This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Selasa, 14 Agustus 2012

WANITA-WANITA MONGOL YANG BERPERAN PENTING DALAM KEKAISARAN MONGOLIA - SEJARAH EKSPANSI BANGSA MONGOL


Kekaisaran Mongol terbentang dari Korea hingga Pasifik termasuk Georgia, Armenia dan Hungaria. Bagaimana bangsa Mongol mampu melakukannya dengan penduduk yang tidak lebih 200 ribu jiwa saja ketika Cina memiliki populasi 100 juta?. Satu hal, Jenghis Khan/Chinggis Khan (± 1162-1227) berhasil mempersatukan Mongol ketika terjadi perpecahan di hampir seluruh Asia. Cina pada waktu itu terpecah belah, terfragmentasi dan relatif lemah demikian pula halnya Asia tengah yang terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Di timur tengah, dinasti Abbasyiah yang telah memerintah dari Baghdad selama kurun waktu 5 abad juga mengalami kemunduran. Rusia selatan pun terpecah menjadi beberapa kepemimpinan kota. Tidak ada kekuatan besar yang mengontrol wilayah-wilayah tersebut. Dalam artian bangsa Mongol berhasil karena ada kekosongan kekuasaan di sebagian wilayah ini.

juga sebagai temujin kaisar mongolia
Jenghis Khan/Genghis Khan/Temujin
Selain itu, bangsa Mongol memiliki satu kelebihan yaitu memiliki kekuatan militer yang kuat yang didasarkan pada prajurit berkuda. Mereka memiliki mobilitas yang tinggi untuk memulai serangan skala besar, invasi, hit and run dan penggerebekan. Jika pasukan Mongol bertemu musuh yang tangguh, maka mereka bisa mundur dengan cepat. Faktor lain yang menyebabkan menyebabkan keberhasilan mereka adalah bahwa bangsa Mongol tidak pernah berniat untuk menciptakan sebuah kekaisaran.

Pada awalnya penyebab serangan-serangan oleh bangsa Mongol disebabkan karena keadaan khusus seperti sengketa perdagangan dan kebutuhan hidup. Kampanye pertama bangsa Mongol diarahkan pada Yanjing (modern-Beijing) ibukota dinasti Jin di Cina utara. Pada tahun 1215 lah Jenghis Khan mengepung Yanjing dan berhasil merebutnya. Itu salah satu keberhasilan terbesar mereka. Tapi bukannya memanfaatkan kemenangan atas wilayah Cina Utara, setelah mendapat apa yang ia inginkan, ia hanya kembali ke Mongolia. Jenghis Khan malang melintang di Asia Tengah dalam kurun waktu 5 atau 6 tahun hanya karena alasan perselisihan dagang. Ketika ia telah menaklukkan seluruh wilayah, bukannya expansi lebih jauh ke barat tapi ia kembali ke Mongolia. Jenghis Khan sepertinya tidak memiliki visi untuk menjadi penguasa dunia.
asia dan eropa adalah jajahan mongol
Peta kekuasaan bangsa Mongol



Yang menjadi pertanyaan, mengapa bangsa Mongol meninggalkan Mongolia dan melakukan ekspansi ke selatan dan barat jika mereka tidak memiliki konsep untuk mendominasi dunia?


Pertama, bangsa Mongol adalah bangsa yang nomaden yang bergantung pada perdagangan dengan bangsa lain. Bangsa Mongol memiliki ekonomi yang rapuh. Mereka tidak pernah surplus karena mereka memang tidak bisa menciptakan surplus. Jika hewan ternak mereka sakit, dibunuh atau tidak bisa mendapatkan rumput untuk ternak mereka karena musim dingin yang sangat buruk, orang Mongol tidak memiliki cadangan. Jadi mereka sangat bergantung pada perdagangan dengan bangsa Cina untuk mendapatkan gandum dan bahan pangan lain yang mereka butuhkan. Barang-barang untuk kebutuhan hidup pun sebagian besar didatangkan dari Cina. Ini karena pada waktu itu bangsa Mongol memang tidak banyak memiliki pengrajin untuk membuat barang. Di lain waktu, orang Cina tidak lagi menyediakan kebutuhan-kebutuhan untuk orang Mongol sehingga terjadi hubungan ekonomi yang memanas. Ini terjadi pada tahun 1200M, ketika dinasti Jin yang memerintah Cina utara mengurangi porsi perdagangan dengan bangsa Mongol. Akhirnya bangsa Mongol harus menyerang Cina utara demi untuk bertahan hidup.

Kedua, ini berkaitan dengan iklim. Pada tahin 1974, sekelompok ahli klimatologi mengatakan bahwa dari tahun 1180M sampai dengan 1290M suhu tahunan Mongol rata-rata menurun, memang tidak signifikan tapi cukup untuk mempengaruhi musim tanam. Karena kurang atau tidak tersedianya hasil panen maka Jenghis Khan pada waktu itu mulai mengorganisir para kepala suku di Mongolia. Ini juga termasuk juga prestasi besarnya mengingat hampir tidak mungkin untuk menyatukan kelompok-kelompok nomaden karena ukuran terbesar dari suatu kelompok nomaden adalah suku. Sangat sulit menyatukan suku-suku menjadi kelompok yang besar untuk terciptanya tujuan kemakmuran bagi bangsa Mongol tapi Jenghis Khan mampu melakukan itu. Pada tahun 1206 semua Mongolia berada dibawah komandonya.


Bagaimana wanita memainkan peran besar dalam invasi dan ekspansi Mongol?

