Ada 3 (tiga ) Golongan ketika Utsman memerintah kekalifahan :
A. GOLONGAN PERTAMA
Islamnya sebagian orang Persia (awalnya beragama Majusi) dan juga sebagian orang-orang Yahudi. Pada hakekatnya mereka adalah orang-orang zindiq yang menampilkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran didalam hatinya.
Dulunya sebagian mereka berasal dari Persia dan Romawi yang merasa sakit hati pada bangsa Arab. Bangsa Arab dulunya adalah pengikut mereka. Hingga akhirnya bangsa Arab bisa meruntuhkan mereka dalam waktu singkat menurut ukuran strategi dan kondisi peperangan waktu itu.
Cara terbaik membalas dendam pada bangsa Arab adalah dengan "mengobarkan api fitnah di tengah kaum muslimin". Hal ini benar-benar terjadi dan berdasarkan fakta serta dalil yang ada.
Taktik mereka sebagai berikut :
1. Mencemarkan nama baik bawahan Khalifah Usman bin Affan, seperti Gubernurnya , atau pegawai yang menarik zakat atau yang lainnya dengan dusta dan fitnah yang dibuat-buat untuk menjelekkan pemerintahan Utsman bin Affan.
2. Menyebarkan isu bahwa Kibarus Shahabah seperti Ali, Thalhah dan Zubair serta Ummul Mukminin Aisyah' membenci sistem pemerintahan Utsman bin Affan. Dengan menulis surat atas nama para sahabat tersebut bahkan ada 1 surat yang dipalsukan dengan atas nama Utsman bin Affan .
3.Membesar-besarkan perbedaan pendapat antara para sahabat yang bersifat FIQHIYAH dan menggambarkan hal tersebut di mata orang awam sebagai perbuatan dzalim yang dilakukan Utsman kepada para sahabatnya.
4. Menyebar berita bohong dikalangan orang awam dan dipercayai sepenuhnya oleh orang-orang awam itu. Berita itu menyebut bahwa sebenarnya Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib untuk meneruskan kekalifahan sepeninggal beliau shalallahu'alaihi wassalam. Dan disebut bahwa Utsman adalah PEREBUT HAK KHALIFAH ALI BIN ABI THALIB.
Berita ini pun sampai ketelinga Ali dan Aisyah'.
Apa komentar Ali bin Abi Thalib ?
" Sungguh demi Allah, seandainya kita meminta khalifah ini kepada Rasulullah lalu beliau tidak memberikannya kepada kita, sehingga akibatnya manusia tidak akan memberikannya kepada kita setelah beliau wafat. Maka sungguh aku tidak akan memintanya kepada Rasulullah" ( Diriwayatkan oleh Bukhari dalam shahihnya Fathul Bari 8/142 (no.4448))
Dan bagaimana dengan Aisyah' ?
"Siapa berkata demikian? Sungguh aku menyaksikan Rasulullah saat beliau wafat dan aku (dalam keadaan) menyandarkan beliau ke dadaku, lalu beliau meminta sebuah bejana dan beliau luluh dan wafat tanpa aku sadari. Mana mungkin Beliau berwasiat kepada Ali bin Abi Thalib ?" (Riwayat Bukhari dalam shahihnya Fathul Bari 7/148 (4459))
Dan sesungguhnya ulama Rafidhah Syiah mengakui kalau wasiat ini pada hakekatnya adalah rekayasa Abdullah bin Saba.
An-Naubakhty dan AL-Kasyi menyatakan :
"Sesungguhnya asal-usul wasiat ini muncul dari lisan Abdullah bin saba. Yahudi yang masuk Islam dan loyalitas nya ditunjukkan hanya buat Ali bin ABi Thalib. Saat masih yahudi ia menyebarkan Tusa bin 'Nun orang yang diwasiati kekalifahan Nabi Musa as. Ini juga dia sebarkan saat masuk Islam, kalau Ali pewaris kekalifahan nabi yang sah. Dia menunjukkan rasa permusuhan kepada orang-orang yang bertentangan dengan Ali bin ABi Thalib. Atas dasar inilah disebut bahwa SYiah berasal dari agama Yahudi" (tercatat dalam Firaqus Syiah oleh An Naubakhty 2-23 dan Rijalul Kasyi 108-109)
2. GOLONGAN KEDUA DI ZAMAN KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN
Mereka terdiri dari Ahli Qiro'ah, Ahli Ibadah dan Kaum Menengah ahli Fiqih.
Keadaan mereka diceritakan Allah Ta'ala dalam Qur'an :
"Mereka adalah orang-orang yang telah sia-sia amalannya pada kehidupan dunia, namun mereka merasa sedang melakukan sebaik-baik amalan." (Surah Al Kahfi ayat 104)
Penjelasan dari Ummul Mukminin Aisyah' --Semoga Allah memuliakannya-- tentang mereka sangat gamblang :
"Wahai Ubaidillah, jangan kamu tertipu dengan amalan seseorang setelah kau tahu apa yang terjadi. Sungguh! DEMI ALLAH aku tidak pernah meremehkan amalan sahabat Nabi Shalallahu 'alaihi wassalam sampai muncul orang-orang yang memusuhi Utsman.
