Kamis, 07 April 2011

Bab III AGAMA SIKH

58 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
kalimat-kalimat tertentu atau seluruh ayat telah ditambahkan oleh
para perombak di salah satu konsili-konsili.”14
14 Dr. E.J. Thomas, The Life of Buddha as Legend and History, pp. 249-250 (A.A. Knopf,
New York, reprinted 1952)
BAB III
AGAMA SIKH
LATAR BELAKANG
Anak benua Indo – Pakistan adalah tanah asal dari berbagai
agama. Dalam bab-bab terdahulu, telah kami gambarkan dua
kepercayaan yang lahir dan berkembang di anak benua ini. Agama
selanjutnya yang timbul di anak benua Indo-Pakistan adalah agama
Sikh, tetapi antara agama tersebut ini dengan agama Buddha ada
jarak yang berabad-abad. Pada saat itu, Islam telah lahir di jazirah
Arab dan telah tersebar ke berbagai tempat di dunia, termasuk ke
anak benua Indo – Pakistan ini. Hampir seluruh anak benua ini
diperintah oleh penguasa Muslim. Namun mereka itu menunjukkan
minat yang sangat kecil dalam menyiarkan agamanya. Islam
disebarkan di India, seperti ditunjukkan oleh Sir Thomas Arnold
dalam bukunya yang terkenal The Preaching of Islam, adalah
melalui para wali Muslim dan kaum Sufi. Orang-orang suci ini
berdiam jauh darι kotα-kota besar dan dι daerah-daerah yang tidak
punya penduduk Muslim. Dengan ajaran, contoh, dan kehidupan
para wali tersebut, mereka telah menarik perhatian dari orang-orang
yang berkerumun untuk mendengarkannya. Ajaran mereka
sederhana dan mudah dimengerti, serta menyatakan kepada rakyat
tentang kasih sayang Tuhan, tentang kepentingan utama dalam
menyayangi serta melayani makhluk Tuhan, dan tentang keindahan
hati yang suci murni. Ajaran Islam mengenai Keesaan Tuhan dan
persamaan serta persaudaraan dari segenap ummat manusia, telah
menarik sejumlah besar rakyat yang tidak puas terhadap politeisme
Hindu dan penyembahan berhala atau menjadi korban perbedaan
kasta dalam agama Hindu, serta kasta Paria yang tidak boleh
disentuh. Berbicara mengenai masuknya rakyat awam di Bengali
oleh pengaruh kaum Sufi, Sir W.W. Hunter menulis, “Bagi ummat
52 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
miskin ini, nelayan, pemburu, pembajak tanah, dan kasta rendah
yang menggarap tanah, Islam tiba bagaikan satu wahyu dari Langit.
Islam merupakan pernyataan keimanan dari ras yang berkuasa, para
pendakwah-nya adalah orang-orang dengan semangat
membawakan kitab tentang Keesaan Tuhan dan persamaan ummat
manusia dalam pandangan rakyat yang teraniaya dan terlantar.