Dalam masyarakat nomaden, setiap anggota masyarakat adalah penting bagi kelangsungan hidup kelompok itu sendiri. Penjelasan lain untuk kesuksesan bangsa Mongol adalah bahwa wanita memainkan peran yang sangat penting dalam perekonomian dan mereka juag merawat binatang jika perlu. wanita Mongol juga memainkan peran dalam militer. Dalam sebuah literatur disebutkan tentang banyaknya wanita Mongol yang terjun langsung dalam peperangan. Perempuan mereka juga dilatih kemiliteran karena di Mongol mereka meiliki hak dan keistimewaan. Mereka juga memiliki hak atas harta dan perceraian. Ini adalah tentang wanita mongol dari kalangan elit, entah dari kalangan biasa. Wanita-wanita Mongol disebutkan beberapa kali dalam literatur sejarah dari abad ke-13.


Sorghaghtani Beki (1190M-1252M)

Sorghaghtani Beki dan suaminya Toului
Mungkin yang paling terkenal di antara para perempuan Mongol adalah Sorghaghtani Beki. Dia adalah ibu dari Kubilai Khan dan merupakan saudara ipar Jenghis Khan. Dia disebutkan dalam begitu banyak literatur sejarah sebagai salah satu tokoh besar di abad ke-13 dan diyakini bahawa dia sangat luar biasa.

Misionaris Eropa yang yang berkunjung ke Mongol pada pertengahan abad ke-13 mengatakan bahwa Sorghaghtani Beki paling terkenal dari seluruh orang Mongol. Persia juga menulis tentangnya. Seorang dokter timur tengah menulis bahwa "Jika saya melihat ada wanita lain seperti dia, maka saya mengatakan bahwa ras perempuan lebih unggul dari ras laki-laki"

Dia memainkan peran besar untuk keempat anaknya untuk menjadi Khan. Meskipun ia sendiri buta huruf, tapi ia mewajibkan pendidikan bagi anak-anaknya. Masing-masing belajar bahasa yang berbeda yang dibutuhkan orang Mongol untuk mengelola wilayah taklukan mereka. Ia mengatakan bahwa untuk melanggengkan kekaisaran yang luas ini maka harus mengambil hati dari berbagai pemimpin agama. Jadi dia dan anak-anaknya memberikan dukungan pada setiap agama di wilayah jajahan Mongol -beberapa kenyataan terlihat berbeda seperti penghangusan perpustakan besar Islam di Baghdad-.

Dia memperkenalkan kepada Kubilai Khan teori-teori dari Konfusius untuk membantu Kubilai Khan dalam memahami dan memerintah Cina. Kontribusi berikutnya adalah dia mengatakan bahwa eksploitasi murni dari masyarakat jajahan adalah tidak masuk akal. Bila saja prinsip hidup bangsa Mongol terus begitu, maka sama saja artinya bunuh diri. Dia mendukung petani Cina demi terciptanya negara yang agraris. Jika Mongol didukung oleh kekuatan ekonomi lokal, maka produksi akan meningkat dan berimbas pada banyaknya pajak yang diterima. Setiap putranya mengikuti filosofi yang sama antara lain Toleransi beragama, dukungan ekonomi pribumi dan keaksaraan. Semua terbukti penting untuk anaknya Kubilai Khan pria yang menjembatani bentuk transisi baru Mongol.

kaisar mongol terbesar
Kubilai Khan
Kubilai Khan menyadari bahwa ia harus membuat konsesi ke Cina dalam hal pemerintahannya. Tidak ada jalan bagi Mongol untuk sukses sendiri. Seratus juta orang tidak dapat dikesampingkan dari beberapa puluh ribu bangsa Mongol. Mongol tidak meiliki pengalaman dalam hal perpajakan. Untuk mendapatkan dukungan dari rakyat Cina, ia memerintah Cina seperti khasnya pemimpin Cina. Pada tahun 1260, ia mengembalikan "konfusianisme" ke pengadilan. Ia pun memindahkan ibukota adri Mongolia ke Cina dan ia memilih Beijing sebagai ibukota dari kekaisaran Mongolia. Dia juga mendukung para seniman Cina dan di masanya seni budaya Cina berkembang pesat.


Chabi (Abad 13)
istri kubilai khan
Chabi istri Kubilai Khan
Tidak begitu banyak literatur sejarah yang menerangkan tentang sepak terjang Chabi. Tapi dalam semua upayanya, Kubilai Khan dibantu oleh Chabi (istrinya) yang memegang peranan penting sebagaimana ibunya. Chabi berperan dalam mengubah para elit Mongol ke Buddhisme Tibet. Ketika Kubilai Khan menaklukkan Cina selatan, Chabi juga berperan dalam mencegah aksi balas dendam. Dia menyediakan bagi mereka dana dan tempat tinggal bukan untuk memperbudak atau bahkan membunuh mereka. Jadi dia terbilang penting dalam kekuasaan Mongol.









Khutulun (1260M–1306M)

wanita kuat dan berani
Khutulun
Salah satu yang termasuk wanita luar biasa di era Kubilai Khan adalah Khutulun (keponakannya). Juga dikenal sebagai Aiyurug atau Khotol Tsagaan. Khutulun begitu menikmati dunia militer dan menyukai pertempuran. Marcopolo pun dikabarkan terkesan akan dirinya dengan menggambarkan Khutulun sebagai seorang yang begitu kuat, berani dan dalam tidak ada tentara-tentara ayahnya yang dapat menandingi kekuatannya.

Orang tuanya prihatin ketika ia belum juga menikah di usia 22 atau 23. Orangtuanya selalu menyarankan agar Khutulun segera menikah. Khutulun pun menyetujuinya tapi dengan syarat calon pelamarnya harus mengalahkannya dalam kontes perang tanding. Dia setuju untuk menerima tantangan apapun selama calon pelamar memiliki tiketnya yaitu harus menyediakan 100 ekor kuda untuk 1 kesempatan mengalahkannya. Dalam waktu yang singkat, sudah 10.000 kuda yang didapatkannya. Akhirnya, seorang pemuda yang tampan dengan percaya diri menantangnya. Pemuda itu begitu yakin akan kemenangannya hingga ia akhirnya menaikkan taruhan menjadi 1000 ekor kuda bukan lagi 100 kuda seperti yang dipinta Khutulun. Pemuda tersebut yakin akan menang atas Khutulun dalam pertandingan gulat.