Mereka memberi nasehat pada Utsman dengan perkataan yang tidak pernah diucapkan oleh orang lain (-maksudnya kasar dan berlebihan) , membaca Al Qur'an dengan bacaan yang tidak pernah diperbuat orang lain (saking banyaknya), mereka shalat dengan shalat yang belum pernah dilakukan orang lain.
Aku merenungkan amalan mereka , ternyata -Demi Allah-amalan mereka tidak ada apa-apanya dibanding amalan para sahabat Rasulullah.
Bila kau kagum dengan perkataan seseorang , katakan : "Beramallah! karna Allah dan RasulNya akan melihat amalan kalian. Jangan sampai tertipu dengan orang lain" [ Al Mushonaf 11/47 oleh Abdur Rozaq, dan Al Bukhari dalam Kitab Khalqu Af Alil Ibad halaman 25 dgn sanad shahih ]
Golongan II ini diperalat oleh golongan I untuk aktif dalam penyebaran fitnah keji bahwa Utsman bin Affan melakukan ijtihad dalam kemaksiatan dan bertentangan dengan Al Qur'an. Golongan I memotivasi golongan II untuk mengubah kemunkaran yang dibuat Utsman (versi gol.1)
Golongan II adalah orang-orang ahli ibadah, hafal Al Qur'an, banyak puasa sunnah dan rajin shalat malam namun sayangnya pemahaman pada hukum dan syariat agama Islam sangat dangkal dan bodoh. Maka bisa dipahami mereka sering menasehati Utsman dalam emosi dan kata -kata keji yang tidak layak. Inilah yang sering disebut Bahwa IBLIS SANGAT MUDAH MENYESATKAN 1000 AHLI IBADAH KURANG ILMU DARIPADA SATU ORANG ALIM BERILMU.
3. Golongan III saat Utsman Bin Affan Memimpin Kekhalifahan
Mereka adalah kabilah-kabilah yang masuk Islam setelah Ha'bur Riddah (peperangan melawan orang-orang murtad pada era Khalifah Abu Bakar As Shiddiq ra.) yang kemudian ikut andil dalam peperangan yang lain.
Golongan ini disebut Ar Rowadif (pengikut) , A'aroob, Mawali, atau Al 'Uluuj.
Golongan ini semakin bertambah banyak dibanding selain mereka berkurang. Sampai-sampai jumlah orang bodoh & jahat lebih banyak ketimbang orang baik (Sahabat dan Tabi'in).
Golongan III menuntut Utsman agar diberi persamaan gaji. Sehingga antara Ahlul Badr yang ikut perang Badar (orang yang membela Islam sejak awal) disamakan gajinya dengan orang-orang yang masuk Islam setelah mereka dikalahkan dalam peperangan oleh kaum muslimin.
Padahal pembedaan gaji dipelopori oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. , bukannya Utsman. (Bila menilik kehidupan sekarang, maka kita mahfum paham tidak ada yang menentang adanya perbedaan gaji dalam perusahaan bila sesuai kedudukan dan pangkat jabatannya).
Inilah bukti bahwa orang-orang yang dikalahkan kaum muslimim akan terus-menerus memusuhi kaum muslimin, dan tidak lain mereka orang yang beragama Mazdakiyah.
Sesungguhnya "Trouble Maker" dari suasana keruh dan panas ini adalah Golongan II, para Qurro' dan golongan menengah ahli Fiqh. Mereka menganggap --dengan pemikiran rusak mereka-- bahwa sebagian kebijakan Utsman dalam pembagian gaji, sistem pemerintahan, perbedaan pendapat dalam sebagian permasalahan antara diri Utsman dengan sahabat lain , itu semua bukanlah hasil ijtihad Utsman (yang bila benar ijtihad akan mendapat 2 pahala, bila keliru akan mendapat 1 pahala) melainkan mereka menyebut tindakan Utsman adalah bentuk kemaksiatan dan penentangan Utsman pada Al Qur'an yang harus diluruskan dan kalau tidak mau, maka Utsman harus dipecat dan dibunuh.
Contoh kebodohan mereka adalah dalam kasus Abu Dzar ra. yang tercatat dalam kitab Shahih Bukhari dan kita lihat betapa perbedaan sikap antara sahabat yang benar-benar ulama dan sikap Qurro' golongan II ini.
Abu Dzar ra. berpendapat bahwa harta yang telah lebih dari kebutuhan pemiliknya tidak boleh disimpan dan kalau disimpan akan terkena ancaman dalam ayat " Dan orang-orang yang menyimpan emas & perak" AtTaubah ayat 34.
Abu Dzar pernah mendengar hadits dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihu Wassalam berisi hukuman berat lalu dia menemui kaumnya. Setelah kepergian Abu Dzar, Rasulullah memberi keringanan dalam permasalahan tersebut. Sedang Abu Dzar ra. belum mendengar rukhsoh ini dan masih berpegang dengan hadits lama yang didengarnya.
