Mudah-mudahan menarik untuk dikaji bersama.






BAB II
PEMBAHASAN

Deskripsi Wilayah
Asia Tengah merupakan daerah yang membentang dari laut Kaspia di sebelah barat sampai Cina di sebelah timur, dari perbatasan Rusia di sebelah utara sampai perbatasan Pakistan dan Iran di sebelah selatan. Mongolia dan bagian barat Cina termasuk juga ke wilayah Asia Tengah. Masyarakat daerah ini terdiri dari suku-suku Turki di sebelah barat, Mongol di sebelah timur, dan Iran di sebelah selatan. Dalam perjalanan sejarah terjadi percampuran antara suku-suku yang tinggal di sini dan juga suku-suku bangsa lain yang datang dari daerah-daerah lain. Sejak abad ke-10 M sampai dengan abad ke-14 banyak yang berimigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab, begitu juga sebaliknya.
Daerah ini sebagian besar terdiri dari pegunungan dan gurun serta stepa. Sesuai dengan itu, pertanian ladang dan penggembalaan ternak menjadi penghidupan utama. Di masa lampau daerah ini sangat penting dalam sistem perniagaan estafet yang dikenal dengan sebutan jalan Sutra atau sungai Oxus dan Jaxartes, tempat berdirinya kota-kota Bukhara, Samarkand dan Khiva.
Peperangan Dengan Negeri Islam
Sebelum terjadi invasi Mongol, jauh sebelumnya terdapat perkembangan peradaban Islam di Asia Tengah. Perkembangan peradaban Islam di Asia Tengah berkaitan erat dengan perkembangan peradaban Islam di Iran karena wilayah ini sebagai akibat dari penaklukan Arab terhadap Iran dan Transoxania serta perpindahan kalangan pedagang Muslim dan kaum sufi dari wilayah perkotaan ke wilayah padang rumput.
Disisi lain akibat dari kebengisan bangsa Mongol dengan apa yang dicita-citakan dalam tujuan politik liciknya mengakibatkan kehancuran bagi beberapa pemimpin Islam di Asia tengah diantaranya; pertama, ‘Ala al-Din Muhammad yang berusaha membangun kekhalifahan Islam di Iran tetapi oleh Jenderal Hulegu langkah tersebut di anggap sebagai penghinaan karena telah mempersempit wilayah gerak invasinya, akibatnya ‘Ala al-Din Muhammad diserang habis-habisan dan mengalami kekalahan; kedua, putra dari ‘Ala al-Din Muhammad yang bernama Jalal al-Din Mingburnu juga mengalami nasib yang sama yang akibat dari serangan Mongol tak berdaya dan meninggalkan dunia politik menuju dunia sufi sampai mati. Dua tokoh diatas merupakan pemimpin terakhir dari dinasti Khwarazim yang setelahnya riwayat dinasti ini dan Asia Tengah dikuasai oleh penguasa dari timur, orang-orang Mongolia keturunan Jengiz Khan.
Sebenarnya jauh sebelumnya awal permusuhan dan peperangan dengan negeri Islam bermula dari peristiwa tahun 1212 M. pada waktu itu terdapat tiga orang saudagar Bukhara bersama puluhan rombongannya tiba di wilayah Mongol dan menuju Ibukota Karakorum. Entah mengapa, orang-orang Mongol menangkap mereka dan kemudian menyiksanya. Sedangkan barang dagangannya dirampas. Tidak lama setelah peristiwa itu Jengiz Khan mengirim 50 orang saudagar Mongol untuk membeli barang dagangan di Bukhara. Atas perintah Amir Bukhara Gayur Khan, mereka ditangkap dan dihukum mati. Jengiz sangat marah dan merancang menyerbu kerajaan Khwarizmi dan negeri lain di Asia Tengah. Penyerbuat itu baru terlaksana pada tahun 1219, hanya selisih tiga tahun setelah tentara Mongol menaklukkan seluruh wilayah Cina.
Pada tahun 1227 Jengiz Khan meninggal dunia, sebelum seluruh wilayah Khwarizmi dan Asia Tengah berhasil ditaklukkan. Dia digantikan putranya Ogatai (1229-1241 M). dibawah pimpinannya semakin banyak wilayah taklukkan Mongol. Kekuasaan mereka mencapai sungai Wolga dan Polandia. Sebagian besar orang Mongol telah memeluk agama Budha, namun beberapa bangsawan dan istri mereka ada yang memeluk agama Kristen. Pengganti Ogatai adalah Kuyuk (1246-1249 M), dan Kuyuk digantikan oleh Mangu (1251-1264 M), putra sulung Tulul dan Tulul adalah adik bungsu Ogatai. Pada masa kepemimpinan Mangu inilah terjadi konflik dalam keluarga Jengiz Khan. Entah apa sebabnya, pada suatu hari Mangu menuduh Ogul Ghaimi, bekas permaisuri Ogatai yang beragama Kristen, bermaksud menggulingkan kekuasaannya dan menghasud orang Mongol yang beragama Budha melakukan makar. Ogul Ghaimi dihukum mati dan hampir semua keturunan Ogatai dibunuh. Keputusan tersebut didukung oleh Kubilai Khan, yang telah menjadi Kaisar Cina, dan Hulagu, Cucu Ogatai, Kaidu yang menjadi panglima di Subutai, tidak berhasiil melaksanakan niatnya membalas dendam. Ia malah dipaksa menyerahkan wilayah kemaharajaan Kara Kita (Xinjiang, Cina) kepada Mangu. Sejak itu kekuasaan Mangu menjadi bertambah luas.
Sebenarnya serangan terhadap Baghdad tidak pernah terpikirkan oleh Mangu, sebab disamping tentara Abbasiyah masih dianggap kuat dan berbahaya, beberapa ulama’ yang menjadi penasehat penguasa Mongol dapat meyakinkan bahaya serangan tersebut. Penyerbuan ke Baghdad terjadi setelah Mangu memerintahkan Hulagu membasmi istana benteng Alamut dan wilayah yang dikuasai orang-orang Hassasin, yaitu cabang dari sekte Isma’iliyah. Orang-orang Hassasin sangat berbahaya karena sering merampok dan membunuh para saudagar, termasuk saudagar Mongol.
Ketika mendapat perintah saudaranya itu Jenderal Hulagu juga mendapat pesan khus dari istrinya Dokuz Khatun yang beragama Kristen. Dakus Khatun mempunyai hubungan dengan pemimpin pasukan perang salib yang sedang berperang dengan tentara Islam merebut Yerussalem pada waktu itu, dan berkonspirasi dengan misionaris Kristen untuk menghancurkan kaum muslim. Dia meminta kepada suaminya agar setelah menghancurkan benteng Alamut, segera menaklukkan Iran dan Iraq. Demikianlah sebelum menaklukkan dan membasmi pengikut Hassasin di Allamut. Kemudian dari Transoxania berangkat mengepung Baghdad dengan ribuan tentaranya pada bulan Safar 656 H. membuat pasukan kalah telak dan panglima al-daudar sendiri dari kalangan muslimin kepalanya terpisah dengan badannya. Sedangkan sisa pasukannya menyelamatkan diri ke balik tembok ibukota yang kukuh dan sebagian lagi melarikan diri ke Syiria.





Sekilas Cerita Bangsa Mongol Masuk Islam
Masyarakat Asia Tengah terdiri dari suku-suku Turki di sebelah barat dan Mongol di sebelah timur serta Iran di sebelah selatan. Dalam perjalanan sejarah terjadi percampuran antara suku-suku yang tinggal di sini juga suku-suku bangsa lain yang datang dari daerah-daerah. Sejak abad ke-10 M sampai dengan abad ke-14 M suku-suku Turki banyak yang berimigrasi ke wilayah kebudayaan Persia dan Arab, begitu juga sebaliknya pedagang Persia dan para pemimpin Arab berdatangan ke negeri ini. Bangsa Mongol, pada masa Jengiz Khan (abad ke-13) menyerbu ke wilayah ini sampai ke Eropa Timur dan memasukkan kelompok-kelompok Turki yang ada disini dalam pasukan mereka. Akan tetapi, justru orang-orang Mongol ini kemudian terserap dalam budaya Turki Islam.
Secara formal Bangsa Mongol telah memeluk Islam pada akhir abad ke-13 dan awal abad ke-14 yang menjadi kekuatan Muslim paling penting di pusat kawasan-kawasan utama Islam. Akan tetapi, apapun keyakinan resmi mereka terhadap Islam, ideologi utama negara mereka adalah “Mongolisme”, yang bermimpi menaklukkan dunia dan mengagungkan kekuatan kerajaan serta militer Mongol. Seluruh negara dijalankan dengan gaya militer. Raja menjadi Panglima tertinggi dan diharapkan memimpin sendiri anak buahnya, tidak menyerahkan tugas pada wakilnya.
Dalam perjalanan sejarah suatu bangsa sering terjadi sesuatu yang musykil dan tidak pernah terbayangkan. Orang Mongol yang dahulunya merupakan musuh dan seteru sengit orang Islam, pada akhirnya tunduk kepada kepercayaan negeri-negeri yang mereka taklukkan. Tidak lama setelah jatuhnya kota Baghdad itu telah banyak bangsawan dan pemimpin Mongol secara diam-diam memeluk Islam. Pada awal abad ke-14, belum seratus tahun maklumat permusuhan terhadap umat Islam diumumkan oleh founding father mereka Jengiz Khan, sebagian besar orang Mongol di negeri kaum muslimin telah dirasuki agama Islam dan kebudayaan masyarakatnya. Namun demikian, semua itu berjalan dalam proses yang berliku-liku. Sebelum berbondong-bondong memeluk Islam mereka telah menjadi penganut Syamanisme dan Budhisme yang fanatik. Usaha misionaris Kristen untuk mengkristenkan mereka bahkan hampir berhasil lebih dari dua tiga kali. Beberapa pemimpin Mongol bahkan telah menjalin kerja sama dan konspirasi dengan raja-raja Eropa.
Di antara, pemimpin Mongol pertama yang memeluk Islam adalah Barkha Khan (1256-1266 M), cucu Jengiz Khan dari putranya Juchi Khan, yang menguasai Eropa timur dan tengah dan berkedudukan di Sarai, lembah Wolga. Dia dan para pengikutnya memeluk Islam pada tahun 1260 berkat dakwah para ulama’ sufi yang berada di daerah tersebut.pada tahun itu juga Barkha mengirim ribuan tentaranya untuk membantu sultan Baybars di Mesir yang sedang menghadapi serangan Hulagu Khan dan tentara Salib. Dalam pertempuran di Ain Jalut pasukan Hulagu dapat dihancurkan. Sejak itu agama Islam berkembang pesat. Adapun keturunan Hulagu Khan sendiri menempuh jalan berliku-liku sebelum masuk Islam. Ulam’-ulama’ Islam juga tidak hanya bersaing dengan misionaris Kristen, tetapi bersaing pula dengan sesama mereka,
Pengganti Hulagu Khan yaitu Abagha (1265-1282 M) memeluk Kristen berkat bujukan ibunya Dokuz Khatun. Dalam istananya banyak pendeta Kristen tinggal, diantaranya sebagai penasehat politik. Pada tahun 1274, Abagha mengirim utusan khusus menghadiri Konsili Lyon. Dia sering berkirim-kiriman dengan Raja Louis (1266-1270 M) dari Prancis dan Raja Charles I (1268-1285 M) dari Sicilia. Tetapi Malan, Putra Abagha, yang menggantikan ayahnya dan sejak kecil telah memeluk agama Kristen, yaitu Tagudar menjelang dewasa memeluk Islam. Dia menyebut dirinya sebagai Sultan Muhammad Tagudar Khan. Namun karena tindakannya memberi peluang terlalu besar bagi perkembangan Islam, dia diadukan oleh tokoh masyarakat Mongol kepada Kubilai Khan di Khanbalik, Cina. Perebutan kekuasaan segera terjadi di bawah pimpinan Arghun, saudara kandung Tagudar. Dalam peristiwa itu Tagudar mati dibunuh.
Setelah naik tahta, Arghun segera menyingkirkan pembesar-pembesar Islam dari kedudukan penting mereka. Mereka digantikan oleh pembesar beragama Budha dan Kristen. Pengganti Arghun, yaitu Baidu Khan. Pada kepemimpinan Baidu Khan terjadi peristiwa paling bersejarah, putranya yang menggantikan dia, Ghazan Khan walaupun sejak kecil dididik sebagai penganut Budhis yang fanatik, ketika naik tahta menyatakan masuk Islam. Peristiwa tersebut merupakan kemenangan besar Islam.






BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah ini dibuat tentang apa sesungguhnya yang terjadi di Asia Tengah terutama pada masa Mongolia yang telah memberikan sebuah catatan hitam dalam lembaran sejarah peradaban. Dahulunya bangsa Mongol memang dikenal sebagai sebuah bangsa yang memiliki keberanian dan kenekatan yang puncak puncak kejayaannya berada di Tangan Jengiz Khan sampai beberapa generasi dibawahnya. Keberadaan, kekejaman, maupun kebengisan tidak akan terlupakan dalam sejarah peradaban, walaupun cucunya belakangan dianggap dapat menebus kesalahan-kesalahan kakeknya namun hancurnya peninggalan-peninggalan sejarah dalam sebuah peradaban mungkin tidak akan dapat terlupakan.












DAFTAR PUSTAKA
Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam Bagian kesatu & dua. Jakarta, PT RajaGrafindo Persada. Cetakan II, 2000.
Editor: Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta, Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga Bekerjasama Dengan LESFI Yogyakarta.
Karen Armstrong, Islam: Sejarah Singkat. Yogyakarta, Jendela. Cetakan keempat 2003.
http://konflikmongolislam.//jengiskhan.com

FILSAFAT KENABIAN

FILSAFAT KENABIAN

I. PENDAHULUAN
Persoalan kenabian memang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw bahkan relevansinya dipertanyakan, dalam kurun waktu yang lama persoalan tersebut tidak kunjung reda sampai pada hal-hal yang seharusnya tidak boleh diotak-atik oleh manusia tetapi tetap dengan keserakahannya masih dilaksanakan. Kami disini mencoba membahas persoalan kenabian yang sebenarnya sudah basi tetapi tetap menjadi polemik dewasa ini, terutama kami fokuskan persoalan tersebut dari sudut pandang Al-Farabi dan sedikit penjelasan yang menentangnya. Mungkin akan lebih optimal dalam memahami pemikiran Al-Farabi khususnya tentang persoalan kenabian ketika dilihat dalam pembahasan kali ini.
II. PEMBAHSAN
Posisi wahyu dalam Islam sangatlah sentral, tak seorangpun yang mampu membantah kenyataan ini. Berdasarkan kondisi historis maupun normatif, posisi wahyu itu demikian penting dalam mengarahkan, membimbing, dan meletakkan dasar relasi antar manusia dengan realitas transenden yang diyakininya. Wahyu pulalah yang mampu menjadi mediasi strategis bagi proses komunikasi Ilahiyyah antara manusia dengan Tuhannya.
Adapun pengetahuan manusia yang diperoleh melalui wahyu memiliki status yang spesifik, karena seorang penerima pengetahuan melalui wahyu adalah orang yang memiliki otoritas keagamaan tinggi yang sering diistilahkan dengan Nabi.
Pandangn Al-Farabi
Filosof dan Nabi/Rosul mendapat pengetahuan dari sumber yang satu yaitu akal kesepuluh, maka pengetahuan filsafat dan wahyu yang diterima Nabi tidak bisa bertentangan. Akal kesepuluh itu disamakan dengan Malaikat dalam Islam. untuk dapat berkomunikasi dengan akal kesepuluh para filosof menggunakan akalnya sedangkan Nabi menggunakan imajinasi dengan tujuan agar dapat melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh pancaindra dan dari tuntutan-tuntutan badan sehingga ia dapat memusatkan perhatian dan menjadikan hubungan dengan akal kesepuluh.
Dalam perkembangannya terdapat tiga persoalan masalah kenabian :
1. Keraguan dalam soal kenabian didalam Islam
Kaum muslimin dalam kehidupan masyarakatnya, berbaur dengan unsur asing yang banyak menyembuhkan racun dikalangan mereka meskipun mereka tidak meninggalkan sama sekali prinsip agama Islam, tetapi mereka meletakkannya sebagai posisi kritik, keraguan, dan penyesatan.
2. Sikap Al-Farabi terhadap keraguan dan pengingkaran kenabian
Melihat ada keraguan dan pengingkaran kenabian, Al-Farabi menanggapinya bahwa manusia mempunyai hubungan dengan akal kesepuluh melalui jalan imajinasi dan keadaan ini berlaku bagi para Nabi, semua ilham dan wahyu yang disampaikan pada kita merupakan salah satu bekas dan pengaruh imajinasi tersebut.
Imajinasi erat hubungannya dengan kecondongan dan perasaan dan ada pengaruhnya pada gerak pikiran dan kemauan serta mengarahkan pada arah tertentu. Jadi menurut Al-Farabi Nabi dan Filosof adalah dua pribadi shaleh yang akan memimpin Negeri utama, dimana keduanya dapat berhubungan dengan akal kesepuluh yang menjadi sumber syari’at dan aturan yang diperlukan bagi kehidupan Negeri itu.
Akan tetapi analisa Al-Farabi mendapat kritikan dari A. Hanafi, M.A yang mengemukakan :
o Teori Al-Farabi telah menempatkan Nabi dibawah Filosof karena pengetahuan yang diperoleh melalui pikiran lebih tinggi daripada yang diperoleh melalui imajinasi.
o Apabila seorang Nabi dapat berhubungan dengan akal kesepuluh melalui pikiran dan renungan maka artinya kenabian menjadi semacam ilmu pengetahuan yang bisa dicapai oleh setiap orang atau menjadi perkara yang bisa dicari.
o Tafsiran psikologis terhadap wahyu banyak berlawanan dengan Nas-nas Al-Qur’an.
3. Pengaruh teori kenabian Al-Farabi
Teori ini mula-mula berpengaruh pada Ibn Sina yang secara ikhlas dan memaparkan dalam bentuk yang benar-benar mirip dengan apa yang dikatakan Al-Farabi, kemudian Ibn Rusyd yang juga mendukung dan tidak memprotes apa yang dikatakan dalam masalah kenabian dari sudut pandang Al-Farabi, begitu juga aliran Mu’tazilah yang mengangkat akal diatas agama lantas kemudian aliran Asy’ariyyah.
Adapun sumber dan pendorong atas kepercayaan Al-Farabi ini berasal dari problematika wahyu yang telah berkobar didunia Arab. Sejak Nabi Muhammad memulai dakwahnya, Al-Farabi meyakini bahwa teori Islam tentang wahyu dan cara-cara untuk meraihnya adalah mudah dan jelas. Karena malaikat yang menjadi penghubung antara Nabi dan Tuhannya kecuali pada Mi’raj.
Sebelum memulai dakwahnya Muhammad pernah bermimpi yang menunjukkan urgensi sebagai khas kenabiannya dan sebagai berita gembira bahwa akan mengemban risalah :” mimpi yang benar adalah sebagian dari 46 bagian kenabian”. Dan didalam Al-Qur’an terdapat satu surat yang secara sempurna menjelaskan tentang mimpi dan pengaruhnya didalam menerima berita ghaib, yaitu surat Yusuf.
Begitu juga dalam kitab Injil, nama Nabi Muhammad saw sebagai bukti tentang kenabian beliau. Sekelompok orang Kristen yang shaleh menerima hal itu. Setiap kali membaca Injil dan setiap kali sampai pada kalimat yang memuat penjelasan tentang Muhammad, mereka akan menundukkan kepala. Menghormati beliau dan mencium tulisan namanya. Demikian, mereka terbebaskan dari segala macam penderitaan dan duka. Sebaliknya mereka yang mencela nama Muhammad selalu menderita. Demikian mulianya Muhammad atas kenabiannya.
III. PENUTUP
Demikianlah, mudah-mudahan persoalan kenabian yang telah kita bahas bersama dapat membawa manfaat bagi kita khususnya ketika mencari sebuah kebenaran dalam kemajemukan. Sebenarnya persoalan tersebut sudah basi tetapi masih relevan untuk dibicarakan terutama dikalangan Kampus guna menggapai keyakinan yang sempurna.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Anand Krishna, Masnawi : Bersama Jalaluddin Rumi Menggapai Langit Biru Tak Berbingkai. Jakarta :Gramedia Pustaka, 2001
Ahmad Mustafa, Filsafat Islam : Fakultas Tarbiyah, Dakwah, dan Usuluddin Komponen MKDK.Bandung : Pustaka Setia, 1997
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta :Bulan Bintang,1907
Ibrahim Mazdkour, Filsafat Islam : Metode dan PenerapanJakarta : Rajawali Press, 1991
Pradana Boy ZTF, Islam Dialektis Membendung Dogmatisme Menuju Liberalisme, Malang : UMM Pres, 2005

