SELASA, 16 AGUSTUS 2011
1. Islam Esoteris
Pengertian kata esoteris berasal dari bahasa Inggris, "esoteric",
yang berarti hanya diketahui dan dipahami oleh beberapa orang
tertentu saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kata esoteris berarti
aspek dalam batin, hakikat, inti atau substansi, sebagai lawan dari
aspek luar, aspek lahir, aspek syariat, dan aspek materi. Maka yang
dimaksud dengan Islam Esoteris adalah ajaran agama Islam yang
menekankan kajian pada aspek batin yang merupakan inti dari agama.
Aspek batin ini meliputi tujuan dari beragama, yaitu mencapai
kehidupan yang sejahtera, selamat, dan sentosa dengan jalan
membersihkan dan mendekatkan diri kepada Allah. Ajaran Islam
Esoteris tidak mempermasalahkan segi-segi simbol atau bahasa yang
dianut oleh agama lain, dan juga tidak memperdebatkan perbedaan
dalam cara-cara atau syariat untuk mencapai tujuan (hakikat). Namun
demikian, Islam Esoteris tidak berarti meremehkan atau tidak
menganggap penting syariat.
Pemahaman esoterisme mengakui pentingnya syariat, simbol, atau
bahasa agama sebagai bingkai dalam perjalanan waktu menuju kebenaran
hakiki. Tetapi karena jalan itu mendapat pengesahannya dari nurani,
maka dalam perilaku keagamaan, dimensi esoteris itu juga harus
dipandang sebagai bagian doktrin agama yang bersifat mutlak,
walaupun kemutlakkannya masih dalam taraf relatif.
Akhirnya masing-masing penganut agama tertentu harus meyakini bahwa
agama yang dianutnya adalah benar secara mutlak, tanpa harus
menafikkan kemutlakkan kebenaran agama yang dianutnya. Namun,
bersamaan dengan keyakinan itu, juga memberikan kemungkinan bagi
orang lain yang menganut agama yang berbeda untuk memutlakkan agama
yang dianutnya. (Kamarudidn Hidayat dan Muhammad Wahyunya Nifas:14)
Latar Belakang Timbulnya Islam Esoteris
Ada empat sebab timbulnya Islam Esoteris.
1. Muncul sebagai reaksi sebagian besar umat Islam, yang mengamalkan
ajaran agamanya dan hanya terhenti pada pengalaman syariat dari segi
lahiriahnya saja sesuai ketentuan ilmu fiqih. Syariat, rukun, dan
tata cara salat yang sesungguhnya sebagaimana diatur dalam fiqih,
misalnya, dipelajari dan diamalkan secara saksama. Namun, hikmat,
hakikat, dan makna salat tersebut belum dipahami. Mereka sudah
menganggap cukup apabila kewajiban melaksanakan salat tersebut telah
terpenuhi, dan tidak berkewajiban terhadap kepekaan sosial serta
pengendalian diri terhadap orang lain.
2. Timbul sebagai reaksi kehidupan masyarakat modern yang hanya
mementingkan segi lahiriah material, yang tidak pernah merasa puas.
Namun dalam kenyataannya, kehidupan cinta kasih, rindu kedamaian,
dan persaudaraan tidak dapat dijawab dengan materi, sehingga mereka
akhirnya lari pada pelampiasan yang bersifat sementara seperti:
mabuk, narkoba, seks bebas, pergi ke diskotik/kafe, dan sebagainya.
3. Sebagai upaya untuk mencapai titik temu antara pemeluk agama yang
berbeda karena perasaan superioritas masing-masing pemeluk agama
yang berbeda, atau penganut aliran dalam satu agama. Contoh,
penganut teologi Mu'tazilah sering berseteru dengan penganut teologi
Asy'ariyah, atau antara Sunni dengan kaum Shiah, padahal mereka
sama-sama berada dalam agama Islam. Islam Esoteris memandang bentuk-
bentuk (dari agama apa pun) sebagai keistimewaan tersendiri yang
harus dihormati, dan pluralitas agama ialah sejalan dengan kehendak
ilahi.
