Rabu, 25 Januari 2012

FREUD, Id-Ego-Superego

Pada pertengahan abad 19, ahli fisika Jerman, Hermann Von Helmholtz merumuskan prinsip tentang pengawetan energi. Prinsip ini menegaskan bahwa energi itu adalah suatu kumpulan, sebagai halnya massa adalah suatu kumpulan. Ia dapat dirubah bentuknya tapi tidak dapat dihancurkan. Kalau energi menghilang dari satu bagian dalam suatu system, ia harus muncul kembali di lain tempat dalam system itu. Misalnya, kalau suatu barang menjadi lebih dingin, sebuah barang lainnya yang berdekatan menjadi lebih panas.

Penyelidikan tentang perubahan-perubahan energi dalam suatu system fisika secara berturut-turut menghasilkan penemuan-penemuan penting dalam lapangan dinamika. Masa limapuluhtahun antara pernyataan Helmholtz tentang pengawetan energi dari teori Albert Einstein tentang relativitas merupakan suatu jaman keemasan bagi soal energi.

Tokoh-tokoh seperti James Maxwell, Heinrich Hertz, Max Planck, Sir Joseph Thompson, Marie and Pierre Curie, James Joule, Lord Kelvin, Josiah Gibbs, Rudolph Clausius, Dmitri Mendeleyev adalah beberapa tokoh besar dalam ilmu fisika modern sesungguhnya telah merubah dunia dengan penemuan-penemuannya mengenai rahasia energi.

Dalam semangat di atas, Sigmund Freud (1856-1939), mengembangkan ilmu jiwa yang dinamis. Ilmu jiwa yang dinamis ini adalah ilmu jiwa yang mempelajari perubahan serta pertukaran energi dalam kepribadian.

Seluruh kepribadian, seperti yang dirumuskan oleh Freud, terdiri dari tiga system yang penting, id, ego dan super-ego

Id

Fungsi satu-satunya dari id adalah untuk mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau ketegangan, yang dicurahkan dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar.

Fungsi id ini menunaikan prinsip kehidupan yang asli atau yang pertama yang dinamakan prinsip kesenangan (pleasure principle). Tujuan dari prinsip kesenangan ini adalah untuk mengurangi ketegangan. Ketegangan dirasakan sebagai penderitaan. Tujuan dari prinsip kesenangan ini dapat dikatakan terdiri dari usaha mencegah dan menemukan kesenangan.

Dalam bentuk paling mulanya, id adalah suatu alat refleksi, seperti ketika cahaya sampai mata dan menyakitkan maka reflek adalah menutup mata. Jika ketegangan yang terjadi dalam jasad dapat dihilangkan oleh tindakan refleksi, maka tidak perlu perkembangan rohaniah yang lebih tinggi. Tetapi, banyak ketegangan yang tidak dapat ditampung oleh alat refleksi untuk meghilangkannya, mislanya jika terjadi kontraksi lapar dalam perut bayi, kontraksi itu tidak secara otomatis menimbulkan makanan.

Setiap bayi lapar, ia akan diberi makanan. Selama diberi makanan ini, bayi ini melihat, mencicip, mencium, dan merasa makanan itu, dan pengamatan-pengamatan ini disimpan dalam ingatannya. Melalui ulangan-ulangan, makanan menjadi terhubung dengan peredaan ketegangan. Proses yang menimbulkan suatu kenangan dari suatu ketegangan disebut proses primer (primary process).

Proses primer ini mencoba meredakan ketegangan dengan mendirikan apa yang oleh Freud disebut suatu identitas pengamatan (an identity of perception). Dengan identitas pengamatan ini Freud maksudkan, bahwa id menganggap suatu kenangan itu identik denan pengamatan sendiri.

Menurut Freud, id adalah sumber primer dari energi rohaniah dan tempat berkumpul naluri-naluri. Id lebih dekat hubungannya dengan tubuh dan proses-prosesnya daripada dengan dunia luar. Energinya berada dalam keadaan bergerak (mobil) sehingga energi itu dapat diredakan dengan segera atau dipindahkan dari suatu benda ke benda lain. Ia tidak berubah menurut masa; ia tidak dapat diubah oleh pengalaman, karena ia tidak ada hubungan dengan dunia luar. Akan tetapi id dapat dikontrol dan diawasi oleh ego.

Freud berbicara tentang id sebagai suatu kenyataan rohaniah yang sebenarnya. Yang dimaksudkan ialah, bahwa id adalah kenyataan subyektif yang primer, dunia batin yang ada sebelum seorang individu mempunyai suatu pengalaman tentang dunia luar.

Freud percaya, bahwa pengalaman-pengalaman yang diulangi secara berkali-kali dan secara intensif dalam banyak individu dari generasi turun temurun menjadi simpanan-simpaan yang tetap dalam id.

Id adalah dunia kenyataan yang subyektif dalam mana pengejaran kesenangan dan pencegahan penderitaan merupakan satu-satunya perbuatan yang berarti.

Freud mengakui bahwa id adalah bagian kepribadian yang tersembunyi dan tidak dapat dimasuki, dan sebagian kecil yang diketahui mengenai hal itu didapat sebagai hasil penyelidikan tentang impian dan gejala-gejala penyakit syaraf.

Seseorang misalnya yang bertindak secara impulsive untuk melempar batu ke jendela berada di bawah pengaruh id. Bersamaan dengan itu, seseorang yang mebuang banyak waktu untuk berkhayal dan bergerak dala awangan cita-cita, dikuasai oleh id-nya. Id tidak berpikir, ia hanya mengangankan atau bertindak.