Pada malam sebelum kontes, orang tua Khutulun meminta kepada Khutulun agar mengalah di pertandingan gulat esok. Tapi Khutulun menolak. Khutulun akan bisa menerima dengan senang hati untuk menjadi istrinya hanya bila ia dikalahkan dengan pertandingan yang adil. Di hari pertandingan, pemuda itu dan Khutulun tampil cukup seimbang. Kedua terus bergulat selama beberapa waktu. Akhirnya dengan suatu gerakan yag tiba-tiba, Khutulun dapat mengalahkan sang pemuda dan memenangkan kontes. Pemuda tersebut lalu pergi dengan meninggalkan 1000 kuda taruhannya. Khutulun tidak pernah menikah. dia cuma didampingi ayahnya dalam semua kegiatan militernya.
 ---------
Mereka menceritakan kepada kita bahwa wanita-wanita mereka begitu percaya diri, tidak terpesona dengan kaum Adam dan memainkan peran penting dalam bangsa Mongol. Mungkin beberapa kisah adalah hiperbola. Ada begitu banyak penekanan tentang wanita-wanita yang aktif di kemiliteran, politik dan ekonomi. Ynag cukup menarik pada abad ke-14, tidak ada lagi wanita Mongol yang berperan sebagai pemimpin ataupun motivator. Bangsa Mongol telah berubah dan semakin "terbudayakan". Di generasi setelah Kubilai Khan, anak dan cucu perempuan Kubilai Khan tidak ada lagi yang menonjol. Mereka mulai menerima pembatasan hak layaknya permpuan Cina. Dalam hal ini terlihat banyaknya pengaruh kebudayaan Cina atas bangsa Mongol.

Apa makna dari penaklukkan Mongol dalam sejarah dunia?

Bangsa Mongol menjadikan Timur dan Barat menyatu. Disitulah pertama kalinya bangsa Eropa berhubungan dengan dengan Asia Timur. Bukan hanya Marcopolo tetapi Genoa dan banyak pedagang Venesia serta astronom dan dokter Persia datang ke Cina. Bahkan bangsa Persia membangun 4 rumah sakit di Beijing pada abad ke-13. Perdagangan barang dan tekstil begitu mempengaruhi seni dan budaya seluruh Asia. Mungkin inilah kontribusi terpenting bangsa Mongol untuk dunia.

Diedit dari sebuah ceramah oleh Prof.Morris Rossabi (Columbia University).
Tentang kisah penaklukkan bangsa Mongol atas bangsa Eropa dapat banyak anda temukan dari sumber-sumber lain

Sejarah Dinasti Abbasiyah


Sejarah Dinasti Abbasiyah
Sejarah Munculnya Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah yang berkuasa selama lebih kurang enam abad (132–656 H/ 750-1258 M), didirikan oleh Abul Abbas al- Saffah dibantu oleh Abu Muslim al-Khurasani, seorang jendral muslim yang berasal dari Khurasan, Presia. Gerakan-gerakan perlawanan untuk melawan kekuasaan dinasti Bani Umayyah sebenarnya sudah dilakukan sejak masa-masa awal pemerintahan dinasti Bani Umayyah, hanya saja gerakan tersebut selalu digagalkan oleh kekuatan militer Bani Umayyah, sehingga gerakan-garakan kelompok penentang tidak dapat melancarkan serangannya secara kuat. Tapi dimasa-masa akhir pemerintahan dinasti Bani Umayyah gerakan tersebut semakin menguat seiring banyaknya protes dari masyarakat yang merasa tidak puas atas kinerja dan berbagai kebijakan pemerinatah dinasti Bani Umayyah. Gerakan ini menemukan momentumnya ketika para tokoh dai Bani Hasyim melancarkan serangannya.
Para tokoh tersebut antara lain Muhammad bin Ali, salah seorang keluarga Abbas yang menjadikan kota Khufa sebagai pusat kegiatan perlawanana. Gerakan Muhammad bin Ali mendapat dukungan dari kelompok Mawali yang selalu ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua. Selain itu, juga dukungan kuat dari kelompok Syi’ah yang menuntut hak mereka atas kekuasaan yang pernah dirampas oleh dinasti Banui Umayyah. Akhirnya pada tahun 132 M H/ 750 M, Marwan bin Muhammad dapat dikalahkan dan akhrinya tewas mengenasakan di Fustat, Mesir pada 132 H / 705 M. Sejak itu, secara resmi Dinasti Abbasiyah mulai berdiri.

Kemunduran Dinasti Abbasiyah
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
1.    Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
2.    Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3.    Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.

Masa Disintegrasi (1000-1250 M)
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara di antaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi berbicara tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.

Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Alasannya adalah:
1.    Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya,
2.    Penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.

Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara:
1.    Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
2.    Seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah diTunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.

Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa di antaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.

Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah(kebangsaan/anti Arab).

Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada di antara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Ada di antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongoldan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.

Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

Persaingan antar Bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.
1.    Sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
2.    Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.

Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir,Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.

Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.

Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.

Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.

Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.

Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandangghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islamyang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut.

Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid'ah oleh golongan salafy. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M).

aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh ahli filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam secara murni sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah.

Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut paham Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon sampai sekarang.
Ancaman dari Luar

Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
1.    Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
2.    Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armeniadan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.

Perang Salib
Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, saat Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 2.000.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.

Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.

Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad
Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.
Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Hulagu Khan ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".

Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.

Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.

Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.