Menurut jumhur sahabat, ayat 34 At Taubah sudah dimansukh (dihapus hukumnya) dengan turunnya syariat zakat dan nishab-nishabnya.
Abu Dzar memilih beruzlah (menyendiri) di Robadzah atas inisiatif sendiri dan bukannya diusir oleh Utsman bin Affan seperti gosip isu yang diteriakkan oleh Ahlul 'Ahwa (pengikut hawa nafsu)
Ada beberapa orang dari Kuffah datang pada Abu Dzar ra. dan berkata," Sesungguhnya Utsman sudah memperlakukan kamu begini , tidak kah kau pancangkan bendera dan perangi Utsman bersama kami?".
Abu Dzar menjawab : "TIDAK ! Seandainya Utsman memerintahkanku untuk pergi dari arah timur ke barat , aku akan mendengarnya dan taat pada nya" dan dalam riwayat lain disebut,"Seandainya dia menunjukk seorang pemimpin dari Habasyah (Ethiophia) untukku, maka aku akan tetap mendengar Utsman dan akan tetap taat padanya"
Inilah perbedaan antara orang berilmu (spt Abu Dzar) dan orang-orang bodoh :
" Katakan Wahai Muhammad, apakah sama orang berilmu dengan orang tidak berilmu ?" (Az Zuumar ayat 9)
Penyimpangan pun terjadi didalam ketiga golongan tersebut karena kurangnya pemahaman terhadap hukum Islam dan Syariat-syariat Islam serta tidak kokohnya hal ini dalam jiwa mereka.
Mereka disebut bodoh dan menyimpang, karena mereka menghalalkan darah Utsman bin Affan atas penafsiran dan persepsi keliru mereka. Dan mereka tidak paham, bahwa halalnya darah seorang muslim adalah karena :
1. Berzina nya muhson (dalam keadaan sudah menikah , berzina)
2. Sudah membunuh muslim lain tanpa alasan yang dibenarkan hukum syariat
3. Murtad dari Agama Islam
Dan mana mungkin darah Utsman menjadi halal, padahal ketiga hal tersebut tidak pernah dilakukan khalifah Utsman dengan merampas harta Utsman, mengkoyak-koyak harga diri hanya karena kebodohan mereka dengan penafsiran yang bathil ?
Sungguh sebuah kejadian sejarah memilukan akan kita baca bersama nantinya yang menimpa Utsman bin Affan
Mereka adalah kabilah-kabilah yang masuk Islam setelah Ha'bur Riddah (peperangan melawan orang-orang murtad pada era Khalifah Abu Bakar As Shiddiq ra.) yang kemudian ikut andil dalam peperangan yang lain.
Golongan ini disebut Ar Rowadif (pengikut) , A'aroob, Mawali, atau Al 'Uluuj.
Golongan ini semakin bertambah banyak dibanding selain mereka berkurang. Sampai-sampai jumlah orang bodoh & jahat lebih banyak ketimbang orang baik (Sahabat dan Tabi'in).
Golongan III menuntut Utsman agar diberi persamaan gaji. Sehingga antara Ahlul Badr yang ikut perang Badar (orang yang membela Islam sejak awal) disamakan gajinya dengan orang-orang yang masuk Islam setelah mereka dikalahkan dalam peperangan oleh kaum muslimin.
Padahal pembedaan gaji dipelopori oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. , bukannya Utsman. (Bila menilik kehidupan sekarang, maka kita mahfum paham tidak ada yang menentang adanya perbedaan gaji dalam perusahaan bila sesuai kedudukan dan pangkat jabatannya).
Inilah bukti bahwa orang-orang yang dikalahkan kaum muslimim akan terus-menerus memusuhi kaum muslimin, dan tidak lain mereka orang yang beragama Mazdakiyah.
Sesungguhnya "Trouble Maker" dari suasana keruh dan panas ini adalah Golongan II, para Qurro' dan golongan menengah ahli Fiqh. Mereka menganggap --dengan pemikiran rusak mereka-- bahwa sebagian kebijakan Utsman dalam pembagian gaji, sistem pemerintahan, perbedaan pendapat dalam sebagian permasalahan antara diri Utsman dengan sahabat lain , itu semua bukanlah hasil ijtihad Utsman (yang bila benar ijtihad akan mendapat 2 pahala, bila keliru akan mendapat 1 pahala) melainkan mereka menyebut tindakan Utsman adalah bentuk kemaksiatan dan penentangan Utsman pada Al Qur'an yang harus diluruskan dan kalau tidak mau, maka Utsman harus dipecat dan dibunuh.
Contoh kebodohan mereka adalah dalam kasus Abu Dzar ra. yang tercatat dalam kitab Shahih Bukhari dan kita lihat betapa perbedaan sikap antara sahabat yang benar-benar ulama dan sikap Qurro' golongan II ini.
