Absurditas manusia yg tak sanggup di urai akal membuat sebagian orang berfikir bahwa penderitaan yg ada merupakan bukti tidak adanya tuhan, dan agama hanyalah biang keladi terjadinya perpecahan antar umat manusia.
Seorang filsuf menembak kepalanya sendiri, tatkalah berada dalam pusaran gelisah dan hampa jiwa. Di dalam benaknya hidup hanyalah antrean panjang melelahkan dalam menunggu kepastian datangnya kematian.
Hidup hanyalah kosong tanpa makna:
Mati hari ini atau esok sama saja
Persetan dgn Tuhan dan agama
Surga neraka hanya isapan jempol belaka
Mitos
Fiksi
Rekayasa imaji kaum delusi
Untuk menteror umat
Agar patuh terhadap aturan mereka !
Derita yg tak kau fahami asal usul dan sebab akibatnya, akan menjadi gumpalan awan hitam yg menyelimuti jiwamu, menutupi kesadaran akan keberadaan zat yg ada di balik setiap gerak dan peristiwa.
Selama engkau membanggakan pencapaian akal/logikamu dan menafikan keberadaan akal intuisimu, maka engkau tidak akan pernah mengerti maksud dari setiap gerak dan peristiwa yg terajdi di semesta jagad raya ini.
Engkau tidak akan pernah mengerti mengapa tuhan membiarkan pertumpahan darah terus berlangsung di muka bumi.
Manusia di biarkannya membangun peradaban sombong, lalu negeri negripun di tenggelamkan, dan pergantian kaum terus terjadi.
Tetaplah patuh pada perintah, anjuran dan laranganNya, selama itu datang dari sumber hukum kebenaran.
Kesombongan adalah hak tuhan, sebab Dia mencipta memberi rizqi menggerakkan sekaligus mengendalikan semesta jagat raya ini. Begitu pula dgn hidayah/petunjuk merupakan hak tuhan. Para nabi dan para penyambungnya hanyalah berkewajiban menyampaikan kabar dari sumber yg maha benar.. "barangsiapa mendapatkan petunjuk sesungguhnya hanya untuk dirinya, dan barang siapa yg di sesatkan tiada penolong baginya".
Penyimpangan penyimpangan moral yg dilakukan oknum pemeluk agama itu manusiawi, sebab manusia sebagai penerima informasi menghadapi kendala dari luar dan dari dalam dirinya.
Manusia sebagai makhluk ruhaniah, disamping memiliki potens ruh hewaniyah yg mensublim dalam bentuk desakan tabiat kebinatangan, juga memiliki potens ruh ilahiyah atau ketuhanan yg mereflexi menjadi suara kemanusiaan dalam bentuk hati nurani.
Apapun rasnya, apapun suku bangsa dan budayanya, hati nuraninya sama persis; Yg membedakan hanya pada persepsi, interpretasi dan pola implementasinya.
Dari luar dirinya manusia menghadpi kendala destorsi informasi seiring perjalanan waktu yg cenderung mengaburkan informasi maupun sejarah yg berdampak pada penyimpangan penyimpangan tafsir. Belum lagi intervensi iblis yg menyimpan dendam berakar dengki, dan sangat piawai dalam memainkan perangkat lunak di dalam jiwa setiap orang.
Selama iman masih lekat di dada ,dan pengabdian tersampaikan ke alamat yg benar, insya'allah ampunanNya menyelamatkanmu.."Jangan engkau tinggalkan zikir kepada Allah, sebab lalaimu terhadap Allah tanpa adanya zikir adalah lebih berbahaya daripada lalaimu kepada Allah dengan masih tertinggal zikir di hatinya. Mudah-mudahan Allah mengingat kamu untuk berzikir dari suka melalaikan kepada sadar melaksanakan zikir. Dari zikir yang sadar meniadi zikir yang penuh kehadiran hati. Dari zikir dengan hadimya hati kepada zikir yang masuk kepada kegaiban. Tidaklah ada kesukaran bagi Allah tentang hal-hal seperti itu.”ibn Athaillah.