4. Timbul sebagai jalan dialog yang didasarkan pada ketulusan,
spontanitas, lepas, pikiran yang terbuka, dan kebersamaan
antarpenganut agama. Melalui dialog, akan tercipta suasana kehidupan
yang berdampingan, saling memberi manfaat, dan saling menolong
antara penganut agama. Dengan demikian, orang-orang yang ingin
memecah bangsa melalui pendekatan agama tidak akan berhasil, karena
masing-masing tidak menganggap pemeluk agama yang lain sebagai
musuh, tetapi sebagai mitra.
Paham Islam Esoteris ini muncul pada era postmodern dan dikembangkan
oleh kalangan cendekiawan Indonesia, seperti: Prof. DR. H.M. Quraish
Shihab, Dr. Alwi Shihab, Soetjipto Wirosardjono, Dr. Komaruddin
Hidayat, Anad Krishna, Ahmad Chodjim.
2. Kesaksian dari Turki
Seorang wanita muda dari latar belakang Muslim yang taat, sekarang
menjadi pengikut Isa Almasih. Saudara laki-lakinya mendengar tentang
hal ini dan yakin bahwa adiknya akan segera kembali ke Islam. Ketika
saudaranya mengetahui bahwa adiknya ternyata tidak mau, dia memaksa
adiknya kembali mengatakan dua kalimat syahadat Islam dan kembali
kepada imannya. Adik perempuannya menolak, lalu sang kakak mengambil
sebuah besi panjang dan mengancam akan membunuh adiknya itu.
Keluarga mereka berusaha menghentikannya, sang ibu membujuk anak
perempuannya untuk kembali mengatakan syahadat. Akhirnya dia
melakukan, namun sangat menyesal setelah itu. Ketika dia bercerita
tentang kepedihannya kepada seorang Turki Kristen lainnya, temannya
itu menjelaskan kepadanya bahwa Rasul Petrus juga pernah menyangkal
Yesus, lalu bertobat dan dipulihkan. Dia juga mendapatkan pengalaman
dalam kasih karunia yang sama dan berkata, "Saya tidak akan pernah
menyangkal Tuhan lagi."
Seorang percaya baru yang sudah dibaptis dan baru saja keluar dari
penjara, sedang dalam kebimbangan karena pertanyaan seseorang
kepadanya mengenai keakuratan mengenai Perjanjian Baru. Dia
bercerita bahwa dalam kebingungannya, dia tidur dengan Alkitab di
sebelah ranjangnya. Pada tengah malam, ia dibangunkan oleh seseorang
yang menunjuk Alkitab yang berada di sampingnya itu dan berkata,
"Jangan takut. Bacalah kitab-Ku, Aku besertamu senantiasa." Di
kemudian waktu, orang percaya ini baru menyadari bahwa yang
berbicara kepadanya malam itu adalah Yesus sendiri, sehingga imannya
dikuatkan.
Sebuah keluarga sangat terbeban untuk Sait, salah seorang keluarga
mereka yang berumur 40 tahun, mengalami ketergangguan mental dan
sering berkeliaran di jalan-jalan kota mereka. Dalam usaha untuk
menolongnya, keluarga itu menyewa sebuah mobil dan membawa Sait ke
sebuah persekutuan orang percaya di kota yang lebih besar dari kota
mereka, yang dipimpin oleh seorang gembala jemaat Turki bernama Ali.
Saat itu Sait dalam keadaan yang sangat kotor, jenggot panjangnya
tak terawat, celananya penuh dengan noda oleh air kencing, dan kuku
yang panjang. Dia tidak dapat berbicara dan juga dalam keadaan yang
tidak waras. Keluarganya bertanya kepada Ali apakah dia dapat
menolongnya. Ali menjawab, "Yesus sanggup, tapi kamu harus percaya
bahwa Dia sanggup." Mereka berkata, "Jika kami tidak percaya Dia
sanggup menolong, apakah kami akan menempuh perjalanan selama lima
jam untuk bertemu dengan Anda?" Ini merupakan jawaban yang cukup
baik menurut Ali, dan dia menemui pria berjenggot itu, memeluk dia,
dan berdoa baginya. Kemudian Sait mengejutkan mereka dengan bersikap
waras dan berbicara untuk pertama kalinya dalam lima tahun itu!
Seminggu kemudian, Ali dan orang-orang percaya itu menerima telepon
dari keluarga tersebut, yang mengabarkan bahwa Sait sekarang sudah
bersih, makan dengan baik, tidak lagi berkeliaran di jalan-jalan,
dan dalam keadaan waras.
|
0 komentar:
Posting Komentar