Rabu, 26 Oktober 2011

pengantar psikologi transpersonal

View: New views
11 Messages — Rating Filter: Alert me

pengantar psikologi transpersonal

Click to flag this post

by ajieb jiejieb mustajieb Apr 01, 2011; 10:07pm :: Rate this Message: - Use ratings to moderate (?)

Reply | Print | View Threaded | Show Only this Message

Pengantar Psikologi Transpersonal
07.15.2009 · Posted in Psikologi Transpersonal, Sains
Oleh Arhamedi Mahzar.
Indonesia penuh dengan kepercayaan akan paranormal yaitu tokoh-tokoh yang
dipercayai memiliki kemampuan luar biasa seperti mengetahui masa depan
(prakognisi), membacapikiran orang lain (telepati) dan menggerakkan benda-benda
di luar tubuhnya melaluipikiran (telekinesis) bahkan berkomunikasi dengan
makhluk-makhluk gaib berupa roh orang mati atau jin. Semua pengalaman ini bagi
tradisi mistisisme justru dianggap sebagai pengalaman sampingan dalam
perjalanan untuk mencapai pangalaman mistik sejati yang disebut dengan nama
unio mystica di kalangan mistisisme kristen, makrifat dikalangan sufisme agama
Islam, moksha di kalangan Yogi agama Hindu, sunyata di kalangan Bodhisatwa
agama Budha.
Armahedi M
Tentu saja semua kepercayaan itu dianggap tahayul non-ilmiah di kalangan
ilmuwan modern. Namun, pada akhir abad keduapuluh muncul sebuah mazhab
psikologi yang disebut psikologi transpersonal yang mencoba mengawinkan
psikologi modern yang mempelajari orang-orang normal dengan psikologi
tradisional yang juga mepelajari pengalaman paranormal orang-orang yang mencari
kesatuan dengan Realitas yang Mutlak seperti para kabalis Yahudi, mistikus
Kristen, sufi Islam dan yogi Hindu. Psikologi transpersonal ini muncul sebagai
kelanjutan dari gerakan potensi manusia seutuhnya di tahun 70-an.
Gerakan ini bermula dengan pengalaman-pengalaman luar biasa para hippies
pencetus revolusi kebudayaan Amerika di tahun 60-an. Para hippies yang menolak
kemapanan itu melakukan proses kembali ke alam meninggalkan kehidupan modern
dan mengikuti kehidupan primitif suku Indian yang para dukunnya gemar mencari
kebenaran dengan menghisap jamur-jamur halusinogen yang membuat halusinasi yang
dianggap sebagai kebenaran. Mereka bereksperimen dengan zat halusinogen bernama
LSD yang disintesakan secara kimiawi oleh seorang kimiawan pegawai pabrik obat
Sandoz di Bazel Swiss, bernama Albert Hoffmann, di tahun 1943.
Sementara itu di Cekoslowakia di tahun 50-an sedang dilakukan penelitian
pengobatan orang sakit jiwa dengan menggunakan zat-zat psiko-aktif di antaranya
adalah asam lisergik dietilamid alisas LSD. Salah seorang dokter muda pada
waktu itu bersedia menjadi kelinci percobaan untuk memakan LSD dengan dosis
sangat kecil. Dokter itu adalah Stanislav Grof yang kemudian bersama-sama
Abraham Maslow pendiri mazhab psikologi Humanistik mendirikan Asosiasi
Psikologi Transpersonal Amerika yang sayangnya tidak diakui sebagai anggota dari
Perkumpulan Psikologi Nasional Amerika.
Menarik untuk disimak adalah pengalaman-pengalaman sang dokter muda Grof ketika
mengikuti eksperimen mengkonsumsi zat psikoaktif LSD di Praha pada waktu
komunis sedang berkuasa sebagai rezim totaliter di kala itu. Ketika sedang
berada dalam pengaruh obat bius itu, dia merasa rohnya keluar tubuhnya terbang
melayang keluar bumi menuju ruang angkasa bebas dan menyaksikan berbagai
ledakan bintang-bintang yang kemudian dikenal sebagai ledakan supernova.
Pengalaman itu sangat luar biasa sehingga tak mungkin dilupakannya. Karena tak
mungkin diterima oleh paradigma materialisme dialektik yang dominan di
universitasnya pada waktu itu, maka dia mengklasifikasikan catatan-catatan
mengenai pengalamannya itu sebagai pengalaman transpersonal dan menyimpannya
secara pribadi. Begitulah, ketika dia mendapat kesempatan berbicara dalam