Sejarah Munculnya Bangsa Mongol


Asal mula bangsa mongol adalah masyarakat hutan yang mendiami daerah Siberia dan mughal wilayah luar disekitar danau Baikal. Sebenarnya mereka bukanlah seperti suku nomad yang suka berpindah pindah dari berbagai stepa ke stepa yang lain walaupun mereka selalu mengalahkan stepa mana saja dimana mereka bertemu sebagai akibat dari ketangkasan mereka menunggang kuda sambil memainkan anak panah yang mereka kuasai.
M. Abdul Karim mengatakan bahwa sejarah bangsa mongol sudah dimulai pada abad ke XII M. dan awal abad ke XIII M. sebagaimana ia mengutip dari buku secret history of the mongol, beberapa sumber Persia dan cina, mengatakan bahwa tampak pada mulanya bangsa mongol adalah suatu masyarakat hutan, mereka adalah salah satu dari anak rumpun bangsa tartar. Sebagian besar ahli sejarah mengatakan bahwa bangsa mongol adalah asal nama suatu tempat asal mereka di Mongolia, dimana mula- mula mereka tinggal maka dinamakan mongol.
Sejarah cina mengatakan bahwa nama mongol berasal dari bahasa Cina “ mong “ yang artinya pemberani, namun hampir seluruh sejarawan mengakui bahwa bangsa mongol muncul bersamaan dengan bangsa Hun di Asia tengah yang terkenal dengan bangsa tartar. Badri Yatim dalam sejarah peradaban islam mengatakan bangsa mongol berasal dari pegunungan Mongolia, yang membentang dari asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan, dan Manchuria barat serta Turkistan timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khan yang mempunyai dua putra kembar, tartar dan mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa yang besar, mongol dan tartar. Mongol mempunyai anak bernama ilkhan yang melahirkan keturunan pimpinan bangsa mongol di kemudian hari.
Ada referensi sejarah yang mengatakan bahwa pada awal abad XII M. Orang-orang mongol dibawah kekuasaan dinasti Keen di cina utara, keberadaan mereka pertama dibawah pimpinan Khabul Khan dan memberontak terhadap dinasti Cina tersebut dan mereka menang mutlak mengalahkan Dinasti Keen Kusaku (kusagu). Dengan demikian orang mongol mulai dikenal dalam sejarah, demikian pula pimppinan mereka khabul kahan dengan memakai gelar khakan. Pada akhir abad ke XII M. orang mongol bersatu di bawah pimpinan chengis khan dan muncul dalam sejarah sebagai kekuatan besar yang menggetar asia.
Pimpinan atau khan bangsa Mongol yang pertama adalah yesugey (W 1175 M), ia adalah ayah Chengis Khan (biasa dengan ejaan Jengis Khan). Chengis khan sendiri bernama asli timujin yang diberikan padanya dalam sebuah sidang kepala suku mongol tertinggi pada tahun 1206 M pada umur 44 tahun di qaraqorum. Ia adalah seorang pandai besi yang mencuat namanya karena sebuah peperangan yang dimenangkannya melawan orang khan atau torgil kepala suku kreyt.
Bangsa mongol adalah bangsa biadab yang paling menggetarkan, yang pernah dialami dunia. Tujuan mereka tidaklah menaklukkan untuk menduduki daerah, juga tidak untuk merampok saja, tetapi terutama untuk menumpahkan darah dan menghancurkan negeri. Disetiap daerah yang di laluinya pembunuhan besar-besaran terjadi, bangunan-bangunan indah dihancurkan, sekolah, masjid-masjid dan gedung-gedung lainnya di bakar.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Ali mufrodi, islam di kawasan kebudayaan arab. Cet,I ; (Jakarta : logos Wacana Ilmu, 1997). Badri yatim, sejarah peradaban islam,ed I, (Jakarta;rajawali pers 2008). Lothrop Stoddard, the new world of islam, diterjemah oleh : m. muljadi djojomartono dkk, judul ; dunia baru islam, (ttp, 1966). Philip k. Hitti, History of the arabs ; From the earliest times to the present, terjemahan ; History of the arabs, R. cecep lukman yasin dan dedi slamet riyadi, cet; II (Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006)

Ekspansi Mongol


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Ekspansi Mongol adalah sebuah ekspansi besar bangsa Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan untuk menaklukan wilayah Eurasiapada awal abad ke-13. Dengan mengendarai kuda-kuda kekar, Genghis Khan bersama pasukannya berhasil menebarkan terror di benua Eurasia selama lebih dari 1 dasawarsa.
Genghis Khan pertama kali mengarahkan perhatiannya kepada orang Tartar. Setelah mengalahkan mereka, ia beralih ke selatan, yaitu ke Tiongkok, dimana Dinasti Song sedang berada di ambang kehancuran dan oleh karena itu, menjadi sasaran jarahan bagi orang-orang Mongol. Genghis merebut Beijing pada tahun 1214 dan segera menduduki sebagian besar wilayah Tiongkok dan mendirikanDinasti Yuan. Tahun 1219, ia menoleh ke barat (Eropa), yaitu ke wilayah-wilayah yang belum pernah mendengar tentang penaklukan-penaklukan yang dilakukannya.
Gerombolan Mongol menerjang Eropa setelah berhasil menundukkan kawasan Asia Timur Laut. Mereka mengalahkan Rusia, menghancurkan kekaisaran Persia, mencaplok Polandia dan Hongaria serta mengancam seantro Eropa. Selama delapan tahun berikutnya Genghis menciptakan kekaisaran berdampingan terbesar yang belum pernah di saksikan dunia.
Cara dan tujuan Ekspansi Genghis Khan berbeda dengan kaisar-kaisar sebeumnya. Ia menghancurkan apa saja di depan mata, tanpa pandang bulu. Ia menyerang bukan untuk memerintah, melainkan untuk menjarah, memerkosa, dan menculik gadis-gadis untuk mereka bawa ke negerinya, hal inilah yang membuatnya di takuti di seluruh Eurasia.
Secepat mereka datang, secepat itu pula mereka meninggalkan negara-negara yang ditaklukkannya. Karena wilayah yang terlalu luas dan sistem pemerintahan yang mengandalkan satu orang pemimpin, maka begitu Genghis Khan meninggal, keturunannya saling berebut kekuasaan dan mereka meninggalkan ekspansi mereka di Eropa untuk kembali ke Mongolia berebut kekuasaan dengan saudara-saudara mereka