Seorang filsuf menembak kepalanya sendiri, tatkalah berada dalam pusaran gelisah dan hampa jiwa. Di dalam benaknya hidup hanyalah antrean panjang melelahkan dalam menunggu kepastian datangnya kematian.
Hidup hanyalah kosong tanpa makna:
Mati hari ini atau esok sama saja
Persetan dgn Tuhan dan agama
Surga neraka hanya isapan jempol belaka
Mitos
Fiksi
Rekayasa imaji kaum delusi
Untuk menteror umat
Agar patuh terhadap aturan mereka !
Derita yg tak kau fahami asal usul dan sebab akibatnya, akan menjadi gumpalan awan hitam yg menyelimuti jiwamu, menutupi kesadaran akan keberadaan zat yg ada di balik setiap gerak dan peristiwa.
Selama engkau membanggakan pencapaian akal/logikamu dan menafikan keberadaan akal intuisimu, maka engkau tidak akan pernah mengerti maksud dari setiap gerak dan peristiwa yg terajdi di semesta jagad raya ini.
Engkau tidak akan pernah mengerti mengapa tuhan membiarkan pertumpahan darah terus berlangsung di muka bumi.
Manusia di biarkannya membangun peradaban sombong, lalu negeri negripun di tenggelamkan, dan pergantian kaum terus terjadi.
Tetaplah patuh pada perintah, anjuran dan laranganNya, selama itu datang dari sumber hukum kebenaran.
Kesombongan adalah hak tuhan, sebab Dia mencipta memberi rizqi menggerakkan sekaligus mengendalikan semesta jagat raya ini. Begitu pula dgn hidayah/petunjuk merupakan hak tuhan. Para nabi dan para penyambungnya hanyalah berkewajiban menyampaikan kabar dari sumber yg maha benar.. "barangsiapa mendapatkan petunjuk sesungguhnya hanya untuk dirinya, dan barang siapa yg di sesatkan tiada penolong baginya".
Penyimpangan penyimpangan moral yg dilakukan oknum pemeluk agama itu manusiawi, sebab manusia sebagai penerima informasi menghadapi kendala dari luar dan dari dalam dirinya.
Manusia sebagai makhluk ruhaniah, disamping memiliki potens ruh hewaniyah yg mensublim dalam bentuk desakan tabiat kebinatangan, juga memiliki potens ruh ilahiyah atau ketuhanan yg mereflexi menjadi suara kemanusiaan dalam bentuk hati nurani.
Apapun rasnya, apapun suku bangsa dan budayanya, hati nuraninya sama persis; Yg membedakan hanya pada persepsi, interpretasi dan pola implementasinya.
Dari luar dirinya manusia menghadpi kendala destorsi informasi seiring perjalanan waktu yg cenderung mengaburkan informasi maupun sejarah yg berdampak pada penyimpangan penyimpangan tafsir. Belum lagi intervensi iblis yg menyimpan dendam berakar dengki, dan sangat piawai dalam memainkan perangkat lunak di dalam jiwa setiap orang.
Selama iman masih lekat di dada ,dan pengabdian tersampaikan ke alamat yg benar, insya'allah ampunanNya menyelamatkanmu.."Jangan engkau tinggalkan zikir kepada Allah, sebab lalaimu terhadap Allah tanpa adanya zikir adalah lebih berbahaya daripada lalaimu kepada Allah dengan masih tertinggal zikir di hatinya. Mudah-mudahan Allah mengingat kamu untuk berzikir dari suka melalaikan kepada sadar melaksanakan zikir. Dari zikir yang sadar meniadi zikir yang penuh kehadiran hati. Dari zikir dengan hadimya hati kepada zikir yang masuk kepada kegaiban. Tidaklah ada kesukaran bagi Allah tentang hal-hal seperti itu.”ibn Athaillah.