Abu Dzar ra. berpendapat bahwa harta yang telah lebih dari kebutuhan pemiliknya tidak boleh disimpan dan kalau disimpan akan terkena ancaman dalam ayat " Dan orang-orang yang menyimpan emas & perak" AtTaubah ayat 34.
Abu Dzar pernah mendengar hadits dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihu Wassalam berisi hukuman berat lalu dia menemui kaumnya. Setelah kepergian Abu Dzar, Rasulullah memberi keringanan dalam permasalahan tersebut. Sedang Abu Dzar ra. belum mendengar rukhsoh ini dan masih berpegang dengan hadits lama yang didengarnya.
Menurut jumhur sahabat, ayat 34 At Taubah sudah dimansukh (dihapus hukumnya) dengan turunnya syariat zakat dan nishab-nishabnya.
Abu Dzar memilih beruzlah (menyendiri) di Robadzah atas inisiatif sendiri dan bukannya diusir oleh Utsman bin Affan seperti gosip isu yang diteriakkan oleh Ahlul 'Ahwa (pengikut hawa nafsu)
Ada beberapa orang dari Kuffah datang pada Abu Dzar ra. dan berkata," Sesungguhnya Utsman sudah memperlakukan kamu begini , tidak kah kau pancangkan bendera dan perangi Utsman bersama kami?".
Abu Dzar menjawab : "TIDAK ! Seandainya Utsman memerintahkanku untuk pergi dari arah timur ke barat , aku akan mendengarnya dan taat pada nya" dan dalam riwayat lain disebut,"Seandainya dia menunjukk seorang pemimpin dari Habasyah (Ethiophia) untukku, maka aku akan tetap mendengar Utsman dan akan tetap taat padanya"
Inilah perbedaan antara orang berilmu (spt Abu Dzar) dan orang-orang bodoh :
" Katakan Wahai Muhammad, apakah sama orang berilmu dengan orang tidak berilmu ?" (Az Zuumar ayat 9)
Penyimpangan pun terjadi didalam ketiga golongan tersebut karena kurangnya pemahaman terhadap hukum Islam dan Syariat-syariat Islam serta tidak kokohnya hal ini dalam jiwa mereka.
Mereka disebut bodoh dan menyimpang, karena mereka menghalalkan darah Utsman bin Affan atas penafsiran dan persepsi keliru mereka. Dan mereka tidak paham, bahwa halalnya darah seorang muslim adalah karena :
1. Berzina nya muhson (dalam keadaan sudah menikah , berzina)
2. Sudah membunuh muslim lain tanpa alasan yang dibenarkan hukum syariat
3. Murtad dari Agama Islam
Dan mana mungkin darah Utsman menjadi halal, padahal ketiga hal tersebut tidak pernah dilakukan khalifah Utsman dengan merampas harta Utsman, mengkoyak-koyak harga diri hanya karena kebodohan mereka dengan penafsiran yang bathil ?
Sungguh sebuah kejadian sejarah memilukan akan kita baca bersama nantinya yang menimpa Utsman bin Affan
Puncak Fitnah Pada Khalifah Utsman Bin Affan
Tahun 33 H, sebagian penduduk Kufah yang terkenal yaitu Al Asytar An Nakho'i, Kumail Bin Ziyad, Amr Bin Al Hamiq al Khuzaai & Sho'shoah bin Shouhan berbicara di hadapan Al Qurro' (Golongan II) dan pemuka masyarakat dengan pembicaraan yang keji mencela mengumpat Utsman atas kebijakan pemerintahan Utsman. Mereka juga mencela gubernur Kufah. Karena inilah mereka diusir oleh Utsman ke Syam. Di Syam mereka menulis surat pada orang-orang yang sepaham dengan mereka , di Basrah, Mesir dan Kufah.
Akibatnya gubernur Kufah , Sa'id bin Al Ash diusir oleh penduduknya. Al Asytar berkata : "Demi Allah, Saida bin Al Ash tidak akan bisa masuk ke Kufah selama pedang kami masih terhunus". Lalu mereka menunjuk gubernur sendiri yaitu Abu Musa Al Asyari yang kemudian disetujui Khalifah Utsman.
Musim Haji Th.35 H, datang utusan dari Kufah, Basrah dan Mesir. Mereka menuntut beberapa hal dari Utsman dan semuanya berkisar masalah harta.