sebuah seminar di Amerika Serikat dia melaporkan pengalaman transpersonal
dirinya yang juga dialami oleh pasiennya. Dokter-dokter di Amerika Serikat pun
tertarik dan memberinya kesempatan untuk riset di negeri adikuasa tersebut
Sayangnya, ketika dia mulai menjalankan risetnya, LSD justru dilarang di
Amerika Serikat dan dikategorikan sebagai narkoba yang mempunyai efek genetik
yang membahayakan. Maka, dia pun mencari metoda baru untuk mencapai
kesadaran-kesadaran alternatif dan menemukannya dalam bentuk sebuah teknik
pernafasan yang disebutnya pernafasan holotropik. Ternyata pernafasan
holotropik dapat menghasilkan pengalaman-pengalaman luar-biasa yang biasanya
dialami oleh para mistikus, sufi dan yogi serta para shaman alias dukun-dukun
diberbagai suku primitif dunia dan juga, belakangan, oleh para hippy pemakai
LSD. Namun sayangnya, alih-alih menjadikan metodenya sebagai salah satu alat
baku untuk psikoterapi, dia menjadikannya sebagai bisnis pengalaman alternatif
yang menjanjikan.
Stanislav Grof dan kawan-kawannya telah mendirikan Asosiasi Psikologi
Transpersonal Amerika Serikat bahkan kemudian juga ikut mendirikan Asosiasi
Psikologi Transpersoanal Internasional. Dengan demikian sebuah revolusi telah
terjadi. Timur dan Barat menyatupadu da;am lahirnya psikologi transpersonal.
Kendati di negeri tempat lahirnya, Amerika Serikat, psikologi transpersonal
tidak diakui sebagai cabang yang absah dari psikologi modern, di negeri-negeri
lain di Eropa dan Amerika Latin psikologi transpersonal justru diterima sebagai
cabang psikologi modern.
Salah seorang profesor filsafat dari Indiana University di kota South Bend di
Amerika Serikat, Michael Washburn menggunakan perspektif psikoanalisis untuk
memasukkan psikologi tradisional Timur ke psikologi modern Barat. Caranya,
adalah dengan mengajukan konsep Energi Asal Yang Dinamis, Kreatif dan Spontan
sebagai sumber dari energi psikhis libido individu manusia yang tersempal dan
terasing dari sumbernya. Keterasingan atau alienasi ini akan teratasi jika
manusia mengatasi egonya dan bergabung kembali ke Energi Asal itu. Proses
kembali ke energi asal itu tak lain dari proses meditasi yang diajarkan oleh
tradisi mistik Timur. Pandangan Washbun ini adalah wajah modernis dari proses
integrasi psikologi modern dan psikologi tradisional dalam psikologi
transpersoanal. Dalam hal ini, yang tradisional ditelan oleh yang modern.
Pandangan seperti ini tentu saja ditentang oleh pemikir-pemikir posmodernis
yang menganggap psikologi tradisional setingkat dengan psikologi modern.
Mungkin lebih tepat jika kita melakukan penggabungan secara posmodernis di mana
psikologi yang modern dan yang tradisional secara bebas menjadi psikologi yang
posmodern. Dalam kerangka pemikiran posmodern inilah, Profesor Jorge Ferrer
dari California Institute of Integral Studies di San Francisco, mengajukan
teorinya tentang spiritualitas partisipatif. Ferrer, mengajukan sebuah wawasan
psikologis integratif di mana semua tradisi spiritual agama-agama dunia boleh
berkembang berdampingan sebagai jalan kembali ke Sumber Energi Cerdas sebagai
Asas Terdasar bagi Kehidupan dan Realitas yang disebut Ferrer sebagai Misteri.
Dalam pandangan Ferrer, Misteri itu bekerja dalam dua bentuk energi yaitu
Energi Gelap dan Energi Kesadaran, bagaikan Im dan Yang dalam tradisi Taoisme
di Cina. Energi Gelap itu bersifat padat, tanpa bentuk dan tak terbeda-bedakan,
sedangkan Energi kesadaran bersifat halus, bercahaya dan beraneka ragam.
Permainan kedua energi itu menghasilkan evolusi jagat raya yang dilanjutkan
oleh evolusi kehidupan dan berakhir pada evolusi peradaban manusia yang
berujung pada keanekaan kehidupan beragama yang ada di muka bumi
Pandangan pluralistik posmodernis ini tak disukai oleh Ken Wilber, yang kini
