Lintasan panjang sejarah ummat manusia telah mencatat sebuah fenomena langkah-langkah syetan yg selalu berhasil menawarkan nilai lebih bagi insan atau kaum hingga mereka tergoda untuk menelusuri langkah syetan tersebut akibat adanya tawaran "nilai lebih" dalam jiwa penganutnya.
Perlu sedikit pembahasan tentang apa dan mengapa langkah-langkah syetan itu dapat memberikan "nilai lebih" hingga mampu begitu mengoda untuk dijalani oleh setiap insan atau umat tertentu.
Ingatlah tentang klaim iblis moyangnya syetan yang mengaku terbuat dari api..... dan api selalu saja berfungsi sebagai prasyarat terjadinya proses pembakaran.... dan hasil akhir dari pembakaran itu adalah tereduksinya keutuhan campuran berbagai komponen benda asal menjadi satu-dua komponen akhir sisa pembakaran saja.... Hingga dengan mengkaji secara mendalam hakikat dari proses pembakaran sebagai aksi sang api tersebut.... maka kita akan mengenal apa yang disebut langkah-langkah syetan itu ...yang tiada lain adalah suatu upaya reduksionisasi terhadap keutuhan unsur-unsur penyusun dari segala sesuatu hal.
Sebatang kayu bakar awalnya terdiri dari beragam komponen... ada unsur air.... ada unsur hidrogen... ada unsur karbon... ada unsur oksigen.. dan kandungan unsur lainnya yang pada awalnya semua berpadu dalam sebatang kayu bakar....
Semasa kayu bakar itu terbakar api.... maka tereduksilah (terurai dan terkurangi) keterpaduan unsur-unsur penyusun kayu bakar tersebut... ada yang menjadi asap yang menandakan mulai tercerai berainya unsur-unsur gas dalam kayu bakar akibat terbakar api.... hingga akhirnya hanyalah tersisa unsur karbon saja berupa abu dan arang sisa pembakaran kayu bakar oleh "sang api" simbol langkah-langkah syetan yang berhasil mereduksi beragamnya kandungan unsur dalam kayu bakar hingga menjadi satu unsur karbon sajalah berupa arang dan abu....
Itulah salah satu ilustrasi untuk menggambarkan langkah-langkah sang syetan yang bertingkah selayaknya api ... hingga tingkah dari makhluk terkutuk laksana "api" itu adalah selalu berhasil mereduksi (mengurai dan mengurangi) keutuhan segala hal yang mampu direduksinya.
Lantas ????........ bagaimanakah langkah-langkah syetan berupa reduksionisasi itu dapat pula mereduksi keutuhan fitrah suci nafsiah (jiwa) manusia? .... marilah kita simak uraian berikut ini.........
Dengan mengunakan kosa kata Nafs bagi sesosok manusia.... Al-Quran seakan-akan ingin memberikan pamahaman kepada kita bahwa nafsiah (jiwa manusia) itu laksana sebuah wadah.... dan selayaknya sebuah wadah pastilah dapat terisi dari beragam komponen penyusunnya.... taruhlah jiwa manusia itu terdiri atas ... unsur lahiriah dan batiniah yang menyusun ujud nyata manusia.... atau lebih spesifik lagi dapat kita misalkan unsur penyusun jiwa itu terdiri atas unsur rasio(logika).... unsur mistis (bathini).... unsur spiritual ( pengalaman batiniah)....unsur empiris(pengalaman lahiriah)... transenden (ketuhanan)....kognisi (daya pikir)...afeksi (nurani) ...dan psiko motoris (daya upaya).... dan semuanya berpadu-padan sebagai fitrah kemanusiaan yang berkeseimbangan (tawazun) hingga jika dirata-rata secara kasar maka volume ke delapan unsur itu dalam jiwa manusia masing-masing bernilai 12,5 %.
Maka bayangkanlah jikalau keterpaduan unsur jiwa nan tawazun itu tereduksi melalui langkah-langkah syetan.... selayaknya tereduksinya kayu bakar menjadi abu dan arang hingga menyisakan satu unsur 100% karbon saja....