PELURUSAN SEJARAH TRAGEDI TERBUNUHNYA UTSMAN BIN AFFAN


Ada 3 (tiga ) Golongan ketika Utsman memerintah kekalifahan :

A. GOLONGAN PERTAMA

Islamnya sebagian orang Persia (awalnya beragama Majusi) dan juga sebagian orang-orang Yahudi. Pada hakekatnya mereka adalah orang-orang zindiq yang menampilkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran didalam hatinya.
Dulunya sebagian mereka berasal dari Persia dan Romawi yang merasa sakit hati pada bangsa Arab. Bangsa Arab dulunya adalah pengikut mereka. Hingga akhirnya bangsa Arab bisa meruntuhkan mereka dalam waktu singkat menurut ukuran strategi dan kondisi peperangan waktu itu.

Cara terbaik membalas dendam pada bangsa Arab adalah dengan "mengobarkan api fitnah di tengah kaum muslimin". Hal ini benar-benar terjadi dan berdasarkan fakta serta dalil yang ada.

Taktik mereka sebagai berikut :
1. Mencemarkan nama baik bawahan Khalifah Usman bin Affan, seperti Gubernurnya , atau pegawai yang menarik zakat atau yang lainnya dengan dusta dan fitnah yang dibuat-buat untuk menjelekkan pemerintahan Utsman bin Affan.

2. Menyebarkan isu bahwa Kibarus Shahabah seperti Ali, Thalhah dan Zubair serta Ummul Mukminin Aisyah' membenci sistem pemerintahan Utsman bin Affan. Dengan menulis surat atas nama para sahabat tersebut bahkan ada 1 surat yang dipalsukan dengan atas nama Utsman bin Affan .

3.Membesar-besarkan perbedaan pendapat antara para sahabat yang bersifat FIQHIYAH dan menggambarkan hal tersebut di mata orang awam sebagai perbuatan dzalim yang dilakukan Utsman kepada para sahabatnya.

4. Menyebar berita bohong dikalangan orang awam dan dipercayai sepenuhnya oleh orang-orang awam itu. Berita itu menyebut bahwa sebenarnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib untuk meneruskan kekalifahan sepeninggal beliau shalallahu'alaihi wassalam. Dan disebut bahwa Utsman adalah PEREBUT HAK KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB.
Berita ini pun sampai ketelinga Ali dan Aisyah'.

Apa komentar Ali bin Abi Thalib ?
" Sungguh demi Allah, seandainya kita meminta khalifah ini kepada Rasulullah lalu beliau tidak memberikannya kepada kita, sehingga akibatnya manusia tidak akan memberikannya kepada kita setelah beliau wafat. Maka sungguh aku tidak akan memintanya kepada Rasulullah" ( Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya Fathul Bari 8/142 (no.4448))

Dan bagaimana dengan Aisyah' ?
"Siapa berkata demikian? Sungguh aku menyaksikan Rasulullah saat beliau wafat dan aku (dalam keadaan) menyandarkan beliau ke dadaku, lalu beliau meminta sebuah bejana dan beliau luluh dan wafat tanpa aku sadari. Mana mungkin Beliau berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib ?" (Riwayat Bukhari dalam shahihnya Fathul Bari 7/148 (4459))

Dan sesungguhnya ulama Rafidhah Syiah mengakui kalau wasiat ini pada hakekatnya adalah rekayasa Abdullah bin Saba.

An-Naubakhty dan AL-Kasyi menyatakan :
"Sesungguhnya asal-usul wasiat ini muncul dari lisan Abdullah bin saba. Yahudi yang masuk Islam dan loyalitas nya ditunjukkan hanya buat Ali bin ABi Thalib. Saat masih yahudi ia menyebarkan Tusa bin 'Nun orang yang diwasiati kekalifahan Nabi Musa as. Ini juga dia sebarkan saat masuk Islam, kalau Ali pewaris kekalifahan nabi yang sah. Dia menunjukkan rasa permusuhan kepada orang-orang yang bertentangan dengan Ali bin ABi Thalib. Atas dasar inilah disebut bahwa SYiah berasal dari agama Yahudi" (tercatat dalam Firaqus Syiah oleh An Naubakhty 2-23 dan Rijalul Kasyi 108-109)

2. GOLONGAN KEDUA DI ZAMAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN

Mereka terdiri dari Ahli Qiro'ah, Ahli Ibadah dan Kaum Menengah ahli Fiqih.

Keadaan mereka diceritakan Allah Ta'ala dalam Qur'an :

"Mereka adalah orang-orang yang telah sia-sia amalannya pada kehidupan dunia, namun mereka merasa sedang melakukan sebaik-baik amalan." (Surah Al Kahfi ayat 104)

Penjelasan dari Ummul Mukminin Aisyah' --Semoga Allah memuliakannya-- tentang mereka sangat gamblang :

"Wahai Ubaidillah, jangan kamu tertipu dengan amalan seseorang setelah kau tahu apa yang terjadi. Sungguh! DEMI ALLAH aku tidak pernah meremehkan amalan sahabat Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam sampai muncul orang-orang yang memusuhi Utsman.
Mereka memberi nasehat pada Utsman dengan perkataan yang tidak pernah diucapkan oleh orang lain (-maksudnya kasar dan berlebihan) , membaca Al Qur'an dengan bacaan yang tidak pernah diperbuat orang lain (saking banyaknya), mereka shalat dengan shalat yang belum pernah dilakukan orang lain. 

Aku merenungkan amalan mereka , ternyata -Demi Allah-amalan mereka tidak ada apa-apanya dibanding amalan para sahabat Rasulullah.