juga tidak lagi suka pada nama psikologi transpersonal, dan mengganti nama
psikologi baru itu dengan nama “psikologi integral.” Ken Wilber sendiri,
seorang ahli kimia yang membelot ke psikologi, sebenarnya mulai populer setelah
di tahun 1980 menerbitkan buku “The Atman Project” dengan subjudul “A
Transpersonal View of Human Development.” Dalam pandangan Wilber di kala itu,
pengembangan spiritual agama-agama tradisional mistik Timur adalah kelanjutan
dari perkembangan kejiwaan yang dipelajari oleh psikologi modern seperti
behaviorisme, psikoanalisis, psikologi kognitif dan psikologi humanistik. Dia
pun mensintesakan mazhab pertama (behavorisme), mazhab kedua (psikologi dalam),
mazhab ketiga (psikologi humanistik) dengan psikologi tradisional timur dalam
mazhab keempat psikologi yaitu psikologi transpersonal.
Namun pemikiran Ken Wilber, terus berkembang. Mulanya dia mengganti nama
psikologi transpersonal menjadi psikologi integral. Kemudian dia memperluas
pemikiran integralnya menjadi pandangan filosofis yang disebutnya sebagai
integralisme universal, pada tahun 2000, di mana perkembangan psikologi dilihat
sebagai buah dari perkembangan sosiologi (sejarah peradaban) yang pohonnya
adalah sejarah perkembangan biologi (evolusi) yang tumbuh di tanah yang terolah
melalui evolusi kosmologi (dari Dentuman Besar hingga pengembangan alam semesta.
Maka kini pun dia melihat perkembangan psikologis hanya merupakan satu kuadran
dari evolusi spiritual yang integral. Kuadran-kuadran lainnya adalah sains,
budaya dan masyarakat. Teori pos-metafisik yang disebutnya AQAL (All Quadrants
All Levels) itu dipromosikan oleh lewat Integral Istitute yang dibentuknya di
Amerika Serikat.
Filsafat Ken Wilber disebut Integralisme Universal mengingatkan pada pemikiran
saya yang dibukukan kira-kira lebih dari duapuluh tahun yang lalu dengan judul
“Integralisme” dengan subjudul “sebuah Rekonstruksi Filsafat Islam.” Filsafat
Integralisme itu adalah upaya merumuskan kembali filsafat Islam dalam
peristilahan yang lebih bisa dipahami oleh orang-orang di zaman serba komputer
ini. Menurut integralisme semua realitas, termasuk manusia, terdiri dari dua
sisi: esensial dan eksistensial. Sedangkan sisi eksistensial terdiri dari empat
lapis substansi yang dikenal sebagai materi, energi, informasi dan nilai-nilai
dalam urutan seperti itu. Urutan seperti ini sebenarnya telah lama dikenal
dalam tradisi pemikiran Islam: fikih, tasawuf, filsafat dan ilmu kalam.
Tradisi tasawuf, misalnya, melihat di antara ruh (esensi) dan tubuh (sarana
materi) terdapat nafsu (penyalur energi) dan akal (pengolah informasi) dan
kalbu atau hati nurani(wahana nilai-nilai). Dalam bahasa anak sekarang, tubuh
itu ibarat motherboard dan prosesor komputer, nafsu adalah catudaya atau power
supply nya, akal adalah sistem operasi seperti Windows dan kalbu itu ibarat
program aplikasi. Nah dalam metafor komputer ini, ruh adalah pemrogram atau
pemakai komputer. Tanpa pemrogram atau pemakainya, komputer itu adalah benda
mati yang tak berguna. Begitu juga tanpa ruh, tubuh hanya bergerak diprogram
bagaikan robot oleh informasi-informasi yang kita peroleh di rumah, di sekolah,
di kantor dan di pasar bebas informasi media massa
Dalam bahasa psikologi, tubuh adalah ketidaksadaran yang perilakunya dibentuk
oleh mekanisme pengkondisian behaviorisme, nafsu adalah kebawahsadaran libido
yang diungkap mekanisme penyalurannya oleh psikoanalisis, akal adalah ego yang
proses dan strukturnya diteliti oleh mazhab psikologi kognitif dan kalbu adalah
keatassadaran hatinurani yang eksistensinya dipelajari oleh psikologi
humanistik. Sedangkan pengalaman-pengalaman ruh itulah yang dipelajari oleh
psikologi transpersonal. Ruh adalah kepuncaksadaran manusia. Itulah sebabnya