Sebagai contoh adalah tereduksi jiwa Einstein hingga hanya menyisakan unsur rasio, mistis, dan kognisi saja dalam jiwanya.... maka tak ayal lagi ...hasil dari pereduksian fitrah jiwa manusia menjadi jiwa reduksionist Einstein itu tersemburatlah "nilai lebih" sebagai daya tarik dari hasil proses pereduksian unsur penyusun jiwanya.... rasio Einstein meningkat hingga 33,33 % karenanya... sangatlah unggul dibanding rasio setiap manusia biasa pada umumnya yang rata-rata hanya bernilai 12,5 %.... Sungguh menawarkan nilai lebih dan keunggulan... hingga dari keunggulannya tersebut dapatlah dia formulasikan kaidah relativisme yang belum pernah terpikirkan oleh manusia lainnya.... hingga dikenalkanlah kepada rasio manusia-manusia lainnya rumus E = MC2.... yang seakan tak mampu terbantahkan lagi secara logika manusia.
Tereduksinya unsur lainnya dalam jiwa einstein semisal tak terkandungnya lagi dalam sisi ruang jiwanya unsur spiritual dan transendensi... menyebabkan jiwanya tak mampu lagi untuk memikul nilai-nilai bertuhan dan tak mungkin lagi terselip pengalaman spiritual selayaknya manusia-manusia tawazun pada umumnya.... tengoklah hasil kedigjayaan rasio dan koginisinya yang menghantarkannya untuk memperoleh nilai nisbi kecepatan cahaya... dimana dengan nilai nisbi tersebut jarak tempuh cahaya dari satu bintang dengan bintang lainnya harus ditembuh dalan skala waktu tahunan.... Hingga dengan adanya nilai kenisbian kecepatan cahaya versi einstein tersebut, maka pengalaman spiritual dan ketuhanan yang terekam dalam episode "Isro-Mi"raj" Nabi Muhammad SAW menjadi ternistakan karenanya.... sebab bagaimana mungkin sekelas manusia dapat menempuh perjalanan sehari semalam hingga menembus ke Sidratul muntaha.... lawong sekelas cahaya saja yang menurut Logika Einsten adalah memiliki kecepatan "tercepat" di jagad raya ini ......memerlukan ribuan tahun cahaya untuk menempuhi satu belahan langit ke belahan langit lainnya..... Maka di dalam jiwa reduksionist Einsten dan para penganutnya, manalah mungkin dapat terjadi peristiwa Isro-Mi"raj yang hanya ditempuhi sehari semalam??..... Tak ada lagi sisi pembenaran dalam jiwa Eisntein terhadap isro-Miraj akibat dari keunggulan rasio Einstein ditengah ketiadanya lagi unsur transendensi dan spiritual dalam sisa sisi jiwanya hingga tak dapat lagi memampukannnya untuk membenarkan peristiwa Isro mi"raj tersebut.... Naudzubillah
Inilah sekilas episode nyata betapa reduksionisme yang tiada lain adalah bentuk langkah-langkah syetan yang telah dianut sejak lama oleh kaum yahudi dan "keturunan yahudi" semitsal Einsten... hingga dengan reduksionisme-nya tersebut maka Tuhan menganugrahkan sebentuk keunggulan kepada "kaum Yahudi" hingga keturunannya.... yang tiada lain "keunggulannya" tersebut adalah suatu tawaran menggiurkan dari "nilai lebih" atas dianutnya azas-azas reduksionisme pembentuk jiwa Zudaisme.
Maka atas jiwa reduksionisme pembentuk millah yahudi tersebut.... janganlah heran jiwa keturunan mereka kini tak punya lagi sisi-sisi jiwa yang menyemburatkan lagi nilai nurani (afeksi)..... Hingga kekerasan demi kekerasan tiada berprikemanusian seringkali dipertontonkan dengan pongahnya.... sebab demi suatu nilai lebih keunggulan jiwa telah dengan "tega" dibenamkan dalam jiwanya melalui pengejawantahan Langkah-langkah syetan yang terkutuk itu.... tuk mereduksi unsur-unsur jiwa lainnya... sebagaimana layaknya unsur-unsur jiwa manusia yang secara fitrah masih terkandung utuh dan berkesimbangan dalam jiwa manusia tawazun yang masih menyiratkan sisi-sisi jiwa yang penuh nilai afeksi, spiritual, transendensi..... hingga dengan sisi-sisi jiwa tersebut menyebabkan sosok manusia tawazun selalu bersebrangan dengan millah kaum Yahudi dimanapun dan sampai kapan-pun.... bersambung.
0 komentar:
Posting Komentar