Selasa, 18 Oktober 2011

Mencoba Memahami Iraadatullah

Mencoba Memahami Iraadatullah

Sejak dini manusia sudah mulai mempertanyakan dasar-dasar pertimbangan Allah dalam menentukan segala sesuatu mulai dari awal penciptaan Dunia ini hingga akhir hari Kiamat nanti, semenjak itu pula hingga kini manusia-manusia yang berkeingintahuan besar berusaha terus menerus berpikir dan merenung untuk mencoba memahami jalan pemikiran Allah. Di dunia Islam pasca Nabi, usaha itu telah coba dirintis oleh para Ahli Hikmah seperti Abu Yusuf Ya'qub ibn Ishaq al-Kindi, Abu Nashr Al-Farabi, Ikhwan al-Shafa, Abu Ali ibn Sina, Abu Hamid al-Ghozali, Abu al-Walid ibn Ahmad ibn Rusyd, Yahya Suhrawardi, Muhyiddin ibn al-Arabi, Maulana Jalaluddin Rumi dan Muhammad Iqbal.

Walau ada berapa kesamaan pandangan dengan kesembilan tokoh Ahli Hikmah plus kelompok cendekiawan Basrah (Ikhwan Al-Shafa) diatas, ada juga pandangan-pandangan yang berbeda dengan tokoh-tokoh pembaharu masa silam tersebut. Bagi yang telah mendalami Sejarah Budaya Filsafat Islam 'insya Allah tidak akan memiliki kesulitan untuk menangkap perbedaan-perbedaan pandangan dengan tokoh-tokoh cendekiawan diatas. Namun bagi yang belum pernah bersentuhan dengan Budaya Filsafat dan Sains Islam dapat membaca buku tentang Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam atau bukunya Karen Armstrong tentang Sejarah Tuhan yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar dapat menangkap perbedaan-perbedaan itu.

Pandangan-pandangan tentang Jalan Pemikiran Allah, berapa diantaranya adalah sbb.:

1. Alam Semesta berserta isinya tercipta dalam visualisasi Pikiran Allah. Ibarat sederhananya seperti seorang penulis saat mencipta sebuah dunia karangan yang dibatasi ruang (tempat), cahaya (gambaran cerita), dan waktu (masa berlangsungnya kisah) dalam pikirannya, demikian pula Allah tapi dalam skala mahabesar dan mahasempurna mencipta Dunia kita ini dalam pikiran-Nya. Hal ini berarti bahwa Realitas Sejati hanyalah ALLAH sedangkan entitas selain ALLAH adalah maya.

2. Kemahasempurnaan dunia ciptaan Allah dilandasi pengetahuan bahwa Allah SWT sebelum menciptakan dunia dalam visualisasi pikiran-Nya telah menetapkan aturan yang sempurna yang mengkoridori seluruh proses evolusi Alam Semesta mulai penciptaan hingga kehancuran (hari kiamat)-nya. Dasar aturan yang sempurna untuk mengkoridori tersebut di dalam Al-Qur'an, kita kenal termaktub dalam Lauh Mahfuzh dan terwujud dalam Sunatullah. Hal ini secara sederhana dapat diibaratkan dengan seorang Pelukis ketika hendak melukis, ia terlebih dulu menetapkan dalam hati-pikirannya "yang terjaga" (identik dengan istilah arab: "mahfuzh") bahwa apapun yang akan dilukiskannya haruslah beraliran naturalisme tidak abstrak atau kubisme misalnya. Maka dengan standar "mahfuzh" tersebut, si pelukis mulai melukis apasaja asalkan masih dalam koridor aliran naturalisme.

3. Mirip seperti saat jiwa ingin berangan tentang Laut misalnya, maka keinginan itu diterjemahkan dalam kode-kode perintah otak sehingga otak dapat memvisualisasikan Laut sesuai keinginan Jiwa.. Maka Allah swt ketika berkehendak menciptakan Dunia dalam Alam Pikiran-Nya, kode-kode perintah yang dipakai adalah "kun". bagi yang sempat belajar sejarah bahasa Semit (yaitu induk dari bahasa Foenisia, Aramea, Ibrani, Syiria, Kaldea dan Arab) mungkin tahu bahwa dua huruf pembentuk kata KUN yaitu "Kaf" dan "Nun" mewakili kualitas Genap (oleh "K") dan kualitas Ganjil (oleh "N"). Dengan kata lain perintah "KUN" oleh Allah SWT merupakan kesatuan kualitas Ganjil & Genap; identik dengan kesatuan kualitas Ying & Yang; atau dalam ilmu genetika identik dengan kualitas X & Y; sedang dalam dunia komputer identik dengan Bahasa Program Binari 0 (Kosong) dan 1 (Satu).