Bukti yang memperkuat bahwa mereka hanya minta harta, tidak lain dan bukan, adalah sebuah atsar yang diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad shahih, dari Ibnu Umar, beliau berkata,"Telah datang kepadaku Penduduk Madinah (Anshor) , dia orang yang banyak ibadah juga seorang hafidz Qur'an di zaman Utsman. Orang Anshor itu berkata padaku dengan perkataan panjang lebar yang intinya menyuruhku ikut mencela dan mencaci Utsman bin Affan. Maka setelah perkataann selesai, kujawab :"Sesungguhnya kami para sahabat semasa Rasulullah masih hidup selalu mengatakan, orang yang paling utama dari umat Rasulullah setelah beliau SAW adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab lalu Utsman bin Affan. Demi Allah, kami tidak mengetahui kalau Utsman membunuh tanpa alasan yang dibenarkan atau melakukan dosa sekalipun. Permasalahan kalian sebenarnya adalah HARTA.Bila Utsman memberikan kalian harta maka kalian akan ridha pada Utsman, bila Utsman memberi harta pada kerabatnya, kalian membencinya. Sungguh kalian mirip Orang Persia dan Romawi, yang tidak punya seorang pemimpin kecuali mereka bunuh " (Fadhoilus Shahabah I/94 (64))
Tahun 35 H, datanglah utusan dari Mesir, menemui Utsman. Mereka menyuru Utsman mengambil mushaf untuk diajak berdebat. Maka majulah seorang anak muda kencur yang jenggotnya belum tumbuh dan berkata,"Buka Surat As Sabiah !" , dulu Surat Yunus dinamakan As Sabiah. Lalu anak itu membaca , "Katakan "terangkan padaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepada mu lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal, katakan Apakah Allah memberi izin padamu atau kamu mengada-ada atas nama Allah?"
Pemuda : "Bagaimana tanah gembalaan, Apa Allah memberi izin padamu atau kamu berdusta atas nama Allah?"
Utsman ra. : "Buka terus, karena ayat ini turun karena masalah ini dan itu. Adapun tan gembalaan sesungguhnya Umar sudah membatasi tanah-tanah gembalaan untuk unta-unta shodaqoh dan zakat. Lalu aku memperluas tanah -tan gembalaan itu ketika jumlah unta-unta shodaqoh bertambah banyak, lewati ayat ini !"
Begitu seterusnya, mereka mendebat menanyakan pada Utsman , ayat demi ayat dan Utsman menjawab "lewati ayat ini ! karena ayat ini diturunkan atas permasalahan ini itu !
Setelah mereka kalah debat dengan Utsman, maka Utsman minta janji agar mereka tidak memecahbelah persatuan kaum muslimin dan tidak memisahkan diri dari jama'ah.
Utsman pun bertanya "Sebenarnya apa yang kalian inginkan ?"
Mereka menjawab, "Kami ingin agar penduduk Madinah jangan ada yang menerima harta kecuali orang-orang yang ikut perang dan para sahabat Rasulullah saja"
Utsman setuju dengan harapan bisa meredam api fitnah.
Utsman pun ke Madinah bersama mereka (utusan mesir itu) dan berkutbah di depan penduduk Madinah yang intinya "Tidak ada yang berhak atas harta baitul mal kecuali orang -orang yang ditetapkan dapat bagian karena ikut perang yang sudah lalu, juga orang yang disebut Al Qur'an berhak ghanimah dan orang -orang tertentu yang ditetapkan pemerintah".
Maka pulanglah utusan mesir tersebut dan saat di perjalanan, masih banyak yang tidak suka dengan perjanjian damai itu sehingga utusan mesir diikuti oleh seorang penunggang kuda yang tindak tanduknya mencurigakan. kadang bersembunyi, kadang terlihat mengintip dari kejauhan. Maka ditangkaplah penunggang kuda misterius itu. Setelah ditanya, orang misterius itu berkata,"Aku orang Utusan Amirul Mukmin kepada Gubernur Mesir".
Setelah digeledah, mereka mendapat sepucuk surat dari tas orang aneh itu. Isinya mengejutkan ," Perintah kepada Gubernur Mesir untuk menyalib Utusan Mesir yang datang kepadanya, membunuh mereka dan potonglah tangan kaki mereka"
Utusan Mesir ini menjadi marah besar dan segera mendatangi Ali Bin Abi Thalib yang juga menulis surat pada mereka. Ali diajak rombongan utusan Mesir untuk menghadap Khalifah Utsman. Ali menjawab,"Demi Allah, aku tidak akan berangkat bersama kalian".
Utusam mesir:"Kalau tidak maul mengapa menulis surat agar kami datang padamu ?"
Ali bin Abi Thalib ra. : "Demi Allah, aku tidak pernah menulis surat apapun pada kalian".
Mereka pun mendatangi kembali Khalifah Utsman bin Affan dan bertanya dengan nada marah untuk apa Utsman menulis surat perintah pada gubernur mesir untuk membunuh mereka? ini artinya Utsman mengkhianati mereka.
Utsman menjawab :" Ada 2 pilihan bagi kalian. Pertama, kalian datangkan dua saksi muslim bahwa aku menulis surat itu ATAU keduanya, kalian menerima sumpahku.
DEMI ALLAH YANG TIADA ILLAH BERHAK DISEMBAH KECUALI DIA, aku tidak tahu menahu tentangnya. Kalian tahu bahwa surat itu di PALSU atas namaku dan distempel dengan stempel palsu juga atas namaku".
Utusan mesir itu berkata,"Allah telah menghalalkan darahmu"
Mereka pun mengepung rumah Khalifah Utsman bin Affan ra.