Mengembangkan ilmu lewat tarikat






Sabtu, 29 Januari 2011

MENGEMBANGKAN ILMU LEWAT TARIKAT

Nama : Adi Kuswanto
NIM : 05120020
Smt/Jur/Kls : IV/SKI/A

Berjarak lima ratus meter sebelum memasuki areal Pondok Pesantren Cabean, banyak pemandangan bisa dilihat disana. Di sebelah kiri jalan berjajar rambu lalu lintas yang tidak lazim di tempat umum. Rambu-rambu itu berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hijau dan tulisan putih. Semuanya seragam.
Tapi jangan kaget soal isi rambu, bukan larangan parkir, larangan menyeberang atau larangan yang lain, tapi semuanya menganjurkan beribadah dengan memperbanyak bacaan. Rambu-rambu itu bertuliskan huruf Araf. Makanya ada yang bilang masuk lokasi Pondok Cabean yang terletak di Desa Cabean Kraton Kabupaten Pasuruan itu seperti berada di Negri Arab, karena seluruh rambunya berhuruf Arab. Rambu-rambu itu berisi anjuran berzikir, membaca lafadz Allah Allah, istighfar, shalawat, basmalah, dsb. Luar biasa memang.
Lebih seru lagi, tulisan-tulisan itu tidak hanya berada di tepi-tepi jalan, tapi turut serta menghiasi seluruh bangunan tembok. Mulai dari pagar, tembok depan, kamar tamu, ruang pertemuan, kamar mandi, masjid, ruang kelas, rumah kiai, dan seluruh bangunan lainnya. Semuanya tak lepas dari lukisan dan anjuran berzikir.
Di sebelah, satu ruang sekolah pondok putrid misalnya, seluruhnya dikelilingi lukisan bambu dan taman-taman indah. Dibagian atas dipenuhi dengan belasan khat Arab dengan berbagai anjuran. Ada basmalah yang harus dibaca 786 kali, ada shalawat yang harus dibaca 1.000 kali, ya Fattah ya razzaq di baca 1.000 kali, ya hayyu ya qayyum di baca 1.000 kali, hauqalah dibaca 300 kali, fatihah di baca 100 kali, Allah Allah di baca 1.000 kali, dsb. Masih banyak lagi pemandangan yang tak lazim itu, tentu saja akan membuat kagum bagi mereka yang belum pernah menyaksikannya, mengasyikkan memang.
Tampaknya, penuhnya dinding pondok dengan anjuran berzdzikir itu sekaligus menjadi ciri khas pondok Cabean, yang saat ini mengasuh seratusan santri putra dan 300 santri putri. Meskipun Kiai. HJ. Aly Bahruddin, pengasuh pondok pesantren Cabean mengakui semula hal itu berangkat dari ketidak sengajaan belaka.
Konon menurut Kiai Aly, ada salah seorang warga yang datang ke pondoknya. Ia mengadukan anaknya yang memiliki hoby melukis di rumah-rumah orang Cina dan di gedung-gedung bioskop. Orang tua itu tampak resah, karena semakin lama anaknya semaikn menjauh dari nilai-nilai agama. Oleh Kiai Aly anak itu disarankan untuk dibawa ke pondok Cabean yang diasuhnya untuk belajar agama.
Setiba di pondok Cabean, ia diperlakukan khusus. Agar bisa tetap betah di pondok, ia diberi kebebasan mengembangkan bakatnya melukis, dengan biaya dari pondok. Santri itu dipersilahkan melukis sepuas hatinya dengan gambar apa saja dan diletakan dimana saja di areal pondok, asalkan bukan gambar binatang dan manusia.
Dan ternyata lukisan hasil karya santri ini benar-benar memukau banyak orang. Banyak yang terperanjat dengan keindahan lukisannya yang tampak benar-benar hidup. Lokasi pun diperlebar. Jika semula hanya melukis di satu gedung, akhirnya terus berkembang hingga di gedung-gedung yang lain. Dan tak lupa sebagian santri diminta untuk membantu. Ada yang meneruskan, ada yang kebagian membersihkan lokasi, ada yang mengaduk cat, dsb. Tak lama setelah menorehkan banyak lukisan di dinding pondok, santri istimewa itupun wafat.
Beruntung, para santri yang biasanya mendampingi dan melayani kebutuhan santri pelukis, sedikit demi sedikit sudah diajari cara melukis. Mereka pun melanjutkan bakat itu. Dan akhirnya bakat itu menjadi turun temurun antar santri Cabean. Hingga kini, tak satupun dinding pondok Cabean yang tersisa dari lukis.

Mengembangkan Ilmu Lewat Tarekat
Tarekat ternyata bukan monopoli kaum tua. Anak-anak muda belia pun bisa melakukannya oleh para santri di pondok pesantren Al-Taqwa Cabean. Mereka sejak dini sudah diwajibkan mengikuti Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah, yang berpusat di Cukir, Jombang sebagaimana Kiai mereka.
Menurut Kiai. Hj. Aly para santri di pondoknya sengaja dikenalkan tarekat sejak dini, agar para santri kelak menjadi orang yang cerdas dan berperilaku benar. Sebab saat ini diakui mencari orang yang berperilaku benar semakin sulit. “Kalau hanya mencari orang pintar sudah terlalu banyak jumlahnya”. Kata Kiai Aly.
Oleh karena itulah sejak awal mereka sudah dibiasakan dengan wirid-wirid tertentu untuk membersihkan hati. Sebagaimana dalam ajaran tarekat, pada tempat-tempat tertentu di dalam tubuh manusia seringkali menjadi tempat mangkal setan. Setan-setan itu bisa digembur dari posisinya dengan wirid yang memiliki metode tersendiri. Dan metode itu sudah digariskan oleh para guru mursyid tarekat secara turun temurun dan diyakini juga menyambung kepada Rasulullah Saw.
“Dulu anak pintar dan kreatif, sekarang malah nakal-nakal, bebal, dan susah diatur. Makanya mental mereka perlu dibenahi lewat tarekat agar hatinya menjadi jernih, pikiran mereka bersih, dan ilmunya bermanfaat”.
Masih menurut Kiai yang juga aktif di tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah ini, anak perlu dibiasakan dengan wirid-wirid tarekat sejak usia dini. Supaya mereka selalu ingat, perlu ditulis besar-besar disetiap sudut pondok. Karena dengan banyak melihat, diyakini akan banyak mengingat, dan dengan banyak mengingat akan diyakini akan banyak sadar. Paling tidak menurut Kiai Aly, dengan mata melihat tulisan itu saja sudah termasuk ibadah. Belum lagi nanti akan berfikir. Lalu membaca, dan menghayati. Sekurang-kurangnya tangan yang menuliskan juga beribadah dan tempatnya nanti akan menjadi saksi di Akhirat. Telah dipakai untuk kebenaran. Makanya mata perlu dibiasakan melihat tulisan-tulisan semacam itu agar hatinya tergugah dan bibirnya mau membaca dzikir sebanyak mungkin.
Ternyata dzikir-dzikir yang diajarkan dalam tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah, menurut Kiai Aly, memiliki makna tersendiri. Selain untuk membersihkan hati yang kotor, mencerdaskan pikiran, dan agar ilmunya bermanfaat, dzikir-dzikir dalam tarekat ternyata berbeda dengan dzikir pada umumnya. Sekalipun bacaannya sama, namun bacaan dalam tarekat memiliki berbeda kwalitas. Selain diyakini sebagai ijazah guru yang sudah turun temurun, guru tarekat ibarat dokter yang telah mengerti dosis obat pasien. Logikanya, sekalipun obatnya sama, jika tidak mengerti ukuran dosis pemakaian juga berbahaya.”kalau dalam tarekat para guru yang akan membimbingnya”.
Sekalipun demikian, pondok tetap menyediakan sarana belajar untuk para santrinya. Hingga kini pondok Cabean mengelola unit pendidikan dari TK, MI, MTS, dan MA. Namun tidak ada keharusan untuk mengikuti dua pendidikan. Bagi yang mampu dipersilahkan sekolah dobel.



Bambu Dan Warna Hijau
Bila diamati lebih jauh lukisan pemandangan yang ada di seluruh dinding pondok Cabean banyak dihiasi gambar bambu dengan paduan dominan warna hijau. Kiai Aly Bahruddin tak menampik dominasi keduanya. Menurut alumnus pondok pesantren Sidogiri itu, bambu memang memiliki makna tersendiri dibandingkan pohon-pohon yang lain. Bila diamati labih jauh, ternyata seluruh bagian bambu bisa dimanfaatkan orang, termasuk bambu mudanya.
Kedua, bambu juga memiliki tuah tersendiri. Makanya semasa perjuangan melawan penjajah, para Kiai menggunakan bambu runcing sebagai senjata. Dalam dunia mistik juga dikenal ada nama pring temu rose yang diyakini memiliki tuah tersendiri. Dari situlah diharapkan para santri nantinya memiliki sifat-sifat bambu yang banyak memberikan manfaat bagi orang lain.
Tentang dominasi warna hijau, menurut Kiai Aly, karena warna hijau itulah kesukaan Rasulullah semasa hidupnya. Paduan warna hijau dan putih, memiliki banyak keistimewaan, diantaranya untuk menguatkan mata, mencerdaskan pikiran, dan menambah awet muda.

BAGI sebagian besar orang, Atlantis adalah sebuah benua yang hilang, rumah pertama peradaban, tanah terang dan keemasan yang diterbangkan oleh serangkaian puncak kekuatan ledakan. Ia kemudian terbaring lelap di dasar samudra, dengan pucuk-pucuk pegunungannya menjulang dari alas laut. Bagi sebagian orang lagi, Atlantis lebih dipandang sebagai legenda ketimbang fakta.

Legenda itu ”dibangun” oleh Plato, filsuf Yunani, sebagai latar belakang dua dialognya yang terkenal. Bangunan itulah yang kemudian dikembangkan para romantikus besar melalui perjalanan abad. Tapi, ada juga yang menganggap Atlantis sebagai tonggak yang nyata dari awal peradaban. Ia didokumentasikan di lokasi yang berbeda-beda, namun tetap di sekitar Samudra Atlantik.

Namun, di dalam hampir semua ensiklopedia, Atlantis tak lebih dari sebuah dongeng. Ia tak pernah dirujukkan ke dalam catatan sejarah mana pun. Tapi, ”Betapapun, para geolog dan oseanografer seolah bersetuju bahwa ‘sesuatu’ yang menyerupai benua pernah hadir di sekitar Atlantik,” tulis Charles Berlitz di dalam bukunya, The Mystery of Atlantis, yang terbit pada 1976.