4. Bagaimana cara kode-kode perintah ALLAH "KUN" (yang disimbolkan dengan K dan N) mewujud Dunia, adalah sebagaimana ibarat sederhananya Program Komputer 0 dan 1 " berkerja padu & berkembang" mewujudkan DUNIA MAYA yang "hidup", "berpikir" dan "bergerak" di dalam layar komputer.

5. Karena Alam Semesta kita ini tercipta dan berevolusi mengikuti aturan yang sangat terpola; yaitu sederhananya seperti mengikuti kinerja berpikir komputer, maka segala kemungkinan yang mungkin terjadi di Dunia kita ini pada dasarnya dapat diprediksikan sebelumnya. Dus, karena seluruh kemungkinan sebab-akibat di Dunia ini dapat diprediksikan maka Hukum Alam Semesta atau Sunatullah selaras dengan Hukum Probabilitas.

6. Teori bahwa dalam Alam Semesta berlaku Hukum Probabilitas telah dikemukakan oleh ahli fisika nuklir Werner Heisenberg yang dengan dasar penemuannya tersebut mengilhami para saintis mengembangkan teori Mekanik Kuantum. Bedanya, Heisenberg menarik kesimpulannya berdasarkan perhitungan rumit fisika; maka metodologi penulis mendapakan kesimpulan tersebut adalah berdasarkan visualisasi ilham yang kemudian visualisasi tersebut penulis analisis lebih lanjut menggunakan rasio dan logika sederhana dengan mengacu kepada teori-teori Hukum Alam yang tersirat dalam ayat-ayat suci Al-Qur'an.

7. Visi point 6 diatas memperlihatkan pula pada penulis bahwa Allah SWT mengetahui hal-hal yang umum maupun yang khusus tapi bersamaan itu pula Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih. Penjelasan sederhananya: Ketika di suatu sore penulis, AH, mendengar suara adzan berkumandang maka ALLAH sungguh Maha-Mengetahui bahwa Probabilitas atau kemungkinan AH menyegerakan sholat adalah 23,789% (misalnya) sedangkan kemungkinan AH menunda sholat adalah 76,211% walau demikian Allah SWT memberi kebebasan mutlak kepada AH untuk memilih apakah segera sholat atau sebaliknya menunda sholat. Sehingga Point 7 ini membantah teori Aristoteles, al-Farabi dan ibn Sina bahwa Ilmu Tuhan hanya sebatas pada hal-hal yang umum.

8. Karena di dunia ini berlaku Hukum Probabilitas yang mengikuti deret ukur (Perkalian) bukan deret hitung (penjumlahan) maka adalah bijaksana bila seseorang dihadapkan pada pilihan berbuat baik atau berbuat buruk untuk memilih berbuat baik. Mengapa? Karena sekecil apapun amal kebaikan kita akan secara berlipat-lipat (baca: secara drastis) meningkatkan kesempatan kita mendapatkan Rahmat Allah sebaliknya sekecil apapun dosa kita akan secara berlipat-lipat pula mendekatkan kita kelak kepada Api Kemurkaan-Nya.

9. Pada akhirnya tapi belum yang terakhir, poin 1 hingga 8 menyiratkan betapa Allah Mahasabar lagi Maha Memegang Janji. Mengapa? Karena Dunia Alam Semesta ini termasuk kita didalamnya dengan segala intrik-intriknya berada dalam Visualisi Pemikiran ALLAH. Maka andaikan ALLAH tidak sabar melihat pembangkangan yang terjadi dalam Visualiasi Pemikiran-Nya, tentu ALLAH menghapuskan/ melenyapkan/meniadakan Visualiasi Pemikiran-Nya saat ini dalam sekejap mata atau bahkan lebih cepat dari itu; dan menggantinya dengan mencipta/membangun/ mengembangkan Visualiasi Pemikiran (baca: Alam Dunia) yang baru dan diisi mahluk-mahluk yang lebih taat kepada-Nya. Tapi hal itu tidak dilakukan oleh Allah karena Allah Mahasabar lagi teguh berpegang janji pada Ketentuan/Ketetapan Pikiran-Nya yang dibuat-Nya sebelum Alam Semesta ini diciptakan dan termaktub dalam Lauh Mahfuzh. Sungguh Mahasuci ALLAH dengan segala rencana dan iradah-Nya.


0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.