Bila kau kagum dengan perkataan seseorang , katakan : "Beramallah! karna Allah dan RasulNya akan melihat amalan kalian. Jangan sampai tertipu dengan orang lain" [ Al Mushonaf 11/47 oleh Abdur Rozaq, dan Al Bukhari dalam Kitab Khalqu Af Alil Ibad halaman 25 dgn sanad shahih ]

Golongan II ini diperalat oleh golongan I untuk aktif dalam penyebaran fitnah keji bahwa Utsman bin Affan melakukan ijtihad dalam kemaksiatan dan bertentangan dengan Al Qur'an. Golongan I memotivasi golongan II untuk mengubah kemunkaran yang dibuat Utsman (versi gol.1)

Golongan II adalah orang-orang ahli ibadah, hafal Al Qur'an, banyak puasa sunnah dan rajin shalat malam namun sayangnya pemahaman pada hukum dan syariat agama Islam sangat dangkal dan bodoh. Maka bisa dipahami mereka sering menasehati Utsman dalam emosi dan kata -kata keji yang tidak layak. Inilah yang sering disebut Bahwa IBLIS SANGAT MUDAH MENYESATKAN 1000 AHLI IBADAH KURANG ILMU DARIPADA SATU ORANG ALIM BERILMU.


3. Golongan III saat Utsman Bin Affan Memimpin Kekhalifahan

Mereka adalah kabilah-kabilah yang masuk Islam setelah Ha'bur Riddah (peperangan melawan orang-orang murtad pada era Khalifah Abu Bakar As Shiddiq ra.) yang kemudian ikut andil dalam peperangan yang lain.
Golongan ini disebut Ar Rowadif (pengikut) , A'aroob, Mawali, atau Al 'Uluuj.
Golongan ini semakin bertambah banyak dibanding selain mereka berkurang. Sampai-sampai jumlah orang bodoh & jahat lebih banyak ketimbang orang baik (Sahabat dan Tabi'in).

Golongan III menuntut Utsman agar diberi persamaan gaji. Sehingga antara Ahlul Badr yang ikut perang Badar (orang yang membela Islam sejak awal) disamakan gajinya dengan orang-orang yang masuk Islam setelah mereka dikalahkan dalam peperangan oleh kaum muslimin.

Padahal pembedaan gaji dipelopori oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. , bukannya Utsman. (Bila menilik kehidupan sekarang, maka kita mahfum paham tidak ada yang menentang adanya perbedaan gaji dalam perusahaan bila sesuai kedudukan dan pangkat jabatannya).

Inilah bukti bahwa orang-orang yang dikalahkan kaum muslimim akan terus-menerus memusuhi kaum muslimin, dan tidak lain mereka orang yang beragama Mazdakiyah.

Sesungguhnya "Trouble Maker" dari suasana keruh dan panas ini adalah Golongan II, para Qurro' dan golongan menengah ahli Fiqh. Mereka menganggap --dengan pemikiran rusak mereka-- bahwa sebagian kebijakan Utsman dalam pembagian gaji, sistem pemerintahan, perbedaan pendapat dalam sebagian permasalahan antara diri Utsman dengan sahabat lain , itu semua bukanlah hasil ijtihad Utsman (yang bila benar ijtihad akan mendapat 2 pahala, bila keliru akan mendapat 1 pahala) melainkan mereka menyebut tindakan Utsman adalah bentuk kemaksiatan dan penentangan Utsman pada Al Qur'an yang harus diluruskan dan kalau tidak mau, maka Utsman harus dipecat dan dibunuh.

Contoh kebodohan mereka adalah dalam kasus Abu Dzar ra. yang tercatat dalam kitab Shahih Bukhari dan kita lihat betapa perbedaan sikap antara sahabat yang benar-benar ulama dan sikap Qurro' golongan II ini.

Abu Dzar ra. berpendapat bahwa harta yang telah lebih dari kebutuhan pemiliknya tidak boleh disimpan dan kalau disimpan akan terkena ancaman dalam ayat " Dan orang-orang yang menyimpan emas & perak" AtTaubah ayat 34.

Abu Dzar pernah mendengar hadits dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihu Wassalam berisi hukuman berat lalu dia menemui kaumnya. Setelah kepergian Abu Dzar, Rasulullah memberi keringanan dalam permasalahan tersebut. Sedang Abu Dzar ra. belum mendengar rukhsoh ini dan masih berpegang dengan hadits lama yang didengarnya.

Menurut jumhur sahabat, ayat 34 At Taubah sudah dimansukh (dihapus hukumnya) dengan turunnya syariat zakat dan nishab-nishabnya.

Abu Dzar memilih beruzlah (menyendiri) di Robadzah atas inisiatif sendiri dan bukannya diusir oleh Utsman bin Affan seperti gosip isu yang diteriakkan oleh Ahlul 'Ahwa (pengikut hawa nafsu)

Ada beberapa orang dari Kuffah datang pada Abu Dzar ra. dan berkata," Sesungguhnya Utsman sudah memperlakukan kamu begini , tidak kah kau pancangkan bendera dan perangi Utsman bersama kami?".

Abu Dzar menjawab : "TIDAK ! Seandainya Utsman memerintahkanku untuk pergi dari arah timur ke barat , aku akan mendengarnya dan taat pada nya" dan dalam riwayat lain disebut,"Seandainya dia menunjukk seorang pemimpin dari Habasyah (Ethiophia) untukku, maka aku akan tetap mendengar Utsman dan akan tetap taat padanya"

Inilah perbedaan antara orang berilmu (spt Abu Dzar) dan orang-orang bodoh :

" Katakan Wahai Muhammad, apakah sama orang berilmu dengan orang tidak berilmu ?" (Az Zuumar ayat 9)

Penyimpangan pun terjadi didalam ketiga golongan tersebut karena kurangnya pemahaman terhadap hukum Islam dan Syariat-syariat Islam serta tidak kokohnya hal ini dalam jiwa mereka.