Tahun 33 H, sebagian penduduk Kufah yang terkenal yaitu Al Asytar An Nakho'i, Kumail Bin Ziyad, Amr Bin Al Hamiq al Khuzaai & Sho'shoah bin Shouhan berbicara di hadapan Al Qurro' (Golongan II) dan pemuka masyarakat dengan pembicaraan yang keji mencela mengumpat Utsman atas kebijakan pemerintahan Utsman. Mereka juga mencela gubernur Kufah. Karena inilah mereka diusir oleh Utsman ke Syam. Di Syam mereka menulis surat pada orang-orang yang sepaham dengan mereka , di Basrah, Mesir dan Kufah.
Akibatnya gubernur Kufah , Sa'id bin Al Ash diusir oleh penduduknya. Al Asytar berkata : "Demi Allah, Saida bin Al Ash tidak akan bisa masuk ke Kufah selama pedang kami masih terhunus". Lalu mereka menunjuk gubernur sendiri yaitu Abu Musa Al Asyari yang kemudian disetujui Khalifah Utsman.
Musim Haji Th.35 H, datang utusan dari Kufah, Basrah dan Mesir. Mereka menuntut beberapa hal dari Utsman dan semuanya berkisar masalah harta.
Bukti yang memperkuat bahwa mereka hanya minta harta, tidak lain dan bukan, adalah sebuah atsar yang diriwayatkan Imam Ahmad dengan sanad shahih, dari Ibnu Umar, beliau berkata,"Telah datang kepadaku Penduduk Madinah (Anshor) , dia orang yang banyak ibadah juga seorang hafidz Qur'an di zaman Utsman. Orang Anshor itu berkata padaku dengan perkataan panjang lebar yang intinya menyuruhku ikut mencela dan mencaci Utsman bin Affan. Maka setelah perkataann selesai, kujawab :"Sesungguhnya kami para sahabat semasa Rasulullah masih hidup selalu mengatakan, orang yang paling utama dari umat Rasulullah setelah beliau SAW adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab lalu Utsman bin Affan. Demi Allah, kami tidak mengetahui kalau Utsman membunuh tanpa alasan yang dibenarkan atau melakukan dosa sekalipun. Permasalahan kalian sebenarnya adalah HARTA.Bila Utsman memberikan kalian harta maka kalian akan ridha pada Utsman, bila Utsman memberi harta pada kerabatnya, kalian membencinya. Sungguh kalian mirip Orang Persia dan Romawi, yang tidak punya seorang pemimpin kecuali mereka bunuh " (Fadhoilus Shahabah I/94 (64))
Tahun 35 H, datanglah utusan dari Mesir, menemui Utsman. Mereka menyuru Utsman mengambil mushaf untuk diajak berdebat. Maka majulah seorang anak muda kencur yang jenggotnya belum tumbuh dan berkata,"Buka Surat As Sabiah !" , dulu Surat Yunus dinamakan As Sabiah. Lalu anak itu membaca , "Katakan "terangkan padaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepada mu lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal, katakan Apakah Allah memberi izin padamu atau kamu mengada-ada atas nama Allah?"
Pemuda : "Bagaimana tanah gembalaan, Apa Allah memberi izin padamu atau kamu berdusta atas nama Allah?"
Utsman ra. : "Buka terus, karena ayat ini turun karena masalah ini dan itu. Adapun tan gembalaan sesungguhnya Umar sudah membatasi tanah-tanah gembalaan untuk unta-unta shodaqoh dan zakat. Lalu aku memperluas tanah -tan gembalaan itu ketika jumlah unta-unta shodaqoh bertambah banyak, lewati ayat ini !"
Begitu seterusnya, mereka mendebat menanyakan pada Utsman , ayat demi ayat dan Utsman menjawab "lewati ayat ini ! karena ayat ini diturunkan atas permasalahan ini itu !
Setelah mereka kalah debat dengan Utsman, maka Utsman minta janji agar mereka tidak memecahbelah persatuan kaum muslimin dan tidak memisahkan diri dari jama'ah.
Utsman pun bertanya "Sebenarnya apa yang kalian inginkan ?"
Mereka menjawab, "Kami ingin agar penduduk Madinah jangan ada yang menerima harta kecuali orang-orang yang ikut perang dan para sahabat Rasulullah saja"
Utsman setuju dengan harapan bisa meredam api fitnah.
Utsman pun ke Madinah bersama mereka (utusan mesir itu) dan berkutbah di depan penduduk Madinah yang intinya "Tidak ada yang berhak atas harta baitul mal kecuali orang -orang yang ditetapkan dapat bagian karena ikut perang yang sudah lalu, juga orang yang disebut Al Qur'an berhak ghanimah dan orang -orang tertentu yang ditetapkan pemerintah".
