Senin, 04 Juli 2011

Galang Mahesa Putra

Didunia ini banyak yang mengaku Tuhan atau diakui oleh pemeluknya sebagai Tuhan.



Antara lain :

Yesus.

Budha.

Syech Siti Jenar.

Al-Halaj.

Begawan Rajnees.



Semuanya adalah berbentuk manusia, tetapi diakui atau mengaku sebagai Tuhan.

Apakah mereka itu Tuhan yang sebenarnya.



Untuk mengetahuinya Islam mempunyai suatu alat test untuk membuktikannya.



Dalam Al-Quran (Qs.al-ikhlas 112: 1-4) dikatakan :



قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ



Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa.



اللَّهُ الصَّمَدُ



Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.



لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ



Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,



وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ

dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".



MARI KITA UJI



قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. (Qs.112:1).



Apakah Yesus satu-satunya yang dianggap Tuhan?.

Ternyata ada yang lain yaitu Budha, Syech Siti Jenar, Al-Halaj dan Rajnees.



Tapi seupama anda keberatan dan anda merasa manusia yang anda anggap Tuhan adalah satu-satunya, mari kita ke test yang ke-2



اللَّهُ الصَّمَدُ

Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (Qs.112:2).



Apakah semua manusia saat Yesus hidup bergantung sama Yesus???.

Yesus saat itu ada di Yerusalem di Israel.



Apakah saat itu orang Jepang bergantung pada Yesus???.

Demikin juga berlaku buat Budha, Syech Siti Jenar dll.



Okelah mungkin kita akan meloloskan mereka pada test ke-2 ini. Mari ke test yang ke-3



لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, (Qs.112:3).



Bukankah semua yang disebutkan diatas (Yesus, Budha, Syech Siti Jenar, Rajnees, Al-Halaj dll) mempunyai awal dan akhir.



Dilahirkan dari seorang wanita dan mengalami kematian nantinya.

Begawan Rajnees saat ke Amerika tahun 1981 pernah melakukan serangkaian workshop keagamaan.



Di Oregon dia membangun Rajness Furm.

Kemudian dia ditangkap di Amerika dan menaruhnya di Furmbash, disana dia mengaku sebagai Tuhan.



Di dalam penjara dia meminta rokok (Tuhan merokok). Tahun 1985 dia kembali ke India.

Di kota Puna dia membuat markas yang dikenal sebagai masyarakat Osho.



Disana tertera tulisan di nisannya ''Rajnees tidak pernah lahir dan mati, pernah singgah di planet Bumi pada tanggal 11 Des 1931-19 Jan 1990''.



Mereka lupa menulis dalam batu nisannya bahwa Rajnees pernah ditolak masuk ke 21 negara karena tidak punya Visa (bayangkan ada Tuhan mengemis Visa).



Dan kepala Uskup Agung Grees mengatakan ''kalau pemerintah tidak mengusirnya, saya akan membakar rumahnya dan semua pengikutnya''.



Rajness yang mengaku Tuhan ternyata amat menderita dengan penyakit asma, menderita penyakit gula dan nyeri punggung kronis.



Bayangkan ada Tuhan yang mempunyai penyakit Kompleks. Tapi okelah mereka lolos pada ujian yang ke-3. Mari kita ke Ujian yang ke-4



وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ

dan tidak ada seorangpun/sesuatupun yang setara dengan Dia". (Qs.112:4).



Kalau ada Tuhan yang kekuatannya diperbandingkan dengan sesuatu berarti dia bukan Tuhan.

Kalau ada yang mengatakan Tuhan kekuatannya 100 ribu kali Arnold Swarzeneger atau 1 juta kali kekuatan Arnold Swarzeneger berarti dia bukan Tuhan.



Tuhan tidak dapat dibandingkan dengan sesuatu. Yesus, Rajnees, Budha, Syekh Siti Jenar, Al-Halaj bukankah semuanya berbentuk manusia, yang makan, minum, tidur, dan disusui saat masih bayi.



Waktu masih kecil semuanya bermain-main layaknya anak-anak kecil dll.

Semuanya setara sebagai manusia (bermata, bertangan dan kaki) yang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing.



KESIMPULAN: Dari semua nama yang tercantum diatas dan yang belum tersebutkan, tidak satupun yang lulus dari test surat Al-Ikhlas 112 : 1-4.



Jadi kalau anda mengaku sebagai Tuhan, anda harus lulus dari Tes ini.



Jika tidak, maka anda adalah Tuhan gadungan.



Mungkin anda bertanya jika Tuhan itu hanya Allah, mengapa di dunia ini banyak manusia yang tidak ber-Tuhan kepada Allah, tetapi mereka tetap hidup, kaya, banyak anak, dll.



Sedangkan yang ber-Tuhan pada Allah banyak yang miskin.



Jawabannya dapat anda lihat pada Hewan.