Misalkan pun Atlantis hanya dongeng, ia adalah dongeng yang hidup sampai masa kini. Lebih dari 5.000 buku telah ditulis tentang benua yang raib ini. ”Atlantis, sepertinya, tetap merupakan bagian dari kebudayaan kita –terserah kita percaya atau tidak,” tulis Berlitz. ”Ia menginspirasi karya klasik, mempengaruhi sejarah, bahkan menyumbang bagi penemuan dunia baru.”

Nama Atlantis muncul dalam dua dialog yang ditulis Plato pada abad ke-4 Sebelum Masehi (SM), Timaeus dan Critias. Dialog ini bercerita tentang kunjungan Solon ke Mesir. Di negeri itu Solon menemukan, para pendeta Mesir kuno di Sais pernah menulis catatan tentang keberadaan ”sebuah pulau benua di bawah Pilar-pilar Hercules” –nama purba untuk Gibraltar.

Negeri itu dideskripsikan sebagai jantung sebuah imperium yang besar dan menakjubkan. Penduduknya banyak, kota-kotanya beratapkan emas. Ia mempunyai armada besar dan pasukan tentara yang masif untuk melakukan invasi dan penaklukan. Lebih jauh Plato melukiskan, negeri itu lebih besar dari Libya dan Asia digabungkan jadi satu. Dan namanya adalah Atlantis.

Pulau Raksasa di Seberang Mediterania

MENURUT Plato, Atlantis tenggelam 9.000 tahun sebelum masanya. Jadi, sekitar 11.600 tahun yang silam. Di dalam Critias dinarasikan, gempa dan banjir yang kejam telah menenggelamkan benua itu hanya dalam sehari semalam. Tetapi, sejak awal ”tesis” Plato sudah mengutubkan dua kelompok: yang percaya dan yang tidak percaya terhadap ”penemuan” itu.

Aristoteles, bekas murid Plato yang hidup pada 384-322 SM, tercatat sebagai salah seorang pertama yang tidak percaya pada sang guru. Anehnya, dia sendiri menulis tentang sebuah pulau besar di Samudra Atlantik, yang oleh orang-orang Cathaginia disebut ”Antilia”. Pada abad ke-4 SM, Krantor, murid Plato yang lain, malah mengaku menyaksikan sisa tiang peninggalan Atlantis.

Herodotus, ahli sejarah berkebangsaan Yunani yang hidup pada abad ke-5 SM, juga meninggalkan beberapa naskah rujukan yang menyebut keberadaan kota misterius di Samudra Atlantik. Walau tidak secara eksplisit menyebut Atlantis, Herodotus menyebut nama bangsa yang memiliki kesamaan bunyi dengan Atlantis, semisal ”Atarantes” dan ”Atalantes”.

Sebagian penulis terkemuka masa silam, yang yakin terhadap kebenaran legenda benua hilang ini, enggan menyebut nama Atlantis. Alih-alih, mereka menyebut benua itu dengan nama Poseidonis. Nama ini diambil dari nama Poseidon, Dewa Laut dan penguasa Atlantis. Plutarch, penulis yang hidup pada 46-120 Masehi, juga menceritakan adanya benua semacam Atlantis. Ia menyebutnya ”Saturnia”.

Tapi, dari ribuan karya tertulis tentang Atlantis, ada satu yang tak bisa tidak harus disebut dalam setiap perbincangan tentang Atlantis, yaitu buku Atlantis–Myths of the Antediluvian World karya Ignatius Donnelly. Jika karya Plato, Timaeus dan Critias, memperkenalkan keberadaan Atlantis, buku karya Donnelly yang terbit pada 1882 ini boleh dikata memicu ”gerakan” pencarian Atlantis.

Donnelly percaya, pada masa lalu di Samudra Atlantik, berseberangan dengan mulut Laut Mediterania, benar-benar pernah terdapat pulau raksasa. Menurut Donnelly, deskripsi Plato tentang pulau ini sama sekali bukan dongeng, melainkan fakta yang bisa dilacak kebenarannya lewat pendekatan keilmuan. Pendekatan inilah yang membedakan buku Donnelly dengan karya tentang Atlantis yang ada sebelumnya.

Surga Dunia di Samudra Barat

YANG menarik, Donnelly berteori bahwa Atlantis adalah peradaban pertama yang dimiliki umat manusia. Atlantis pula yang merupakan kekuatan kolonial yang mengajarkan peradaban ke seluruh pesisir dan daratan di seputar Atlantik. Tak hanya berhenti di situ, Donelly mengungkapkan, Atlantis pula yang menularkan peradaban ke Mediterania, Kaukasus, Amerika Selatan dan Utara, bahkan hingga Baltik dan Asia Tengah.

Maka, sangat wajar jika dalam argumen Donnelly, seluruh mitologi yang dikenal di Mesir serta Peru adalah perwujudan dari agama bangsa Atlantis, yaitu mengabdi matahari. Aksara Phoenicia, ibu dari seluruh alfabet bangsa Eropa, juga dipandang Donnelly sebagai keturunan langsung dari aksara yang digunakan penduduk Atlantis.

Donnelly juga merujuk pada sebab-sebab alamiah untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan banjir besar yang menenggelamkan Atlantis. Sebagai contoh bahwa tenggelamnya sebuah daratan yang luas pernah terjadi dalam sejarah, Donnelly memadankan gempa bumi yang menenggelamkan sebagian Sisilia dan 2.000 mil persegi daratan di Lembah Indus.

Sebagian argumen ilmiah yang dikemukakan Donnelly dalam bukunya terbukti usang, sejalan dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Tapi, preposisi dasar yang dikemukakannya tetap menjadi asas kepercayaan para pencari dan fanatisi Atlantis –kaum yang percaya keberadaan Atlantis. Salah satunya adalah kesamaan legenda tentang sebuah surga di Samudra Atlantis, yang secara bersamaan hidup dalam mitos kuno berbagai bangsa.

Mereka yang percaya pada Atlantis memang yakin, jika benua hilang itu benar-benar ada, pastilah kenangan tentangnya hidup di benak bangsa-bangsa di kedua sisi Samudra Atlantik. Ternyata, catatan tertulis dan dongeng di berbagai bangsa seolah membenarkan keyakinan ini. Kaum Welsh, nenek moyang bangsa Inggris, misalnya, selalu menunjuk ”samudra di sebelah barat” setiap membincangkan surga dunia.

Kaum Welsh menyebut surga itu ”Avalon”. Bangsa Babylonia juga menempatkan surga dunia mereka di ”samudra barat”, dan menamakannya ”Aralu”. Bangsa Mesir kuno menunjuk ”kediaman para jiwa” di sebuah tempat jauh di barat, di tengah-tengah samudra. Bangsa Mesir menyebut tempat itu dengan berbagai nama: ”Aaru” atau ”Aalu”, atau ”Amenti”.

Banjir Kiriman Dewa Hurakan

BANGSA Celtic, nenek moyang bangsa Spanyol, dan kaum Basque, juga punya tradisi yang menyebut bahwa kampung halaman mereka ada di samudra sebelah barat. Bangsa Gauls di Prancis, terutama suku bangsa di sebelah barat, punya legenda bahwa nenek moyang mereka datang mengungsi dari tengah samudra barat, sebagai akibat bencana yang menghancurkan negeri asalnya.

Suku-suku kuno di Afrika juga punya cerita dalam tradisi mereka yang menyebut adanya ”benua” di sebelah barat Afrika. Suku-suku Afrika ini menyebut bangsa penghuni daratan itu sebagai ”Atarantes” dan ”Atlantioi”. Sementara pada seberang lain Samudra Atlantik, di Kepulauan Canary, ada suku penghuni gua kuno yang menyebut diri ”Atalaya”. Mereka pun punya dongeng tentang tenggelamnya Atlantis.

Sementara itu, bangsa-bangsa Arab memiliki legenda tentang kaum ”Ad” yang musnah dihancurkan banjir yang dikirim Tuhan sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Bahkan, menurut Charles Berlitz, para fanatisi Atlantis percaya adanya kemungkinan bahwa Adam (Ad-am) tidaklah merujuk pada manusia pertama, tapi ras pertama.

Di Amerika Selatan dan Amerika Utara, mayoritas suku Indian punya legenda yang menceritakan bahwa nenek moyang mereka adalah manusia super yang datang dari arah timur. Bangsa Aztec, misalnya, melestarikan nama ”Aztlan”, negeri asal nenek moyang mereka, sebagai nama suku. Quetzalcoatl, dewa kaum Aztec dan bangsa Meksiko, disebut sebagai laki-laki kulit putih yang penuh cambang.

Dewa ini, menurut legenda, datang ke Lembah Meksiko dari tengah samudra untuk mengajarkan peradaban baru. Dalam kitab suci bangsa Quiche Maya, terdapat kisah tentang negeri di timur, tempat nenek moyang kaum Quiche Maya sempat hidup dalam surga ideal ”kala kaum putih dan hitam hidup dalam perdamaian sejati”, sebelum dewa Hurakan (Hurricane) marah dan mengirimkan banjir ke bumi.

Kepercayaan, atau legenda, tentang adanya banjir besar yang memusnahkan peradaban juga menjadi alasan lain yang menyebabkan banyak orang meyakini keberadaan Atlantis. Hampir seluruh peradaban memang memiliki legenda tersendiri tentang banjir besar yang menghancurkan, yang menyisakan sebagian kecil orang yang selamat untuk melanjutkan kehidupan di tempat lain.

Piramida Bertaburan di Amerika Tengah

DALAM bentuk yang sedikit berbeda, legenda semacam ini hidup pada bangsa-bangsa Babylonia, Persia, Mesir, Yunani, Italia, Cina, India, dan hampir seluruh bangsa Asia. Legenda tentang banjir ini bahkan juga hidup di kalangan Indian Amerika. Pada banyak suku Indian, malah hidup legenda bahwa nenek moyang mereka datang dari timur, dengan kapal yang selamat dari banjir besar.

Tapi, tak hanya legenda yang membuat argumen Atlantis sebagai asal peradaban laku dipercaya. Temuan-temuan arkeologis besar sempat membuat teori ”asal tunggal peradaban” ini makin kuat. Beberapa peradaban kuno ternyata memiliki kemiripan, padahal letak mereka begitu berjauhan. Lihat saja kemiripan antara piramida di Mesir dan piramida-piramida di belahan lain Samudra Atlantik.