integralisme Islam dapat juga digunakan sebagai landasan pemahaman psikologi
transpersonal. Jika dibebaskan dari terminologi Islam, maka Integralisme Islam
pada hakekatnya dapat dipahami secara universal. Soalnya Islam adalah agama
universal sebagai rahmat bagi sekalian bangsa.
Seperti integralisme universal Ken Wilber, integralisme Islam juga melihat
individu adalah bagian dari keseluruhan-keseluruhan yang melingkunginya secara
berlapis. Lingkungan-lingkungan itu adalah peradaban manusia yang sosial,
lingkungan hidup yang universal dan alam akhirat yang transendental dan
kekuasaan Ilahi integral yang merupakan Maha Pencipta alam-alam itu: Rabb
al-’Alamin. Dalam bahasa psikologi, lingkungan-lingkungan itu adalah lingkungan
yang transpersonal. Inilah dimensi transpersonal mendatar alias horisontal,
dari yang insani ke yang Rabbani, yang harus diintegrasikan dengan dimensi
transpersonal menegak atau vertikal dari yang material ke yang spiritual.
Integrasi ganda ini merupakan proses psikologis transpersonal menuju pribadi
seutuhnya yang berguna bagi masyarakat seluasnya, serasi dengan lingkungan
hidup seluruhnya dan selaras dengan nilai-nilai transendental yang bersumber
dari Yang Maha Pencipta dan Maha Penguasa segalanya.
Adanya perjenjangan kesadaran itu sebenarnya bukanlah ada dalam tradisi
peradaban Islam belaka. Ken Wilber, misalnya, dalam tabel yang dilampirkan
bukunya The Atman Project, menunjukan adanya kesejajaran antara konsep hirarki
internal vertikal itu dalam psikologi tradisional Timur (seperti Hindu, Budha
dan Taoisme) dan Timur Tengah (Yahudi, dan Kristen). Pandangan ini diwarisnya
dari tradisi filsafat perenialisme yang menganggap adanya kesatuan
transendental semua agama-agama. Bahkan, sebelum dia menamakan filsafatnya
sebagai integralisme universal, dia menyebut filsafatnya sebagai
neo-perenialisme. Embel-embel neo diletakkannya, karena berbeda dengan
filsuf-filsuf perenial yang mendahuluinya, Ken Wilber menerima evolusi biologi
Darwin dan menganggapnya sebagai bagian dari evolusi spiritual yang lingkupnya
meliputi seluruh alam semesta dan manusia di dalamnya. Itulah sebabnya dia
meletakkan perkembangan psikologis sebagai evolusi personal, yang
psikospiritual, paralel dengan evolusi peradaban yang sosiokultural. Dalam hal
ini integralisme universal serasi dengan integralisme Islam.
Itulah sebabnya psikologi transpersonal harus didampingi dengan sosiologi
transpersonal yang melihat peradaban manusia berkembang secara integral pula.
Tampaknya memang begitulah adanya. Bukankah peradaban manusia bermula dengan
revolusi pertanian yang menyangkut pangan yang material diikuti oleh revolusi
industri menyangkut pemanfaatan energi oleh mesin-mesin dan akhirnya ditutup
oleh revolusi informasi yang memanfaatkan informasi melalui komputer dan
jaringannya yang mengintegrasikan teknologi informasi dan teknologi komunikasi
dalam jaringan telematik global bernama internet. Jika kita seorang integralis
maka kita akan melihat bahwa ketiga revolusi itu akan diikuti oleh revolusi
nilai-nilai. Tampaknya kita memang sedang berada dalam era revolusi
nilai-nilai. Protokol Kyoto dan Peta Jalan Bali menunjukkan bahwa revolusi
nilai-nilai itu sedang dirintis. Yang diperlukan selanjutnya adalah penyusunan
protokol dan institusi kerjasama antar agama untuk menyelamatkan manusia di
alam dunia ini, bukan hanya di alam akhirat. Semoga kita semua bisa menyadarkan
pentingnya revolusi nilai-nilai ini melalui penyadaran adanya paralelisme
esoteris di dasar agama-agama dunia melalui pengembangan dan pemasyarakatan
psikologi transpersonal. Insya Allah begitulah adanya. Amin, ya Rabbal Alamin.
Sumber: http://integralist.multiply.com/journal/item/6

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.