Bukankah mereka tidak ber-Tuhan sama sekali bahkan tidak berakal, tetapi toh mereka bisa hidup, berkembang biak dan bahagia dalam kapasitas hewan.



Maksudnya bahwa Allah di dunia ini tidak pilih-pilih siapa yang akan diberi rezeki, siapa yang berusaha dialah yang mendapatkan rezekinya entah itu caranya baik atau buruk, toh nanti ada perhitungannya di akhirat.. Apakah dia beriman atau Kafir.



Tapi Allah memberi tahu bahwa Surga hanya untuk orang-orang yang beriman dan Neraka untuk orang-orang yang Kafir terhadap Allah. Jadi Allah adil di dunia dan adil di akhirat!.




Oleh Soe Tjen Marching Batas usia manusia bertambah panjang. Bila anda termasuk manusia yang getol hidup lebih lama, mahluk yang perlu diberi tanda terimakasih adalah teknologi. Perkembangan teknologi dalam kedokteran dan farmasi semakin mampu menyembuhkan berbagai penyakit dan juga mempertahankan kesehatan manusia, serta membuat hidup manusia bertambah nyaman. Tapi tidak semua teknologi membuat masyarakat lebih sehat dan nyaman. Mereka dengan bahagia memuja teknologi, dan karena ini pula, ketergantungan pada pengeras suara semakin menjadi-jadi. Hampir semua acara, pesta dan perayaan dilengkapi dengan pengeras suara yang fungsinya tidak lagi membantu manusia untuk mendengar, tapi lebih kepada memekakkan telinga hadirin bahkan masyarakat sekitarnya. Di plaza-plaza, tempat permainan anak juga sudah dijajah oleh suara yang memekakkan. Seringkali suara kita sendiri menjadi hilang karenanya, sehingga bila kebisingan ini menyerbu, kita harus saling berteriak untuk bisa berkomunikasi dengan sesama. Soegijanto, guru besar ilmu akustik di ITB, juga sempat bercerita tentang bandara udara di Makassar. Bangunannya mewah, dilengkapi dengan teknologi yang tak kalah dengan kota-kota Metropolitan di Indonesia. Namun, teknologi di bandara tersebut tidak saja memudahkan tapi juga menyulitkan dan bahkan membahayakan kesehatan. Bandara yang penuh dengan porselin dan dilengkapi dengan pengeras suara membuat bunyi-bunyi saling memantul dan memekakkan telinga. Masih saja, bahaya kebisingan tidak begitu disadari oleh masyarakat. Padahal, seringkali gangguan pendengaran itu terjadinya bertahap. Sehingga manusia sendiri terkadang tidak sadar ketika pendengaran mereka sudah berkurang. Padahal, gangguan pada pendengaran tidak saja berdampak pada berkurangnya sensitifitas pada suara, namun juga bisa mempengaruhi mekanisme tubuh yang lebih luas, seperti tekanan darah, denyut jantung dan sistem pencernaan. Telinga kita juga mempunyai rumah siput yang menjaga fungsi keseimbangan. Bila fungsi ini terganggu, maka manusia akan lebih mudah mengalami depresi, insomnia dan beberapa penyakit lain seperti vertigo. Hal ini seringkali terjadi tanpa disadari - jadi, jangan menunggu sampai jadi tuli! Tidak saja manusia yang terganggu, bahkan binatang (yang semakin terdesak oleh hutan beton), juga bisa mengalami gangguan yang luar biasa. Misalnya: gangguan komunikasi di antara mereka. Binatang yang seringkali diserang oleh polusi suara juga lebih mudah menjadi agresif daripada yang tidak. Bahkan polusi kebisingan terbukti ikut bertanggung jawab atas semakin punahnya ikan paus di dunia. Arthur Popper, ahli kebisingan dalam dunia laut dari University of Maryland, menjelaskan bahwa bunyi-bunyi keras dari kapal atau kendaraan bermotor lain, sangat mengganggu nyanyian ikan paus. Padahal, dengan nyanyian ini mereka berkomunikasi, mencari makan bersama, mencari kelompok mereka dan bahkan mengirim tanda SOS bila berada dalam bahaya. Bayi-bayi mereka pun mengalami tingkat kematian yang jauh lebih tinggi karena adanya polusi suara ini. Decibel – ukuran suara Hampir semua orang tahu ukuran jarak (meter, kilometer dst), waktu (detik, jam, hari dst) atau berat. Tapi ukuran suara? Ketidaktahuan ini seringkali adalah pertanda ketidakpedulian masyarakat terhadap kebisingan. Padahal ukuran ini hanya satu kata yang sama sekali tidak seram: Decibel (Db). Di tempat-tempat yang sepi, ukuran decibelnya akan rendah. Misalnya:Di perpustakaan (yang keheningannya dijaga): 35-40 decibelOrang berbicara normal: 50-55 