Mereka disebut bodoh dan menyimpang, karena mereka menghalalkan darah Utsman bin Affan atas penafsiran dan persepsi keliru mereka. Dan mereka tidak paham, bahwa halalnya darah seorang muslim adalah karena :
1. Berzina nya muhson (dalam keadaan sudah menikah , berzina)
2. Sudah membunuh muslim lain tanpa alasan yang dibenarkan hukum syariat
3. Murtad dari Agama Islam

Dan mana mungkin darah Utsman menjadi halal, padahal ketiga hal tersebut tidak pernah dilakukan khalifah Utsman dengan merampas harta Utsman, mengkoyak-koyak harga diri hanya karena kebodohan mereka dengan penafsiran yang bathil ?

Sungguh sebuah kejadian sejarah memilukan akan kita baca bersama nantinya yang menimpa Utsman bin Affan





Puncak Fitnah Pada Khalifah Utsman Bin Affan

Tahun 33 H, sebagian penduduk Kufah yang terkenal yaitu Al Asytar An Nakho'i, Kumail Bin Ziyad, Amr Bin Al Hamiq al Khuzaai & Sho'shoah bin Shouhan berbicara di hadapan Al Qurro' (Golongan II) dan pemuka masyarakat dengan pembicaraan yang keji mencela mengumpat Utsman atas kebijakan pemerintahan Utsman. Mereka juga mencela gubernur Kufah. Karena inilah mereka diusir oleh Utsman ke Syam. Di Syam mereka menulis surat pada orang-orang yang sepaham dengan mereka , di Basrah, Mesir dan Kufah.

Akibatnya gubernur Kufah , Sa'id bin Al Ash diusir oleh penduduknya. Al Asytar berkata : "Demi Allah, Saida bin Al Ash tidak akan bisa masuk ke Kufah selama pedang kami masih terhunus". Lalu mereka menunjuk gubernur sendiri yaitu Abu Musa Al Asyari yang kemudian disetujui Khalifah Utsman.

Musim Haji Th.35 H, datang utusan dari Kufah, Basrah dan Mesir. Mereka menuntut beberapa hal dari Utsman dan semuanya berkisar masalah harta.

Bukti yang memperkuat bahwa mereka hanya minta harta, tidak lain dan bukan, adalah sebuah atsar yang diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad shahih, dari Ibnu Umar, beliau berkata,"Telah datang kepadaku Penduduk Madinah (Anshor) , dia orang yang banyak ibadah juga seorang hafidz Qur'an di zaman Utsman. Orang Anshor itu berkata padaku dengan perkataan panjang lebar yang intinya menyuruhku ikut mencela dan mencaci Utsman bin Affan. Maka setelah perkataann selesai, kujawab :"Sesungguhnya kami para sahabat semasa Rasulullah masih hidup selalu mengatakan, orang yang paling utama dari umat Rasulullah setelah beliau SAW adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab lalu Utsman bin Affan. Demi Allah, kami tidak mengetahui kalau Utsman membunuh tanpa alasan yang dibenarkan atau melakukan dosa sekalipun. Permasalahan kalian sebenarnya adalah HARTA.Bila Utsman memberikan kalian harta maka kalian akan ridha pada Utsman, bila Utsman memberi harta pada kerabatnya, kalian membencinya. Sungguh kalian mirip Orang Persia dan Romawi, yang tidak punya seorang pemimpin kecuali mereka bunuh " (Fadhoilus Shahabah I/94 (64))

Tahun 35 H, datanglah utusan dari Mesir, menemui Utsman. Mereka menyuru Utsman mengambil mushaf untuk diajak berdebat. Maka majulah seorang anak muda kencur yang jenggotnya belum tumbuh dan berkata,"Buka Surat As Sabiah !" , dulu Surat Yunus dinamakan As Sabiah. Lalu anak itu membaca , "Katakan "terangkan padaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepada mu lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal, katakan Apakah Allah memberi izin padamu atau kamu mengada-ada atas nama Allah?"

Pemuda : "Bagaimana tanah gembalaan, Apa Allah memberi izin padamu atau kamu berdusta atas nama Allah?"
Utsman ra. : "Buka terus, karena ayat ini turun karena masalah ini dan itu. Adapun tan gembalaan sesungguhnya Umar sudah membatasi tanah-tanah gembalaan untuk unta-unta shodaqoh dan zakat. Lalu aku memperluas tanah -tan gembalaan itu ketika jumlah unta-unta shodaqoh bertambah banyak, lewati ayat ini !"

Begitu seterusnya, mereka mendebat menanyakan pada Utsman , ayat demi ayat dan Utsman menjawab "lewati ayat ini ! karena ayat ini diturunkan atas permasalahan ini itu !

Setelah mereka kalah debat dengan Utsman, maka Utsman minta janji agar mereka tidak memecahbelah persatuan kaum muslimin dan tidak memisahkan diri dari jama'ah.
Utsman pun bertanya "Sebenarnya apa yang kalian inginkan ?"
Mereka menjawab, "Kami ingin agar penduduk Madinah jangan ada yang menerima harta kecuali orang-orang yang ikut perang dan para sahabat Rasulullah saja"
Utsman setuju dengan harapan bisa meredam api fitnah.
Utsman pun ke Madinah bersama mereka (utusan mesir itu) dan berkutbah di depan penduduk Madinah yang intinya "Tidak ada yang berhak atas harta baitul mal kecuali orang -orang yang ditetapkan dapat bagian karena ikut perang yang sudah lalu, juga orang yang disebut Al Qur'an berhak ghanimah dan orang -orang tertentu yang ditetapkan pemerintah".

Maka pulanglah utusan mesir tersebut dan saat di perjalanan, masih banyak yang tidak suka dengan perjanjian damai itu sehingga utusan mesir diikuti oleh seorang penunggang kuda yang tindak tanduknya mencurigakan. kadang bersembunyi, kadang terlihat mengintip dari kejauhan. Maka ditangkaplah penunggang kuda misterius itu. Setelah ditanya, orang misterius itu berkata,"Aku orang Utusan Amirul Mukmin kepada Gubernur Mesir".

