Selasa, 03 September 2013

ORASI JALANAN REFLEXI SEJARAH KEMERDEKAAN

oleh : Juned Topan

Nasionalisme meretas
berserak bagai keping keping mozaik
wajah nuswantarapun semakin hilang bentuk
nelangsa dari masa ke masa

Setelah di singgahi Portugis, lalu Belanda datang dan menetap, maka sejak itulah Nuswantara menjadi tanah jajahan.
Geliat ilmu pengetahuan di Eropa yg di sokong kaum kapitalis dan borjouis, terus memicu temuan temuan menakjubkan.
Mesin uap, kapal mesin, teory copernicus dan expedisi Magelhaens telah merangsang adrenalin bangsa Eropa untuk menakhlukkan benua demi benua.
Expedisi yg semula bertujuan untuk pembuktian dan pengembangan ilmu pengetahuan, di sambut gembira oleh kaum kapitalis untuk misi dagang mereka.
Tak kalah penting peran para pendeta dalam misi suci agama yg di anut mayoritas bangsa Eropa pada saat itu, misi injil agung.
Emas, Kejayaan dan missi suci agama, merupakan motivasi yg telah membentuk pola fikir yg lalu melahirkan warna peradaban bangsa Eropa. 
Industri berkembang, produksi berlimpah, mesin telah menggantikan tenaga manusia dan hewan.
Orang orang desa membanjiri kota kota, ladang dan sawah terlantarkan.
Bangsa Eropapun saling berperang untuk memperluas pasar, berburu wilayah wilayah yg kaya sumber daya alam, dan tenaga kerja secara murah.
Lalu terbagilah masyarakat Eropa atas kelas kelas sosial, kelas bangsawan, pemilik modal, dan kelas buruh.
Kekuasaan para raja yg tak terbatas, telah memicu lahirnya simbiosis mutualisme. Persekutuan raja, bangsawan, gereja dan para tuan tanah inilah yg telah memperkokoh Feodalisme sebagai sebuah systym yg dianggap telah menyelamatkan bangsa Eropa dari kebangkrutan di masa kegelapan.
Kesadaraan masyarakat kelas buruh yg terprovokasi gagasan john Locke tentang hak atas kemerdekaan, hak hidup, hak untuk memilih, dan hak untuk memiliki sesuatu, yg merupakan hak setiap orang, telah melahirkan solidaritas kaum buruh.
Perancis dan seluruh Eropa terbakar dalam revolusi sosial. 

Perang butuh biaya besar
Keserakahan selalu dgn logikanya
Liberalisasi ekonomi dan perdagangan menjadi pilihan

Ketika Ingris unggul atas Belanda, maka
Nuswantara berganti tuan dan bangsa ini kembali menjadi budaknya.
Liberalisme yg di kawal imperealisme adalah kebijakan yg menguntungkan para pemilik modal, namun menyengsarakan bangsa takhlukan. 
Tanam paksa, kerja rodi, membangun jalan jalan dan membangun benteng benteng pertahanan adalah cara yg di tempuh untuk mempertahankan kekuasaan serta penggalangan dana untuk bangkit dari kebangkrutan akibat perang.
Tanah tanah di sewakan kepada pemilik modal, bangsa pribumi sebagai pewaris sah menjadi budak di negrinya sendiri.
Jepang datang dan mengaku sbg saudara tua, namun tak kalah biadabnya dgn para penjajah terdahulu.

Industri perang semakin mengerikan
senjata pemusnah masal di ciptakan
Eropa terus membara
Jerman bertekuk lutut
Hiroshima dan Naga saki di bumi hanguskan pasukan sekutu
Nuswantara yg telah berganti nama Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya
Perang dunia menyisakan dua kekuatan besar
Amerika dan Uni Soviet melenggang dalam lemenangan.

Kekuasaan selalu dgn logikanya
Impian purba nanusia manusia agung
Yg tlah membunuh tuhan di dalam hatinya
Yg tlah membunuh tuhan di dalam fikirannya

Bagai kuda kuda liar beringas
Lepas dari padang penggembalaan
Menerjang segala yg menghalang
Menggilas setiap perintang jalan

Amerika membangun aliansi militer/NATO bersama para sekutunya
Uni Soviet membangun PAKTA WARSAWA.
Dunia kembali menyimpan bara, kapitalisme bersitegang dgn sosialisme, hingga runtuhnya tembok berlin, dan sosialispun mati suri.
Amerika melenggang pongah tanpa tandingan, adi kuasa, polisi dunia, pengawal bagi langgengnya kekuasaan barat.
Feodalisme yg terjungkal di Perancis dan seluruh Eropa, kembali bangkit dalam bentuk kolonialisme dan imperealisme.
Persekutuaan para raja, pendeta, cendekiawan dan para pemilik modal semakin menguat, semangat solidaritas kaum buruhpun tak kalah kuat.
Demokrasi, HAM dan liberalisme di manipulasi untuk dapat mengendalikan bangsa bangsa.
Penjajahan tak lagi penguasaan atas koloni koloni wilayah tanah jajahan, namun lebih kepada penguasaan ekonomi dan ideologi secara global.
Bank bank, koorporasi dan perdagangan dunia di bangun, ribapun semakin menggurita.
Negara dunia ketiga bagai bayi menetek di puting susu srigala.

Sampai kapan kita tdk merasa risih sbg tong sampah peradaban, boneka boneka jaman yg terpenjara dinegrinya sendiri, yg di nina bobokan oleh fikiran dan mimpi mimpi bangsa lain.
Solidaritas bagai labirin membingungkan. Ras, suku, agama, dan kelompok, hanyalah pengikat yg rapuh/ashabiyah, sekuat kuat ikatan, adalah yg terbangun atas dasar cinta kepada Allah, Tuhan pencipta.

Salam burung burung liar !

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.