decibelTempat permainan anak di Plaza-plaza Indonesia: 90-95 decibel Pendengaran manusia akan terganggu bila mendengar suara yang lebih dari 80 decibel. Ini juga tergantung dari lama suara tersebut. Bila tidak lebih dari 15 menit, maka gangguan yang dialami akan minimal. Tapi bila lebih dari 15 menit, gangguan akan semakin besar, apalagi bila dialami hampir setiap hari. Bayangkan anak-anak yang bermain di plaza berjam-jam dan dijajah oleh bunyi yang begitu keras? Kerusakan pendengaran sebesar apa yang akan mereka alami? Karena itulah, komponis Slamet Abdul Sjukur menyebut kebisingan ini sebagai “bahaya nasional”. Ancaman ini sudah tumbuh dimana-mana dan semakin meraja-lela. Bahkan gaya hidup kita semakin tidak bisa dipisahkan dari penjajahan bunyi ini. Suara mesin cuci, pengering rambut, penghisap debu, alat pemotong rumput – semua menjadi bagian yang diterima oleh masyarakat. Peraturan Decibel (dB) di beberapa Negara: Di beberapa Negara, sudah diberlakukan peraturan batas maksimal decibel yang cukup ketat. Ini adalah contoh batas decibel yang diberlakukan di Australia, Britania Raya (dan baru-baru ini, sangat diusahakan di Malaysia): Maksimal kekerasan suara dalam dB, antara Jam 22.00 – 6.00 Daerah Industri: 70 dB Daerah Perdagangan: 55 dB Daerah Perumahan: 45 dB Di Indonesia, Menaker juga telah mengeluarkan peraturan batas decibel. SK Menaker 1999 menentukan:Suara 80 decibel, diperbolehkan selama tidak lebih dari 24 jamSuara 82 decibel, diperbolehkan selama tidak lebih dari 16 jamSuara 85 decibel, diperbolehkan selama tidak lebih dari 8 jam Dibandingkan dengan tabel di atas, tentu saja batas di Indonesia masih jauh daripada batas-batas di Negara-negara lainnya. Artinya, pemerintah kita masih lebih santai dalam menanggapi kerusakan kesehatan rakyatnya (bandingkan batas di atas, yang hanya mencantumkan angka 70 decibel, sedangkan pemerintah masih cukup kalem dengan 85 decibel). Ini pun masih dengan mudah dilanggar begitu saja. Masyarakat Bebas-Bising Karena pemerintah kita yang lebih ribut bila mikrofon tidak bekerja (padahal, seperti yang disebut di atas, alat pengeras suara telah ikut bertanggung jawab atas polusi kebisingan), Masyarakat Bebas-Bising menjadi organisasi yang jauh lebih bertanggung-jawab daripada pemerintah dalam mengingatkan masyarakat akan “bahaya nasional” ini. Didirikan pada tanggal 23 Januari 2010, Masyarakat Bebas-Bising mencoba meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye anti bising. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan oleh Masyarakat Bebas-Bising antara lain: 1. Kampanye publik mengenai bahaya dari polusi kebisingan, baik bagi individu maupun masyarakat dan lingkungan secara umum, 2. Mendesak pemerintah untuk segera melengkapi kebijakan atau regulasi serta meningkatkan pengawasan pelaksanaan peraturan yang sudah ada terkait dengan kebisingan Dana yang didapat amat minim, sehingga para pendiri seringkali harus merogoh kocek mereka untuk kegiatan seperti di atas. Namun semua kegiatan ini akan sia-sia bila masyarakat secara luas tidak terlibat untuk mewujudkan lingkungan bebas-bising. Masih banyak kelompok masyarakat yang mengagungkan kebisingan dan mengharuskannya dalam perayaan hari besar. Tahun Baru hampir selalu dipenuhi dengan suara terompet, kembagn api, mercon yang memekik. Bahkan, tidak jarang yang melepas peredam knalpot sepeda motor mereka sehingga suaranya memekakkan telinga. Apakah perayaan selalu harus sama dengan kebisingan? Sedangkan di Bali, pada hari Raya Nyepi, masyarakat sudah membuktikan bahwa perayaan hari Besar bisa sangat berarti dengan keheningan. Mungkin pada perayaan hari besar mendatang, kita bisa mencoba untuk mengurangi polusi suara. Dari suara terompet tahun Baru, pengeras suara, atau mesin-mesin lainnya. Paling tidak, kita mencoba menikmati suasana yang tidak bising, dan mengajak saudara atau teman kita untuk lebih menyadari hal ini juga. Soe Tjen Marching, pendiri Majalah Bhinneka dan salah satu pendiri Masyarakat Bebas-Bising. Novelnya Mati Bertahun yang Lalu diterbitkan oleh Gramedia.

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.