Jumat, 21 Oktober 2011

Sosialisme Islam Sebagai Alternatif Politik Libya

Oleh: Mujtahid *
BERBICARA mengenai sosialisme, tentu juga berbicara tentang suatu paham Marxisme. Sebab ajaran-ajaran sosialisme dipandang sebagai cikal bakal yang mengilhami -untuk tidak menyebut mewariskan- cara berpikir selanjutnya pada Marxisme. Padahal, hingga kini masih terjadi polarisasi ekstrim antara agama di satu pihak, dengan Marxisme di pihak lain. Agama dan Marxisme adalah dua kekuatan kontradiktif yang cenderung bertolak belakang secara diametral. Lalu bagaimana dengan gagasan sosialisme Islam Muammar Qadhafi di Libya?
Dalam masyarakat Dunia Ketiga, Muammar Qadhafi dipandang sebagai tokoh yang revolusioner mengembalikan citra Islam dari tuduhan yang statis, anti kemajuan dan kemapanan. Hal yang sama juga pernah terjadi pada Ali Syari’ati di Iran. Sebab, Dunia Ketiga telah sepenuhnya terkena penyakit westruckness (mabuk kepayang terhadap Barat dan materialism syndrom) kegilaan terhadap kemegahan materialistik.
Menghadapi syndrom yang serba kebaratan itu, Qadhafi telah membuktikan kepada dunia, bahwa Islam tidaklah reaksioner, pasif, dan status quo. Islam pun menggerakkan manusia melawan berhala-berhala peradaban, Islam adalah revolusioner. Qadhafi merupakan sosok intelektual Muslim yang spektrum pemikirannya telah melintas batas geografis dan batas waktu. Ketokohannya dilambangkan dengan berapi-api pidato dan berderet-deret karya tulis yang menggugah semangat, telah membuktikan bahwa dirinya adalah cermin seorang rausyan fikr, sosok manusia ideal yang menjadi cita-citanya.
Pandangan sosialisme Islam Qadhafi sangat berbeda dengan ajaran yang dikembangkan oleh Karl Marx (Marxisme). Marxisme menolak eksistensi agama. Bahkan lebih keras lagi, agama menurut Marx, adalah doktrin sesat yang tidak perlu diikuti. Marxisme menyatakan bahwa agama adalah candu masyarakat (religion is opium). Agama dianggap telah mengalienasi manusia sendiri. Sikap antipati Marxisme terhadap agama tersebut bahkan dijadikan sebagai salah satu pandangan Marxisme yang dikonsepsikan dalam The Alienating Effect of Religion.
Sementara sosialisme Islam seperti yang dinyatakan Qadhafi adalah paham yang berpihak pada kaum terindas (mustadzafin), dan meluruskan perjalanan sejarah dari kekuasaan tiran menjadi kekuasaan kelompok tercerahkan, berpihak pada kelas bawah bersama orang-orang yang berada di jalan Tuhan. Secara jelas, aspek ini berbeda sama sekali dengan padangan Marxisme.
Dengan berlatar belakang keagamaan yang kuat dan mendalam, Qadhafi mengemukakan beberapa ide-ide Sosialisme Islam secara berani dan brilian. Gagasannya ditujukan kepada seluruh rakyat Libya, mulai dari lapisan intelektual, mahasiswa, ulama, sampai berbagai kelompok sosial-pekerja. Dari sanalah Sosialisme mendapatkan tempat dan mulai ada kesadaran akan perubahan bagi kondisi yang lebih baik, keberanian untuk bergerak, dan kesadaran kelas mulai geliat muncul.
Dalam diri Qadhafi tertanam tauhid, sebuah pandangan dunia mistik-filosofis yang memandang jagad raya sebagai sebuah organisme hidup tanpa dikotomisasi, semua adalah kesatuan dalam trinitas antara tiga hipotesis; Tuhan Manusia dan alam. Pikiran ini dengan sendirinya membantah eksistensi ajaran Marxisme. Bagi Qadhafi, tauhid memandang dunia sebagai suatu imperium, sedangkan lawannya syrik memandang dunia sebagai suatu feodal. Dengan pandangan ini maka dunia memiliki kehendak, kesadaran diri, tanggap, cita-cita, dan tujuan.
Qadhafi juga punya concern terhadap nasip negara Dunia Ketiga, di mana mereka dijajah secara ekonomi, politik, dan kultural oleh Barat. Dalam konteks Libya, untuk menyerang imperium seperti itu, Qadhafi mengangkat ideologisasi Islam. Dengan mengekspresikan akar tradisi Islam, semua bentuk realitas kedzaliman pasti bisa teratasi sepanjang jiwa Islam dipahami secara benar. Barangkali sikap demikian ini, Qadhafi memanfaatkan warisan pemikir masa silam sebagai inspiratornya. Ia tidak pernah diam berbuat dan berpikir demi kemajuan negaranya. Ia ingin menghidupkan Rausyan fikr kembali, sebagai sosok yang mempunyai kesadaran dan tanggungjawab untuk menghasilkan lompatan besar.
Dalam dunia sosial-politik, Qadhafi dikenal memiliki komitmen luar biasa pada keadilan dan rakyat tertindas. Bahkan diakui, Qadhafi telah memberikan kontribusi dan sekaligus sebagai inspirator terhadap gerakan-gerakan Islam radikal dipelbagai belahan dunia Islam, terutama dalam melawan rezim otoriter.
Sosialisme sebagai paham yang mengajarkan keadilan dan solidaritas agung bukanlah milik sekelompok manusia tertentu. Ia adalah milik kemanusiaan yang sangat mendasar. Dalam artian, sosialisme adalah nilai dasar atau identitas khas dari kemanusiaan. Hanya manusia yang telah kehilangan nurani dan akal sehatnya yang meninggalkan sosialisme.
Hal itu disebabkan esensi sosialisme adalah ajaran yang menekankan keadilan dan solidaritas sesama umat manusia sekaligus antipenindasan dari segala macam bentuk eksploitasi. Dalam esensi itulah sosialisme harus dilihat dan dipahami. Tidak adil jika seseorang mendefinisikan sosialisme hanya dari satu atau dua varian yang berkembang.
*) Mujtahid, Dosen UIN Maliki Malang

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.