Temuan arkeologis menunjukkan, betapa Amerika Tengah ternyata penuh dengan piramida. Bangsa Toltec, bangsa Aztec, bangsa Teotihuacan, dan bangsa Maya, semua memiliki piramida. Lalu, siapa yang membangun piramida-piramida itu? Apa hubungannya dengan piramida Mesir yang bentuk serta teknologinya sangat mirip?

Bangsa-bangsa yang terpisah jarak begitu jauh ini ternyata memiliki kesamaan begitu besar. ”Di Mesir terdapat piramida, di Meksiko juga ada. Tentu muncul dugaan bahwa kedua jenis piramida itu berasal dari sumber yang sama,” kata Dr. Ken Feder, arkeolog pada Central Connecticut State University, dalam ”Atlantis Uncovered”, program spesial televisi BBC, yang ditayangkan 28 Oktober 1999.

Tak hanya itu, ilmu pengetahuan juga harus bisa menjelaskan, mengapa beberapa peradaban yang terpisah jauh itu sama-sama menulis dengan hieroglif. Juga menjelaskan, mengapa kebudayaan-kebudayaan itu bisa memiliki pemahaman astronomi dan keagamaan yang begitu mirip. Bagi Ignatius Donnelly dan pengikutnya, yang percaya pada asal-usul tunggal peradaban, jawaban pertanyaan itu jelas belaka.

Semua membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. Teori Atlantis ini memang sangat masuk akal. Dan bukan hanya kaum awam yang percaya. Kepada BBC, Dr. Ken Feder menceritakan bahwa setiap tahun, empat dari lima mahasiswa arkeologi di kelasnya percaya bahwa Atlantis kemungkinan besar memang pernah ada.

Bukti-bukti Baru Terus Bermunculan

NAMUN, secara umum, para arkeolog ternama kini tetap memandang teori Atlantis sebagai isapan jempol. Semua keraguan itu bermula dari revolusi yang terjadi pada ilmu arkeologi pada 1950-an. Pada dekade itu, ditemukannya teknologi carbon dating boleh dikata telah mengubah secara dramatis cara arkeolog memandang peninggalan masa lalu.

Dengan carbon dating, untuk pertama kalinya para arkeolog dan saintis bisa menetapkan usia pasti peninggalan arkeologis dengan menguji unsur kimiawi sampel situs itu. Hasil penelitian carbon dating ternyata menunjukkan bahwa piramida-piramida yang dipisahkan jarak di kedua sisi Samudra Atlantik itu dibangun pada masa yang tak berdekatan.

Para arkeolog juga menemukan bahwa piramida Mesir dan piramida Maya dibangun dengan cara dan teknik yang sama sekali berbeda. Adapun soal bentuk? Jawabannya –menurut para arkeolog– sederhana saja: insinyur-insinyur pada dua peradaban itu belum mengenal teknologi kubah untuk membangun konstruksi ekstra tinggi. Bentuk piramida adalah konstruksi paling sederhana yang mereka kenal.

Jika piramida tak bisa membuktikan kebenaran teori Atlantis Donnelly, bagaimana dengan tulisan hieroglif pada kebudayaan Maya dan Mesir kuno? ”Kalau bisa membaca hieroglif Mesir kuno, apakah Anda bisa membaca sembarang hieroglif Maya? Jawabannya: tidak. Dua kebudayaan tulis itu sama sekali tak punya simbol dan teknik yang sama,” kata Dr. Ken Feder.

Apa pun bukti dan teori yang dikemukakan para arkeolog untuk menisbikan teori Atlantis, jumlah mereka yang percaya ternyata tak pernah berkurang. Bukti-bukti baru mengenai keberadaan Atlantis pun terus bermunculan. Pada 1968, misalnya, Dr. Manson Valentine menemukan reruntuhan yang kemudian ternama dengan sebutan ”Bimini Road”.

Jalan Bimini itu adalah sejumlah tembok, fondasi, jalan, dan dermaga yang tersembunyi di kedalaman, di sebelah timur Bimini Utara. Temuan itu sekali lagi menyebabkan kontroversi keberadaan Atlantis menjadi pembicaraan ramai. Bagi para saintis penentang teori Atlantis, ”Bimini Road” tak lebih dari sekumpulan karang dan bebatuan laut biasa.

Perdana Menteri Inggris Mencari Atlantis

TAPI, bagi mereka yang percaya, tak mungkin ada bebatuan laut yang membentuk pola-pola sedemikian rapi, dalam skala yang begitu besar. Juga, apakah mungkin ada sekumpulan bebatuan laut yang secara kebetulan memiliki bentuk semacam tiang-tiang besar sejenis di bawah permukaannya? Bagi kaum yang percaya, ditemukannya ”Bimini Road” adalah kebenaran ramalan Edgar Cayce.

Edgar Cayce adalah seorang paranormal asal Virginia, Amerika Seriukat, dan periset fenomena-fenomena supranatural yang meninggal pada 1945. Pada masa hidupnya, Edgar Cayce telah melakukan ratusan wawancara dengan ”alam gaib” serta amatan spiritual yang membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. Uniknya, pada 1940, Edgar Cayce telah meramalkan penemuan Jalan Bimini oleh Dr. Manson Valentine.

”Poseidia akan menjadi bagian Atlantis yang paling awal muncul ke permukaan bumi. Pada 1968 paling terlambat,” kata Edgar Cayce. Paranormal ini juga telah menyebutkan bahwa Poseidia, bagian paling barat dari Atlantis, akan muncul di dekat Bimini. Menurut Edgar Cayce, bagian yang muncul di kedalaman 18.000 kaki di Bimini adalah titik tertinggi dari benua hilang yang tenggelam itu.

Layaknya sebuah legenda, kebenaran Atlantis boleh jadi akan selalu menjadi misteri. Yang jelas, sebagai legenda, keberadaan Atlantis telah mempengaruhi banyak figur besar dalam sejarah. Menurut Charles Berlitz, dalam The Mystery of Atlantis, Christopher Columbus pun terpengaruh oleh legenda ini. Ia termasuk tergoda mencari ”Antilia”, nama lain Atlantis, sebelum akhirnya menemukan Amerika.

Pada akhir abad ke-19, William Gladstone, Perdana Menteri Inggris pada pemerintahan Ratu Victoria, sempat secara resmi meminta parlemen menyiapkan undang-undang yang menjamin penyediaan dana bagi ekspedisi pencarian Atlantis. Namun, permintaan Gladstone itu ditolak sebagian besar anggota parlemen, yang tak bisa mengerti antusiasme perdana menteri ini.

Legenda Atlantis ternyata juga merupakan sumber ideologi Nazi. Walau jarang diungkap, kepercayaan Nazi bahwa ras Arya adalah ras paling mulia jelas-jelas didasarkan pada legenda Atlantis. Dalam dokumen-dokumen rahasia Nazi tertulis jelas bahwa Heinrich Himmler, pemimpin SS, satuan elite Nazi, pernah meminta para ilmuwan Jerman untuk membuktikan bahwa ras Arya adalah keturunan langsung dari ras super penghuni Atlantis.

Benua yang hilang

BAGI sebagian besar orang, Atlantis adalah sebuah benua yang hilang, rumah pertama peradaban, tanah terang dan keemasan yang diterbangkan oleh serangkaian puncak kekuatan ledakan. Ia kemudian terbaring lelap di dasar samudra, dengan pucuk-pucuk pegunungannya menjulang dari alas laut. Bagi sebagian orang lagi, Atlantis lebih dipandang sebagai legenda ketimbang fakta.

Legenda itu ”dibangun” oleh Plato, filsuf Yunani, sebagai latar belakang dua dialognya yang terkenal. Bangunan itulah yang kemudian dikembangkan para romantikus besar melalui perjalanan abad. Tapi, ada juga yang menganggap Atlantis sebagai tonggak yang nyata dari awal peradaban. Ia didokumentasikan di lokasi yang berbeda-beda, namun tetap di sekitar Samudra Atlantik.

Namun, di dalam hampir semua ensiklopedia, Atlantis tak lebih dari sebuah dongeng. Ia tak pernah dirujukkan ke dalam catatan sejarah mana pun. Tapi, ”Betapapun, para geolog dan oseanografer seolah bersetuju bahwa ‘sesuatu’ yang menyerupai benua pernah hadir di sekitar Atlantik,” tulis Charles Berlitz di dalam bukunya, The Mystery of Atlantis, yang terbit pada 1976.

Misalkan pun Atlantis hanya dongeng, ia adalah dongeng yang hidup sampai masa kini. Lebih dari 5.000 buku telah ditulis tentang benua yang raib ini. ”Atlantis, sepertinya, tetap merupakan bagian dari kebudayaan kita –terserah kita percaya atau tidak,” tulis Berlitz. ”Ia menginspirasi karya klasik, mempengaruhi sejarah, bahkan menyumbang bagi penemuan dunia baru.”

Nama Atlantis muncul dalam dua dialog yang ditulis Plato pada abad ke-4 Sebelum Masehi (SM), Timaeus dan Critias. Dialog ini bercerita tentang kunjungan Solon ke Mesir. Di negeri itu Solon menemukan, para pendeta Mesir kuno di Sais pernah menulis catatan tentang keberadaan ”sebuah pulau benua di bawah Pilar-pilar Hercules” –nama purba untuk Gibraltar.

Negeri itu dideskripsikan sebagai jantung sebuah imperium yang besar dan menakjubkan. Penduduknya banyak, kota-kotanya beratapkan emas. Ia mempunyai armada besar dan pasukan tentara yang masif untuk melakukan invasi dan penaklukan. Lebih jauh Plato melukiskan, negeri itu lebih besar dari Libya dan Asia digabungkan jadi satu. Dan namanya adalah Atlantis.

Pulau Raksasa di Seberang Mediterania

MENURUT Plato, Atlantis tenggelam 9.000 tahun sebelum masanya. Jadi, sekitar 11.600 tahun yang silam. Di dalam Critias dinarasikan, gempa dan banjir yang kejam telah menenggelamkan benua itu hanya dalam sehari semalam. Tetapi, sejak awal ”tesis” Plato sudah mengutubkan dua kelompok: yang percaya dan yang tidak percaya terhadap ”penemuan” itu.

Aristoteles, bekas murid Plato yang hidup pada 384-322 SM, tercatat sebagai salah seorang pertama yang tidak percaya pada sang guru. Anehnya, dia sendiri menulis tentang sebuah pulau besar di Samudra Atlantik, yang oleh orang-orang Cathaginia disebut ”Antilia”. Pada abad ke-4 SM, Krantor, murid Plato yang lain, malah mengaku menyaksikan sisa tiang peninggalan Atlantis.