Ego

Kedua proses yang dilalui id untuk meredakan ketegangan, yaitu gerak-gerik impulsive dan pembentukan gambaran (pemuasan keinginan) tidak cukup untuk mencapai tujuan evolusi yang besar menuju kelangsungan dan perbiakan. Hubungan timbale balik antara seseorang dengan dunia memerlukan pembentukan suatu system rohaniah baru, yaitu ego.

Berlainan dengan id yang dikuasai oleh prinsip kesenangan, ego dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle). Tujuan prinsip kenyataan adalah untuk menangguhkan peredaan energi sampai benda nyata yang akan memuaskan telah diketemukan atau dihasilkan. Penangguhan suatu tindakan berarti bahwa ego harus dapat menahan ketegangan sampai ketegangan itu dapat diredakan dengan suatu bentuk kelakuan yang wajar. Prinsip kenyataan diladeni oleh suatu proses yang disebut Freud sebagai proses sekunder (secondary process), oleh karena proses ini berkembang sesudah dan melingkupi proses primer dari id. Proses sekunder terdiri dari usaha menemukan atau menghasilkan kenyataan dengan jalan suatu rencana tindakan yang telah berkembang melalui pikiran dan akal (pengenalan) Proses sekunder biasa disebut pemecahan soal atau pemikiran.

Proses sekunder menunaikan apa yang tidak dapat dilakukan oleh proses primer, yaitu untuk memisahkan dunia pikiran yang subyektif dari dunia kenyataan wujud yang obyektif. Proses sekunder tidak melakuka kesalahan seperti proses primer, ialah: menganggap gambaran suatu benda dan itu sendiri.

Setiap orang memiliki potensi-potensi pembawaan untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Pelaksanaan potensi ini dicapai melalui pengalaman, latihan dan pendidikan.

Superego

Superego adalah cabang moril atau cabang keadilan dari kepribadian. Superego lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata. Superego terdiri dari dua anak system, ego ideal dan hati nurani. Ego ideal sesuai dengan pengertian-pengertian anak tentang apa yang secara moril dianggap baik oleh orang tuanya. Agar superego itu mempunyai pengawasan terhadap anak seperti yang dmiliki orang tuanya, adalah penting bagi superego untuk mempunyai kekuatan untuk mendesakkan ukuran-ukuran morilnya, dengan jalan penghargaan dan hukuman. Penghargaan dan hukuman ini diberikan kepada ego, karena ego, disebabkan pengawasannya atas tindakan seseorang, dianggap bertanggung jawab untuk terjadinya tindakan-tindakan yang moril dan immoral.

Penghargaan dan hukuman rohaniah yang dipergunakan oleh super ego masing-masing adalah perasaan bangga dan perasaan bersalah atau perasaan kurang harga diri. Ego merasa bangga jika ia telah berkelakuan baik atau telah mengandung pikiran-pikiran yang baik, dan ia merasa malu tentang dirinya sendiri kalau ia telah mengalah pada godaan.

Superego adalah wakil dalam kepribadian dari ukuran-ukuran dan cita-cita tradisional masyarakat sebagai yang disampaikan oleh orang tua kepada anak-anak. Dalam hubungan ini harus diingat, bahwa superego anak itu bukanlah pencerminan dari kalakuan orang tua, tetapi pencerminan dari superego orang tua. Disamping orang tua, alat-alat masyarakat lainnya memberi bantuan dalam pembentukan superego anak. Guru, pendeta, polisi, dan siapa saja yang mempunyai kedudukan berkuasa atas anak .

Tujuan apakah yang diladeni oleh superego ini? Superego terutama meladeni tujuan untuk mengontrol dan mengatur gerak hati yang kalau dinyatakan secara sewenang-wenang akan membahayakan kemantapan masyarakat. Gerak hati itu adalah seks dan agresi.

Jika id dianggap sebagai hasil dari evolusi dan sebagai wakil rohaniah dari pembawaan biologis, dan ego sebagai hasil hubungan timbale baki dengan kenyataan yang obyektif dan ligkungan proses rohaniah yang lebih tinggi, maka superego dapat dianggap hasil sosialisasi dan adaptasi tradisi kebudayaan.

Ego dibentuk dari id dan super ego dibentuk dari ego. Ketiganya saling mempengaruhi. Id berkata, “saya mau itu”; superego berkata “alangkah buruknya”, dan ego berkata, “saya takut”.

Dalam tahun-tahun permulaan dari perumusan psikoanalisa yang menjadi pusat konsep teori Freud adalah alam tak sadar. Dalam rumusan kemudian, kebanyakan dari soal-soal yang dahulu diletakkan pada alam tak sadar itu telah menjadi id, dan perbedaan structural antara alam sadar dan alam tak sadar diganti dengan susunan yang terdiri dari tiga bagian, yaitu id, ego dan superego. Alam sadar hanyalah suatu irisan yang tipis dari keseluruhan jiwa, sebagaimana halnya dengan gunung es, bagian yang terbesar daripadanya terletak di bawah sadar.

Dari uraian di atas, maka dapat dilihat bahwa kepribadian sebagai suatu system energy yang rumit dan bentuk energi yang mengatur kepribadian dan memungkinkannya melakukan pekerjaan disebut energi rohaniah. Darimana datangnya energi itu ? Ia datang dari energi rohaniah. Bagaimana terjadinya perubahan ini tidak diketahui. Tempat simpanan dari energi rohaniah itu adalah id. Energi dari id dipergunakan untuk memuaskan naluri-naluri poko dari kehidupan dan kematian. Dengan perantaraan mekanisme identifikasi, energi ditarik dari tempat simpanan dan dipergunakan untuk mendorong ego dan superego.

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.