Maka pulanglah utusan mesir tersebut dan saat di perjalanan, masih banyak yang tidak suka dengan perjanjian damai itu sehingga utusan mesir diikuti oleh seorang penunggang kuda yang tindak tanduknya mencurigakan. kadang bersembunyi, kadang terlihat mengintip dari kejauhan. Maka ditangkaplah penunggang kuda misterius itu. Setelah ditanya, orang misterius itu berkata,"Aku orang Utusan Amirul Mukmin kepada Gubernur Mesir".
Setelah digeledah, mereka mendapat sepucuk surat dari tas orang aneh itu. Isinya mengejutkan ," Perintah kepada Gubernur Mesir untuk menyalib Utusan Mesir yang datang kepadanya, membunuh mereka dan potonglah tangan kaki mereka"
Utusan Mesir ini menjadi marah besar dan segera mendatangi Ali Bin Abi Thalib yang juga menulis surat pada mereka. Ali diajak rombongan utusan Mesir untuk menghadap Khalifah Utsman. Ali menjawab,"Demi Allah, aku tidak akan berangkat bersama kalian".
Utusam mesir:"Kalau tidak maul mengapa menulis surat agar kami datang padamu ?"
Ali bin Abi Thalib ra. : "Demi Allah, aku tidak pernah menulis surat apapun pada kalian".
Mereka pun mendatangi kembali Khalifah Utsman bin Affan dan bertanya dengan nada marah untuk apa Utsman menulis surat perintah pada gubernur mesir untuk membunuh mereka? ini artinya Utsman mengkhianati mereka.
Utsman menjawab :" Ada 2 pilihan bagi kalian. Pertama, kalian datangkan dua saksi muslim bahwa aku menulis surat itu ATAU keduanya, kalian menerima sumpahku.
DEMI ALLAH YANG TIADA ILLAH BERHAK DISEMBAH KECUALI DIA, aku tidak tahu menahu tentangnya. Kalian tahu bahwa surat itu di PALSU atas namaku dan distempel dengan stempel palsu juga atas namaku".
Utusan mesir itu berkata,"Allah telah menghalalkan darahmu"
Mereka pun mengepung rumah Khalifah Utsman bin Affan ra.
KHALIFAH UTSMAN YANG TEGAR & TAWAQAL
Pengepungan terhadap Utsman pada awalnya tidak begitu ketat, sehingga beliau masih bisa keluar dan mengimami shalat serta khutbah Jum’at. Pada suatu hari ketika beliau sedang berkhutbah, berdirilah seorang yang bernama Jahjah dan merebut tongkat yang beliau gunakan untuk bersandar ketika berkhutbah -tongkat yang beliau gunakan adalah tongkat peninggalan Rasulullah r– Kemudian dia patahkan tongkat itu dengan lututnya, sehingga ada serpihan kayu yang masuk ke lututnya. Hal ini menyebabkan dia tertimpa penyakit Akilah (1) Kemudian terjadilah saling lempar-melempar batu diantara manusia. Utsman pun tidak luput dari lemparan, sehingga beliau jatuh pingsan lalu dibawa ke rumahnya.
Semenjak itulah, pengepungan semakin ketat. Mereka melarangnya untuk mengimami di Masjid (Nabawi) yang pernah beliau perluas dengan menggunakan hartanya sendiri. Bahkan mereka melarang beliau untuk minum dari air sumur Rumah yang jernih airnya. Padahal beliaulah yang membeli sumur itu lalu mewakafkannya untuk kepentingan kaum muslimin.
Maka Utsman hanya shalat di rumahnya dan minum dari sumur yang ada di rumahnya (yang airnya asin seperti air laut).
Yang menjadi imam Masjid Nabawi pada waktu itu adalah salah seorang penggerak fitnah. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat yang shahih. Walaupun demikian, Utsman tetap menganjurkan kepada kaum muslimin untuk tetap shalat dibelakangnya. Utsman berkata: “Sesungguhnya amalan yang paling baik yang dilakukan oleh manusia adalah shalat. Hal ini menunjukkan betapa ambisi Utsman untuk tetap menjaga persatuan kaum muslimin dan menunjukkan bahwa dia masih menganggap pengepungnyadalah sebagai kaum muslimin, bukan orang-orang kafir.
Ketika para shahabat -semoga Allah meridhoi mereka semuanya- melihat kenyataan ini, mereka khawatir kalau-kalau akan timbul akibat yang lebih buruk. Maka mereka menawarkan bantuan kepada Utsman untuk membela dan melindunginya serta mengusir para pemberontak dari Madinah. Akan tetapi Utsman menolak semua tawaran itu.
Zaid bin Tsabit bcrkata kepadanya : “Para Anshor telah berdiri dipintumu, jika engkau mau, maka kami akan menjadi pembela Allah dua kali”.
Abu Hurairah datang dengan menghunus pedangnya dan dia berkata : “Sekarang telah datang saatnya untuk berperang”.
Abdullah bin Zubair datang dan merayu Utsman untuk mengizinkannya dengan mengatakan : “Wahai Amirul Mukminin, sungguh telah ada sekelompok orang yang memiliki bashirah bersamamu. Allah pasti menolong kita walaupun jumlah kita lebih sedikit, izinkanlah kami!”.