Herodotus, ahli sejarah berkebangsaan Yunani yang hidup pada abad ke-5 SM, juga meninggalkan beberapa naskah rujukan yang menyebut keberadaan kota misterius di Samudra Atlantik. Walau tidak secara eksplisit menyebut Atlantis, Herodotus menyebut nama bangsa yang memiliki kesamaan bunyi dengan Atlantis, semisal ”Atarantes” dan ”Atalantes”.

Sebagian penulis terkemuka masa silam, yang yakin terhadap kebenaran legenda benua hilang ini, enggan menyebut nama Atlantis. Alih-alih, mereka menyebut benua itu dengan nama Poseidonis. Nama ini diambil dari nama Poseidon, Dewa Laut dan penguasa Atlantis. Plutarch, penulis yang hidup pada 46-120 Masehi, juga menceritakan adanya benua semacam Atlantis. Ia menyebutnya ”Saturnia”.

Tapi, dari ribuan karya tertulis tentang Atlantis, ada satu yang tak bisa tidak harus disebut dalam setiap perbincangan tentang Atlantis, yaitu buku Atlantis–Myths of the Antediluvian World karya Ignatius Donnelly. Jika karya Plato, Timaeus dan Critias, memperkenalkan keberadaan Atlantis, buku karya Donnelly yang terbit pada 1882 ini boleh dikata memicu ”gerakan” pencarian Atlantis.

Donnelly percaya, pada masa lalu di Samudra Atlantik, berseberangan dengan mulut Laut Mediterania, benar-benar pernah terdapat pulau raksasa. Menurut Donnelly, deskripsi Plato tentang pulau ini sama sekali bukan dongeng, melainkan fakta yang bisa dilacak kebenarannya lewat pendekatan keilmuan. Pendekatan inilah yang membedakan buku Donnelly dengan karya tentang Atlantis yang ada sebelumnya.

Surga Dunia di Samudra Barat

YANG menarik, Donnelly berteori bahwa Atlantis adalah peradaban pertama yang dimiliki umat manusia. Atlantis pula yang merupakan kekuatan kolonial yang mengajarkan peradaban ke seluruh pesisir dan daratan di seputar Atlantik. Tak hanya berhenti di situ, Donelly mengungkapkan, Atlantis pula yang menularkan peradaban ke Mediterania, Kaukasus, Amerika Selatan dan Utara, bahkan hingga Baltik dan Asia Tengah.

Maka, sangat wajar jika dalam argumen Donnelly, seluruh mitologi yang dikenal di Mesir serta Peru adalah perwujudan dari agama bangsa Atlantis, yaitu mengabdi matahari. Aksara Phoenicia, ibu dari seluruh alfabet bangsa Eropa, juga dipandang Donnelly sebagai keturunan langsung dari aksara yang digunakan penduduk Atlantis.

Donnelly juga merujuk pada sebab-sebab alamiah untuk menjelaskan fenomena gempa bumi dan banjir besar yang menenggelamkan Atlantis. Sebagai contoh bahwa tenggelamnya sebuah daratan yang luas pernah terjadi dalam sejarah, Donnelly memadankan gempa bumi yang menenggelamkan sebagian Sisilia dan 2.000 mil persegi daratan di Lembah Indus.

Sebagian argumen ilmiah yang dikemukakan Donnelly dalam bukunya terbukti usang, sejalan dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Tapi, preposisi dasar yang dikemukakannya tetap menjadi asas kepercayaan para pencari dan fanatisi Atlantis –kaum yang percaya keberadaan Atlantis. Salah satunya adalah kesamaan legenda tentang sebuah surga di Samudra Atlantis, yang secara bersamaan hidup dalam mitos kuno berbagai bangsa.

Mereka yang percaya pada Atlantis memang yakin, jika benua hilang itu benar-benar ada, pastilah kenangan tentangnya hidup di benak bangsa-bangsa di kedua sisi Samudra Atlantik. Ternyata, catatan tertulis dan dongeng di berbagai bangsa seolah membenarkan keyakinan ini. Kaum Welsh, nenek moyang bangsa Inggris, misalnya, selalu menunjuk ”samudra di sebelah barat” setiap membincangkan surga dunia.

Kaum Welsh menyebut surga itu ”Avalon”. Bangsa Babylonia juga menempatkan surga dunia mereka di ”samudra barat”, dan menamakannya ”Aralu”. Bangsa Mesir kuno menunjuk ”kediaman para jiwa” di sebuah tempat jauh di barat, di tengah-tengah samudra. Bangsa Mesir menyebut tempat itu dengan berbagai nama: ”Aaru” atau ”Aalu”, atau ”Amenti”.

Banjir Kiriman Dewa Hurakan

BANGSA Celtic, nenek moyang bangsa Spanyol, dan kaum Basque, juga punya tradisi yang menyebut bahwa kampung halaman mereka ada di samudra sebelah barat. Bangsa Gauls di Prancis, terutama suku bangsa di sebelah barat, punya legenda bahwa nenek moyang mereka datang mengungsi dari tengah samudra barat, sebagai akibat bencana yang menghancurkan negeri asalnya.

Suku-suku kuno di Afrika juga punya cerita dalam tradisi mereka yang menyebut adanya ”benua” di sebelah barat Afrika. Suku-suku Afrika ini menyebut bangsa penghuni daratan itu sebagai ”Atarantes” dan ”Atlantioi”. Sementara pada seberang lain Samudra Atlantik, di Kepulauan Canary, ada suku penghuni gua kuno yang menyebut diri ”Atalaya”. Mereka pun punya dongeng tentang tenggelamnya Atlantis.

Sementara itu, bangsa-bangsa Arab memiliki legenda tentang kaum ”Ad” yang musnah dihancurkan banjir yang dikirim Tuhan sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka. Bahkan, menurut Charles Berlitz, para fanatisi Atlantis percaya adanya kemungkinan bahwa Adam (Ad-am) tidaklah merujuk pada manusia pertama, tapi ras pertama.

Di Amerika Selatan dan Amerika Utara, mayoritas suku Indian punya legenda yang menceritakan bahwa nenek moyang mereka adalah manusia super yang datang dari arah timur. Bangsa Aztec, misalnya, melestarikan nama ”Aztlan”, negeri asal nenek moyang mereka, sebagai nama suku. Quetzalcoatl, dewa kaum Aztec dan bangsa Meksiko, disebut sebagai laki-laki kulit putih yang penuh cambang.

Dewa ini, menurut legenda, datang ke Lembah Meksiko dari tengah samudra untuk mengajarkan peradaban baru. Dalam kitab suci bangsa Quiche Maya, terdapat kisah tentang negeri di timur, tempat nenek moyang kaum Quiche Maya sempat hidup dalam surga ideal ”kala kaum putih dan hitam hidup dalam perdamaian sejati”, sebelum dewa Hurakan (Hurricane) marah dan mengirimkan banjir ke bumi.

Kepercayaan, atau legenda, tentang adanya banjir besar yang memusnahkan peradaban juga menjadi alasan lain yang menyebabkan banyak orang meyakini keberadaan Atlantis. Hampir seluruh peradaban memang memiliki legenda tersendiri tentang banjir besar yang menghancurkan, yang menyisakan sebagian kecil orang yang selamat untuk melanjutkan kehidupan di tempat lain.

Piramida Bertaburan di Amerika Tengah

DALAM bentuk yang sedikit berbeda, legenda semacam ini hidup pada bangsa-bangsa Babylonia, Persia, Mesir, Yunani, Italia, Cina, India, dan hampir seluruh bangsa Asia. Legenda tentang banjir ini bahkan juga hidup di kalangan Indian Amerika. Pada banyak suku Indian, malah hidup legenda bahwa nenek moyang mereka datang dari timur, dengan kapal yang selamat dari banjir besar.

Tapi, tak hanya legenda yang membuat argumen Atlantis sebagai asal peradaban laku dipercaya. Temuan-temuan arkeologis besar sempat membuat teori ”asal tunggal peradaban” ini makin kuat. Beberapa peradaban kuno ternyata memiliki kemiripan, padahal letak mereka begitu berjauhan. Lihat saja kemiripan antara piramida di Mesir dan piramida-piramida di belahan lain Samudra Atlantik.

Temuan arkeologis menunjukkan, betapa Amerika Tengah ternyata penuh dengan piramida. Bangsa Toltec, bangsa Aztec, bangsa Teotihuacan, dan bangsa Maya, semua memiliki piramida. Lalu, siapa yang membangun piramida-piramida itu? Apa hubungannya dengan piramida Mesir yang bentuk serta teknologinya sangat mirip?

Bangsa-bangsa yang terpisah jarak begitu jauh ini ternyata memiliki kesamaan begitu besar. ”Di Mesir terdapat piramida, di Meksiko juga ada. Tentu muncul dugaan bahwa kedua jenis piramida itu berasal dari sumber yang sama,” kata Dr. Ken Feder, arkeolog pada Central Connecticut State University, dalam ”Atlantis Uncovered”, program spesial televisi BBC, yang ditayangkan 28 Oktober 1999.

Tak hanya itu, ilmu pengetahuan juga harus bisa menjelaskan, mengapa beberapa peradaban yang terpisah jauh itu sama-sama menulis dengan hieroglif. Juga menjelaskan, mengapa kebudayaan-kebudayaan itu bisa memiliki pemahaman astronomi dan keagamaan yang begitu mirip. Bagi Ignatius Donnelly dan pengikutnya, yang percaya pada asal-usul tunggal peradaban, jawaban pertanyaan itu jelas belaka.

Semua membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. Teori Atlantis ini memang sangat masuk akal. Dan bukan hanya kaum awam yang percaya. Kepada BBC, Dr. Ken Feder menceritakan bahwa setiap tahun, empat dari lima mahasiswa arkeologi di kelasnya percaya bahwa Atlantis kemungkinan besar memang pernah ada.

Bukti-bukti Baru Terus Bermunculan

NAMUN, secara umum, para arkeolog ternama kini tetap memandang teori Atlantis sebagai isapan jempol. Semua keraguan itu bermula dari revolusi yang terjadi pada ilmu arkeologi pada 1950-an. Pada dekade itu, ditemukannya teknologi carbon dating boleh dikata telah mengubah secara dramatis cara arkeolog memandang peninggalan masa lalu.