Setelah digeledah, mereka mendapat sepucuk surat dari tas orang aneh itu. Isinya mengejutkan ," Perintah kepada Gubernur Mesir untuk menyalib Utusan Mesir yang datang kepadanya, membunuh mereka dan potonglah tangan kaki mereka"

Utusan Mesir ini menjadi marah besar dan segera mendatangi Ali Bin Abi Thalib yang juga menulis surat pada mereka. Ali diajak rombongan utusan Mesir untuk menghadap Khalifah Utsman. Ali menjawab,"Demi Allah, aku tidak akan berangkat bersama kalian".
Utusam mesir:"Kalau tidak maul mengapa menulis surat agar kami datang padamu ?"
Ali bin Abi Thalib ra. : "Demi Allah, aku tidak pernah menulis surat apapun pada kalian".

Mereka pun mendatangi kembali Khalifah Utsman bin Affan dan bertanya dengan nada marah untuk apa Utsman menulis surat perintah pada gubernur mesir untuk membunuh mereka? ini artinya Utsman mengkhianati mereka.

Utsman menjawab :" Ada 2 pilihan bagi kalian. Pertama, kalian datangkan dua saksi muslim bahwa aku menulis surat itu ATAU keduanya, kalian menerima sumpahku.
DEMI ALLAH YANG TIADA ILLAH BERHAK DISEMBAH KECUALI DIA, aku tidak tahu menahu tentangnya. Kalian tahu bahwa surat itu di PALSU atas namaku dan distempel dengan stempel palsu juga atas namaku".

Utusan mesir itu berkata,"Allah telah menghalalkan darahmu"
Mereka pun mengepung rumah Khalifah Utsman bin Affan ra.





KHALIFAH UTSMAN YANG TEGAR & TAWAQAL

Pengepungan terhadap Utsman pada awalnya tidak begitu ketat, sehingga beliau masih bisa keluar dan mengimami shalat serta khutbah Jum’at. Pada suatu hari ketika beliau sedang berkhutbah, berdirilah seorang yang bernama Jahjah dan merebut tongkat yang beliau gunakan untuk bersandar ketika berkhutbah -tongkat yang beliau gunakan adalah tongkat peninggalan Rasulullah r– Kemudian dia patahkan tongkat itu dengan lututnya, sehingga ada serpihan kayu yang masuk ke lututnya. Hal ini menyebabkan dia tertimpa penyakit Akilah (1) Kemudian terjadilah saling lempar-melempar batu diantara manusia. Utsman pun tidak luput dari lemparan, sehingga beliau jatuh pingsan lalu dibawa ke rumahnya.

Semenjak itulah, pengepungan semakin ketat. Mereka melarangnya untuk mengimami di Masjid (Nabawi) yang pernah beliau perluas dengan menggunakan hartanya sendiri. Bahkan mereka melarang beliau untuk minum dari air sumur Rumah yang jernih airnya. Padahal beliaulah yang membeli sumur itu lalu mewakafkannya untuk kepentingan kaum muslimin.

Maka Utsman hanya shalat di rumahnya dan minum dari sumur yang ada di rumahnya (yang airnya asin seperti air laut).

Yang menjadi imam Masjid Nabawi pada waktu itu adalah salah seorang penggerak fitnah. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat yang shahih. Walaupun demikian, Utsman tetap menganjurkan kepada kaum muslimin untuk tetap shalat dibelakangnya. Utsman berkata: “Sesungguhnya amalan yang paling baik yang dilakukan oleh manusia adalah shalat. Hal ini menunjukkan betapa ambisi Utsman untuk tetap menjaga persatuan kaum muslimin dan menunjukkan bahwa dia masih menganggap pengepungnyadalah sebagai kaum muslimin, bukan orang-orang kafir.

Ketika para shahabat -semoga Allah meridhoi mereka semuanya- melihat kenyataan ini, mereka khawatir kalau-kalau akan timbul akibat yang lebih buruk. Maka mereka menawarkan bantuan kepada Utsman untuk membela dan melindunginya serta mengusir para pemberontak dari Madinah. Akan tetapi Utsman menolak semua tawaran itu.

Zaid bin Tsabit bcrkata kepadanya : “Para Anshor telah berdiri dipintumu, jika engkau mau, maka kami akan menjadi pembela Allah dua kali”.

Abu Hurairah datang dengan menghunus pedangnya dan dia berkata : “Sekarang telah datang saatnya untuk berperang”.

Abdullah bin Zubair datang dan merayu Utsman untuk mengizinkannya dengan mengatakan : “Wahai Amirul Mukminin, sungguh telah ada sekelompok orang yang memiliki bashirah bersamamu. Allah pasti menolong kita walaupun jumlah kita lebih sedikit, izinkanlah kami!”.

Ayahnya, yaitu Az Zubair mengirim utusan kepada kholifah (Utsman) untuk menawarkan bantuan yaitu penggalangan massa dan masuk ke rumah beliau.

Akan tetapi Utsman tetap menolak semua tawaran itu. Alasan beliau (dalam menolak tawaran ini) ada beberapa poin :

Dia (Utsman) mengatakan : “Aku tidak ingin menjadi pengganti Rasulullah yang pertama kali menumpahkan darah di tengah-tengah umatnya”.

Dia mengetahui bahwa para pengepungnya tidaklah menginginkan kecuali dirinya.

Dia berkeinginan untuk bersabar, karena dia yakin berada di pihak yang benar. Sehingga kelak di hadapan Allah Ta’ala dia memiliki hujjah yang mantap.

Dia mengatakan : “Sesungguhnya Nabi telah mengambil janji dariku, maka aku bersabar dalam memenuhi janji ini”.

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.