Selasa, 18 Oktober 2011

RUH DAN NAFS

AN-NAFS


Sebenarnya masalah jiwa itu adalah masalah Tuhan. Seperti juga yang tercantum dalam ayat ‘yasalunaka anir ruh qulil ruh min amri Rabbi’ yang artinya ‘Mereka menanyaimu tentang roh, maka katakanlah bahwa roh itu urusan Tuhan’….

Sayyid Muhammad Husin Thabathaba'i (ahli tafsir) mengartikan jiwa tersebut dengan 'aku'. Ketika seseorang membicarakannya, ia mengatakan 'aku' yang menunjukkan bahwa 'aku' itu bukanlah tubuh dan bukan pula komponen-komponennya.

Al-Ghazali sebagaimana Ibn Sina membagi jiwa atas tiga macam: yaitu jiwa nabati (an-nafs an-nabatiyah), jiwa hewani (an-nafs al- hayawiniyah) dan jiwa insani (an-nafs al-insaniyah).

Jiwa nabati adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi makan, tumbuh dan berkembang, Jiwa hewani adalah kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradat (kehendak). Jiwa insani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran serta dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum. Jiwa insani inilah yang dinamakan roh, sebagaimana para filsuf Islam menyamakannya dengan an-nafs an-naatiqah (jiwa manusia).

Sebelum masuk atau berhubungan dengan tubuh disebut roh, sedangkan setelah masuk ke dalam tubuh dinamakan nafs yang mempunyai daya (al- aql) yaitu daya praktek yang berhubungan dengan badan dan daya teori yang berhubungan dengan hal-hal yang abstrak.

Al-Ghazali juga mengartikan an-nafs berdasarkan arti khusus dan arti umum. Dalam arti khusus, an-nafs merupakan sumber akhlak yang tercela dan harus diperangi. Sedangkan dalam arti umum, an-nafs adalah suatu yang merupakan hakekat manusia, yang oleh para ahli filsafat Islam disebut dengan an-nafs an-naatiqah.

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.