Dengan carbon dating, untuk pertama kalinya para arkeolog dan saintis bisa menetapkan usia pasti peninggalan arkeologis dengan menguji unsur kimiawi sampel situs itu. Hasil penelitian carbon dating ternyata menunjukkan bahwa piramida-piramida yang dipisahkan jarak di kedua sisi Samudra Atlantik itu dibangun pada masa yang tak berdekatan.

Para arkeolog juga menemukan bahwa piramida Mesir dan piramida Maya dibangun dengan cara dan teknik yang sama sekali berbeda. Adapun soal bentuk? Jawabannya –menurut para arkeolog– sederhana saja: insinyur-insinyur pada dua peradaban itu belum mengenal teknologi kubah untuk membangun konstruksi ekstra tinggi. Bentuk piramida adalah konstruksi paling sederhana yang mereka kenal.

Jika piramida tak bisa membuktikan kebenaran teori Atlantis Donnelly, bagaimana dengan tulisan hieroglif pada kebudayaan Maya dan Mesir kuno? ”Kalau bisa membaca hieroglif Mesir kuno, apakah Anda bisa membaca sembarang hieroglif Maya? Jawabannya: tidak. Dua kebudayaan tulis itu sama sekali tak punya simbol dan teknik yang sama,” kata Dr. Ken Feder.

Apa pun bukti dan teori yang dikemukakan para arkeolog untuk menisbikan teori Atlantis, jumlah mereka yang percaya ternyata tak pernah berkurang. Bukti-bukti baru mengenai keberadaan Atlantis pun terus bermunculan. Pada 1968, misalnya, Dr. Manson Valentine menemukan reruntuhan yang kemudian ternama dengan sebutan ”Bimini Road”.

Jalan Bimini itu adalah sejumlah tembok, fondasi, jalan, dan dermaga yang tersembunyi di kedalaman, di sebelah timur Bimini Utara. Temuan itu sekali lagi menyebabkan kontroversi keberadaan Atlantis menjadi pembicaraan ramai. Bagi para saintis penentang teori Atlantis, ”Bimini Road” tak lebih dari sekumpulan karang dan bebatuan laut biasa.

Perdana Menteri Inggris Mencari Atlantis

TAPI, bagi mereka yang percaya, tak mungkin ada bebatuan laut yang membentuk pola-pola sedemikian rapi, dalam skala yang begitu besar. Juga, apakah mungkin ada sekumpulan bebatuan laut yang secara kebetulan memiliki bentuk semacam tiang-tiang besar sejenis di bawah permukaannya? Bagi kaum yang percaya, ditemukannya ”Bimini Road” adalah kebenaran ramalan Edgar Cayce.

Edgar Cayce adalah seorang paranormal asal Virginia, Amerika Seriukat, dan periset fenomena-fenomena supranatural yang meninggal pada 1945. Pada masa hidupnya, Edgar Cayce telah melakukan ratusan wawancara dengan ”alam gaib” serta amatan spiritual yang membuktikan bahwa Atlantis memang pernah benar-benar ada. Uniknya, pada 1940, Edgar Cayce telah meramalkan penemuan Jalan Bimini oleh Dr. Manson Valentine.

”Poseidia akan menjadi bagian Atlantis yang paling awal muncul ke permukaan bumi. Pada 1968 paling terlambat,” kata Edgar Cayce. Paranormal ini juga telah menyebutkan bahwa Poseidia, bagian paling barat dari Atlantis, akan muncul di dekat Bimini. Menurut Edgar Cayce, bagian yang muncul di kedalaman 18.000 kaki di Bimini adalah titik tertinggi dari benua hilang yang tenggelam itu.

Layaknya sebuah legenda, kebenaran Atlantis boleh jadi akan selalu menjadi misteri. Yang jelas, sebagai legenda, keberadaan Atlantis telah mempengaruhi banyak figur besar dalam sejarah. Menurut Charles Berlitz, dalam The Mystery of Atlantis, Christopher Columbus pun terpengaruh oleh legenda ini. Ia termasuk tergoda mencari ”Antilia”, nama lain Atlantis, sebelum akhirnya menemukan Amerika.

Pada akhir abad ke-19, William Gladstone, Perdana Menteri Inggris pada pemerintahan Ratu Victoria, sempat secara resmi meminta parlemen menyiapkan undang-undang yang menjamin penyediaan dana bagi ekspedisi pencarian Atlantis. Namun, permintaan Gladstone itu ditolak sebagian besar anggota parlemen, yang tak bisa mengerti antusiasme perdana menteri ini.

Legenda Atlantis ternyata juga merupakan sumber ideologi Nazi. Walau jarang diungkap, kepercayaan Nazi bahwa ras Arya adalah ras paling mulia jelas-jelas didasarkan pada legenda Atlantis. Dalam dokumen-dokumen rahasia Nazi tertulis jelas bahwa Heinrich Himmler, pemimpin SS, satuan elite Nazi, pernah meminta para ilmuwan Jerman untuk membuktikan bahwa ras Arya adalah keturunan langsung dari ras super penghuni Atlantis.

tlantis

Kebenaran Benua Atlantis !?



Atlantis adalah subyek dari legenda tentang sebuah peradaban pulau canggih yang hancur atau hilang. Cerita tentang Atlantis yang pertama kali disebut dalam dialog Plato Timaeus dan Critias, di mana karakter mengatakan itu dihancurkan oleh gempa bumi atau tsunami sekitar 9.000 tahun sebelum waktu di mana Plato menulis. Cerita klaim Atlantis ada di suatu tempat di luar Pilar Hercules. Menurut Plato, cerita berasal dengan pendeta Mesir Kuno.


Beberapa orang percaya bahwa cerita-cerita fiksi dibuat untuk melayani tujuan dialog Plato. Tetapi yang lain membawa mereka seolah-olah mereka catatan sejarah yang serius.

Ada puluhan - mungkin ratusan - dari lokasi yang diusulkan untuk Atlantis klasik. Beberapa upaya yang lebih-atau-kurang serius pada karya-karya ilmiah atau arkeologi yang sah, yang lain telah dibuat dengan cara keilmu-ilmuan psikis atau lainnya. Sebagai pergeseran benua menjadi lebih dimengerti dan diterima selama tahun 1950-an, yang paling "Lost Benua" teori Atlantis meyakinkan telah terbukti palsu.

Beberapa kebudayaan telah "hilang peradaban" mitos. Dalam beberapa kasus, telah berpendapat bahwa ada peristiwa historis umum atau nyata "peradaban hilang" pada akar dari beberapa atau semua legenda, tetapi ada perselisihan pendapat antara hipotesis bersaing. Mungkin saja legenda ini timbul dari banyak peristiwa sejarah yang berbeda, dan hanya baru saja dikaitkan dengan theorizers modern karena kesamaan mereka. Ini juga mungkin bahwa legenda ini sepenuhnya fiksi, tapi untuk beberapa alasan telah muncul dan tetap populer di berbagai budaya pada waktu yang berbeda.

Apa Yang Kamu tahu tentang Atlantis?

Timaeus dan Critias, dua dialog Plato, adalah catatan tertulis hanya ada yang secara spesifik merujuk kepada Atlantis.

Dalam dialog antara Socrates, Hermocrates, Timaeus, dan Critias. Ternyata dalam menanggapi berbicara sebelumnya oleh Socrates tentang masyarakat yang ideal, Timaeus dan Critias setuju untuk menghibur Socrates dengan sebuah cerita yang "bukan fiksi tetapi kisah nyata."

Film ini bercerita tentang konflik antara orang Atena kuno dan Atlantians 9000 tahun sebelum masa Plato.

Pengetahuan tentang masa lalu tampaknya lupa orang Atena hari Plato, kisah Atlantis disampaikan kepada Solon oleh para imam Mesir. Solon melewati kisah untuk Dropides, kakek-besar Critias. Critias belajar itu dari kakeknya yang juga bernama Critias, anak Dropides.

Karakter tokoh

Semua orang, kecuali Timaeus, yang mengambil bagian dalam atau yang disebutkan dalam Timaeus dan Critias diketahui telah benar-benar ada di Yunani kuno. Rekaman kehidupan mereka dan perbuatan telah dicatat dalam tulisan-tulisan lain dari periode waktu.


Catatan: Ada 2 orang yang bernama Critias berhubungan dengan cerita Atlantis dan ini dapat menyebabkan beberapa kebingungan. Ada Critias yang benar-benar mengambil bagian dalam dialog. Dia adalah orang yang menceritakan kisah Atlantis ke Socrates. Kemudian ada Critias yang adalah kakek dari Critias dari dialog. Ini Critias tua menceritakan kisah Atlantis kepada cucunya, Critias, yang kemudian menyampaikan cerita Socrates dalam dialog.

Bukti Keberadaan Atlantis

" Catatan : Memiliki 4 segmen berisi kutipan dari artikel panjang penuh tercantum di bawah ini. "

"Ini mungkin adalah penemuan terbesar dalam sejarah Dunia", yang dinyatakan oleh Maxine Asher, co-direktur sebuah ekspedisi ilmiah yang ditemukan Atlantis di dasar laut, dilaporkan United Press International dan surat kabar utama di Amerika Serikat selama musim panas tahun 1973. UPI melanjutkan bahwa "Maxine Asher mengatakan bahwa penyelam scuba menemukan data untuk membuktikan keberadaan peradaban-super yang legenda mengatakan tenggelam di bawah laut ribuan tahun yang lalu". "Para penyelam telah menemukan bukti jalan dan kolom yang besar, sebagian dengan motif spiral konsentris, di tempat yang tepat digambarkan oleh filsuf Yunani Plato".

"Kelompok dari beberapa 70 ilmuwan, guru dan petualang yang didukung oleh Pepperdine University di Los Angeles, California."

Dokumen "Sejarah Abad Emas" mengungkapkan lebih dari 30 reruntuhan termasuk piramida, kubah, jalan beraspal, bangunan persegi panjang, kolom, kanal dan artefak yang telah ditemukan di dasar laut dari Bahama ke pantai terdekat di Eropa dan Afrika, referensi ukuran besar benua yang hilang.

Puluhan sejarawan dan penulis terkenal menulis tentang Atlantis mereka percaya ada, bagaimana Myans dan Aztec telah mengatakan penakluk mereka bahwa mereka berasal dari Atlantis dan Mu, tentang tablet difoto kuno di Peru menunjukkan dua benua yang hilang, Atlantis dan Lemuria, dan peta kuno jelas menunjukkan Atlantis.