Ayahnya, yaitu Az Zubair mengirim utusan kepada kholifah (Utsman) untuk menawarkan bantuan yaitu penggalangan massa dan masuk ke rumah beliau.
Akan tetapi Utsman tetap menolak semua tawaran itu. Alasan beliau (dalam menolak tawaran ini) ada beberapa poin :
Dia (Utsman) mengatakan : “Aku tidak ingin menjadi pengganti Rasulullah yang pertama kali menumpahkan darah di tengah-tengah umatnya”.
Dia mengetahui bahwa para pengepungnya tidaklah menginginkan kecuali dirinya.
Dia berkeinginan untuk bersabar, karena dia yakin berada di pihak yang benar. Sehingga kelak di hadapan Allah Ta’ala dia memiliki hujjah yang mantap.
Dia mengatakan : “Sesungguhnya Nabi telah mengambil janji dariku, maka aku bersabar dalam memenuhi janji ini”.
Pengepungan terhadap Utsman pada awalnya tidak begitu ketat, sehingga beliau masih bisa keluar dan mengimami shalat serta khutbah Jum’at. Pada suatu hari ketika beliau sedang berkhutbah, berdirilah seorang yang bernama Jahjah dan merebut tongkat yang beliau gunakan untuk bersandar ketika berkhutbah -tongkat yang beliau gunakan adalah tongkat peninggalan Rasulullah r– Kemudian dia patahkan tongkat itu dengan lututnya, sehingga ada serpihan kayu yang masuk ke lututnya. Hal ini menyebabkan dia tertimpa penyakit Akilah (1) Kemudian terjadilah saling lempar-melempar batu diantara manusia. Utsman pun tidak luput dari lemparan, sehingga beliau jatuh pingsan lalu dibawa ke rumahnya.
Semenjak itulah, pengepungan semakin ketat. Mereka melarangnya untuk mengimami di Masjid (Nabawi) yang pernah beliau perluas dengan menggunakan hartanya sendiri. Bahkan mereka melarang beliau untuk minum dari air sumur Rumah yang jernih airnya. Padahal beliaulah yang membeli sumur itu lalu mewakafkannya untuk kepentingan kaum muslimin.
Maka Utsman hanya shalat di rumahnya dan minum dari sumur yang ada di rumahnya (yang airnya asin seperti air laut).
Yang menjadi imam Masjid Nabawi pada waktu itu adalah salah seorang penggerak fitnah. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam riwayat yang shahih. Walaupun demikian, Utsman tetap menganjurkan kepada kaum muslimin untuk tetap shalat dibelakangnya. Utsman berkata: “Sesungguhnya amalan yang paling baik yang dilakukan oleh manusia adalah shalat. Hal ini menunjukkan betapa ambisi Utsman untuk tetap menjaga persatuan kaum muslimin dan menunjukkan bahwa dia masih menganggap pengepungnyadalah sebagai kaum muslimin, bukan orang-orang kafir.
Ketika para shahabat -semoga Allah meridhoi mereka semuanya- melihat kenyataan ini, mereka khawatir kalau-kalau akan timbul akibat yang lebih buruk. Maka mereka menawarkan bantuan kepada Utsman untuk membela dan melindunginya serta mengusir para pemberontak dari Madinah. Akan tetapi Utsman menolak semua tawaran itu.
Zaid bin Tsabit bcrkata kepadanya : “Para Anshor telah berdiri dipintumu, jika engkau mau, maka kami akan menjadi pembela Allah dua kali”.
Abu Hurairah datang dengan menghunus pedangnya dan dia berkata : “Sekarang telah datang saatnya untuk berperang”.
Abdullah bin Zubair datang dan merayu Utsman untuk mengizinkannya dengan mengatakan : “Wahai Amirul Mukminin, sungguh telah ada sekelompok orang yang memiliki bashirah bersamamu. Allah pasti menolong kita walaupun jumlah kita lebih sedikit, izinkanlah kami!”.
Ayahnya, yaitu Az Zubair mengirim utusan kepada kholifah (Utsman) untuk menawarkan bantuan yaitu penggalangan massa dan masuk ke rumah beliau.
Akan tetapi Utsman tetap menolak semua tawaran itu. Alasan beliau (dalam menolak tawaran ini) ada beberapa poin :
Dia (Utsman) mengatakan : “Aku tidak ingin menjadi pengganti Rasulullah yang pertama kali menumpahkan darah di tengah-tengah umatnya”.
Dia mengetahui bahwa para pengepungnya tidaklah menginginkan kecuali dirinya.
Dia berkeinginan untuk bersabar, karena dia yakin berada di pihak yang benar. Sehingga kelak di hadapan Allah Ta’ala dia memiliki hujjah yang mantap.
Dia mengatakan : “Sesungguhnya Nabi telah mengambil janji dariku, maka aku bersabar dalam memenuhi janji ini”.
Referensi dari mana om ?
BalasHapus