Hanya beberapa reruntuhan sejauh ini yang ditemukan, meliputi:
  • Sebuah piramida dieksplorasi oleh Dr Ray Brown di dasar laut dari Bahama pada tahun 1970. Brown didampingi oleh 4 penyelam yang juga menemukan jalan, kubah, bangunan persegi panjang, instrumen logam tak dikenal, dan patung memegang "misterius" mengandung kristal miniatur piramida. perangkat logam dan kristal dibawa ke Florida untuk analisis di sebuah universitas di sana. Apa yang ditemukan adalah bahwa energi diperkuat kristal yang melewatinya.
  • Reruntuhan jalan dan bangunan ditemukan di lepas Pulau Binini pada 1960-an oleh ekspedisi difoto dan dipublikasikan Dr Mansan Valentine. reruntuhan serupa juga memotret off Cay Sal di Bahama. reruntuhan air serupa juga ditemukan dari Maroko dan difoto 50 sampai 60 kaki di bawah air.
  • Sebuah kamar 11 besar piramida ditemukan 10.000 kaki di bawah air pada pertengahan Samudra Atlantik dengan atas kristal besar, seperti yang dilaporkan oleh Tony Benlk.
  • Sebuah laporan 1977 dari piramida besar Cay Sal ditemukan di lepas di Bahama, difoto oleh ekspedisi Ari Marshall, sekitar 150 meter di bawah air. Piramida sekitar 650 meter tingginya. Misterius air di sekitarnya itu diterangi oleh air putih berkilau mengalir keluar dari bukaan di piramida dan dikelilingi oleh air hijau, bukan air hitam di tempat lain di kedalaman itu.
  • Sebuah kota yang tenggelam sekitar 400 mil dari Portugal ditemukan oleh ekspedisi yang dipimpin oleh Uni Soviet Boris Asturua, dengan bangunan terbuat dari beton yang sangat kuat dan plastik. Dia mengatakan "tetap jalan menyarankan penggunaan monorel untuk transportasi". Dia juga dibesarkan patung.
  • Marmer Sebuah acropolis bawah air di lima hektar kolom bergalur dibangkitkan pada pilar.
  • Heinrich Schilemann, pria yang ditemukan dan digali reruntuhan terkenal Troy (yang sejarawan pikir hanya legenda), dilaporkan meninggalkan account tertulis dari penemuan vas perunggu dengan logam tidak dikenal ilmuwan yang diperiksa itu, di Priam terkenal Treasure. Di dalamnya adalah mesin terbang di Fenisia yang menyatakan bahwa ia dari Raja Chronos Atlantis. Identik tembikar ditemukan di Tiajuanaco, Bolivia.
Banyak contoh lain seperti jalan, bangunan dan kolom yang tersedia, banyak dari mereka yang dibuat dengan bahan tidak tersedia di daerah mereka.

Banyak peta kuno juga diketahui telah Atlantis pada mereka, termasuk yang Yunani kuno dipelajari oleh Christopher Columbus sebelum dia berlayar ke Amerika.

Tulisan kuno dari Aztec, Myans, Yunani, Mesir, Spanyol, India, Tibet, dan pulau-pulau di lautan Atlantik dan Pasifik semua berbicara tentang benua cekung kuno dan hubungan mereka kepada mereka.

Jejak kaki sepatu Manusia dan mencetak, sebuah kubus sempurna rekayasa, perhiasan, binatang prasejarah dengan lubang di tengkorak para ilmuwan mengakui bahwa hanya peluru bisa membuat, sisa-sisa dari sekrup, dan artefak modern lainnya telah ditemukan dalam batuan berlapis ahli geologi strata mengakui dibentuk atas JUTAAN objek tahun yang lalu. Semua penemuan yang dicetak di surat kabar harian publik ketika itu terjadi, dan dibiarkan keluar dari buku-buku sejarah hanya karena sejarawan tidak dapat menjelaskan dengan teori MEREKA.

Siapa, Dimakah Atlantis?

Pertama, penting untuk menunjukkan bahwa Atlantis benua bukan hanya dari zaman kuno yang tenggelam di bawah gelombang. Ada benua besar Lemuria yang juga memasukkan negara-negara lain seperti Mu dan Mar di Samudra Pasifik, dan Lumania di Samudera Hindia. Sisa-sisa dari benua yang hilang masih dapat dilihat sebagai puncak gunung mereka membuat pulau-pulau kecil di tengah lautan yang luas - Pulau Paskah dianggap sisa-sisa dari Lemuria dan masih dikenakan patung-patung batu besar, walaupun hanya kepala mereka ditampilkan di atas tanah.

Ada juga wilayah-wilayah Thule dan Hyperborea di sebelah utara, yang diyakini tenggelam di bawah apa yang sekarang kutub utara. Ada juga informasi tentang tanah di kutub utara terus ada sampai sekarang pada tingkat dimensi keempat - tapi itu cerita lain. Juga tanah yang sekarang di kutub selatan juga dianggap sekali dihuni ketika tanah tropis.

Kisah tentang bagaimana berbagai benua tersebut menjadi dihuni dengan peradaban yang sangat maju adalah salah satu yang menarik, tapi setelah ribuan tahun semuanya itu berakhir untuk kali terakhir sekitar 11.500 tahun yang lalu dengan peristiwa dramatis planet yang tenggelam dan bergeser benua dan menutupi sebagian bumi dengan air. Petunjuk sejarah di bumi sebelum sejarah kita sendiri baru-baru ini tercatat dapat ditemukan dalam teks Sumeria.

Jadi, siapa yang adalah Atlantis dan bagaimana mereka hidup? Informasi berikut telah dikumpulkan dari berbagai sumber untuk pengenalan yang sangat singkat. Saya sarankan Anda membaca dokumen asli untuk informasi lebih mendalam [terkait di bagian bawah halaman].

Atlantis asli berasal dari ekstra-terestrial dan datang ke bumi lebih dari 50 ribu tahun yang lalu. Mereka adalah bentuk manusia, tetapi tidak manusia bumi modern seperti kita. Mereka sangat tinggi dan berkulit putih dan mungkin berasal dari sistem bintang Lyrian. Mereka juga dikenal sebagai Elohim atau Annunaki dan kisah mereka tersembunyi dalam teks Kejadian. Mereka memiliki masa hidup sekitar 800 tahun dan dikenal dalam beberapa teks sebagai 'yang tinggi'.

Hampir semua peradaban kuno percaya di Titans, ras manusia raksasa yang dihuni Bumi lama. ras yang berbeda mengenal mereka dengan nama yang berbeda. Ini 7 sampai 12 humanoids kaki yang dianggap legendaris sampai penggalian lebih dari satu kerangka selusin 8 sampai 12 kaki tinggi, di seluruh dunia, arkeolog terkejut. Para conquistador Spanyol kiri buku harian liar berambut pirang, bermata biru 8 sampai 12 orang berjalan kaki tinggi sekitar di Andes selama penaklukan suku Inca.

Mereka, bersama dengan kelompok-kelompok lain yang bekerja di planet ini, akhirnya dikembangkan manusia kecil yang dengan manipulasi genetik, awalnya untuk digunakan sebagai pekerja.

The 'Adamu' (atau manusia) pada awalnya diciptakan untuk bekerja dalam berbagai proyek di seluruh dunia. Beberapa ini adalah pertambangan, produksi pangan, konstruksi, dll Dengan memberikan manusia kemampuan untuk mereproduksi sendiri (dosa yang asli), penduduk mulai berkembang biak cukup pesat. The Annunaki mulai tuntutan untuk lebih dari pekerja. perempuan manusia telah lebih lanjut diubah sehingga konsepsi yang mungkin tidak sekali dalam setahun, tapi setiap 28 hari. Ini dapat ditemukan dalam Kejadian, Bab 3, Ayat 16.

Para prajurit Annunaki akhirnya mulai mereproduksi dengan manusia perempuan bumi: "Ketika anak-anak Elohim datang kepada anak-anak perempuan manusia, dan mereka melahirkan anak-anak mereka".


Teknologi Atlantis

Kesadaran Atlantis akhirnya berkembang dari bahan yang kurang, bentuk keempat dimensi terhadap sensual, atau fisik. Jauh dari menjadi seperti yang lain 'kuno' peradaban yang kita tahu tentang, tingkat teknologi tiba saat Atlantis mencapai puncaknya 'jauh lebih unggul daripada kita sendiri.

Di antara pencapaian Atlantis, misalnya, 'sempurna' kontrol wather. Sekarang gagasan segera rata-rata bidang berlimpah melambaikan gandum di musim panas tanpa henti di samping pantai yang paling indah. Mereka itu, dan mereka bosan; terlalu bermanfaat bagi mereka, seperti kita bisa melihat kebun anggur. Mereka meninggalkan backlands tersebut kepada makhluk melayani. Atlantis telah datang ke dalam dunia fisik dasarnya untuk rangsangan. Mereka mencintai badai. Seluruh wilayah tanah mereka diberi atas, seperti taman nasional, untuk menampilkan kekerasan turbulensi atmosfer. hamba mereka, tentu saja, kurang menyukai peristiwa-peristiwa, yang bisa kn setara dari tumpahan "artisitc lisensi" atas dan membunuh mereka, menghancurkan rumah mereka, dll Jika Atlantis melihat dan / atau peduli, mereka bisa memulihkan semua kerusakan ini di akan. Beberapa orang, beberapa tidak.

Mereka juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi peristiwa geologis untuk kesenangan pengalaman mereka. air mancur Vulkanik adalah favorit, tapi banyak yang dilakukan dengan uap dan mineral ventilasi untuk hasil yang artistik. Mereka punya banyak waktu. Yang sebelumnya masih abadi. Lebih dari satu kepala vulkanik gunung bawah laut yang menyembul di atas perairan Samudra Atlantik dimulai dengan cara ini. Kemudian, tentu saja, mereka kehilangan kendali.

Inti sebenarnya dari teknologi Atlantis yang masih dapat digali di sekitar bumi itu jauh melampaui sesuatu yang sederhana seperti mengendalikan cuaca. Apa yang menarik bangkai seperti militer teknologi 'batas'. Beberapa petunjuk ini melayang di film, 'Stargate' kecuali bahwa versi Atlantis bisa disebut 'Probabilitas Gate'. Ini adalah perangkat solid state (tanpa 'dial' dipilih seperti di film stargate, misalnya) yang menggunakan apa yang kita anggap sebagai waktu / ruang sebagai sumber energi. ambang adalah lensa ke dalam keberadaan kemungkinan sungai, atau kontinum. Wilayah ini menyelidiki lebih dalam dengan penelitian seperti Percobaan Philadelphia.
( www.world-mysteries.com )

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.