Upacara yang dilakukan menjadi lenyap, kemunduran dan yang
membuat orang yang tadinya bingung menjadi generasi orang yang
beriman selama-lamanya … Bukanlah dengan kekerasan Islam
mendapatkan keberhasilan yang lestari di Bengali Bawah. Islam
menghimbau kepada ummat dan agama itu menarik massa besar
dari pemeluk-pemeluk kalangan rakyat miskin. Agama itu
membawakan konsepsi yang lebih tinggi tentang Tuhan dan ide
yang mulia tentang persaudaraan ummat manusia. Agama itu
memberikan kepada orang banyak dari kasta yang rendah di
Bengali yang selama berabad-abad duduk di bagian paling bawah
masyarakat Hindu, suatu pintu masuk yang bebas ke dalam suatu
organisasi masyarakat yang baru”.1
Hasil yang paling dapat dicatat dari pengaruh Islam di India
adalah daya tarik mistikisme India Utara yang asing namun
menarik. Sir T.W. Arnold menulis:
“Seketika kekuasaan orang Islam menjadi tersusun, dan
khususnya di bawah dinasti Mughal, maka pengaruh keagamaan
Islam tentunya menjadi semakin mantap dan kuat. Pengaruh ini
dengan pasti masuk dalam gerakan-gerakan keagamaan Hindu yang
bangkit dalam abad kelimabelas dan keenam-belas, dan Bishop
Lefroy telah menduga bahwa watak positip dari ajaran Muslim
telah menarik akal-fikiran yang tidak puas atas kekaburan dan
subjektivitas dari sistem fikiran yang panteistis.”2
1. Dikutip oleh Sir T.W. Arnold dalam The Preaching of Islam, pp. 282-283. (Dicetak
oleh oleh Shaikh Muhammad Ashraf, Lahore, 1961)
2 Sir T.W. Arnold, The Preaching of Islam, pp. 261 - 262
AGAMA SIKH 53
Salah satu ahli mistik terbesar ini adalah Ramananda, tentang
hal ini Evelyn Underhill menulis: “Hidup di suatu masa di mana
penyair yang penuh semangat dan filsuf yang mendalam, seperti
para mistikus besar Persia, Attar, Sadi, Jalaluddin Rumi, dan Hafiz,
telah membawa pengaruh yang kuat terhadap pemikiran keagamaan
di India, dia memimpikan untuk mengawinkan mistik Islam yang
kuat dan mempribadi dengan teologi tradisional Brahmanisme.”3
Ahli mistik lain yang besar adalah Kabir, yang boleh dianggap
sebagai pendahulu langsung dari Guru Nanak, pendiri agama Sikh.
Kabir telah meng-alami kenikmatan bersatu dengan Tuhan,
kalbunya penuh kasih sayang, dan dia menyanyikan kasih sayang
itu keluar dengan sepenuh hatinya dalam bahasa rakyat yang awam.
“Bagaimana mungkin kasih sayang antara Engkau
dan aku dapat dipisahkan ?
Bagaikan daun teratai di atas air, maka Engkau adalah
Tuhanku dan aku adalah hamba Mu.
Bagaikan burung malam Chakor yang semalaman
memandang ke arah rembulan, demikianlah Engkau
Tuhanku dan aku adalah hamba Mu.
Dari awal hingga akhir masa adalah kasih sayang di
antara Engkau dan aku, dan bagaimana kasih sayang
ini akan dihilang-kan?
Kabir berkata, “Bagaikan sungai yang mengalir
memasuki lautan, demikianlah hatiku menyentuh
Mu.”4
3 Pendahuluan dari terjemahan Tagore tentang Poems of Kabir , p. vii. (Macmillan,
London, 1915)
4 Poems of Kabir (No. XXXIV), diterjemahkan oleh Rabindranath Tagore (Macmilan,
London, 1915)
54 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Dia memberikan ekspresi dalam lagu-lagunya atas Keesaan
Ilahi. Dia telah mencapai apa yang disebut oleh Evelyn Underhill
dengan sebutan “synthetic vision.” Dia telah memutuskan
pertentangan yang tanpa henti antara personal dan impersonal,
transenden dan immanen, statis dan dinamis dari sifat Ilahi, antara
filsafat absolut dan ‘Sahabat sejati’ dari pengabdiaan agama. Dia
menyanyikan:
“Oh, betapa dapat aku mengemukakan rahasia itu?
Oh, betapa dapat aku berkata bahwa Dia tidak seperti
ini dan Dia adalah seperti itu?
Jika kukatakan bahwa Dia ada di dalam aku, alam
semesta ini akan malu:
Jika kukatakan bahwa Dia di luar aku ini adalah
kepalsuan.
Dia membuat dunia di dalam dan di luar adalah esa
tak terbagi
Yang sadar dan tak sadar keduanya adalah telapaktelapak
kaki-Nya.
Dia tidak terbabar dan tidak pula tersembunyi
Dia itu tidak jelas tampak, tidak pula terlindung.
Tidak ada kata-kata yang sanggup menerangkan
bagaimana Dia itu.”5
Kabir percaya kepada kesatuan manusia dan dengan keras
mengutuk sistem kasta Hindu. Dia juga menolak ajaran Hindu
tentang pentitisan (Avatar) dan tidak mau terlibat dengan
penyembahan berhala, serta upacara mandi di sungai-sungai yang
dianggap suci.
5 ibid, No. IX
AGAMA SIKH 55
“Tidak ada sesuatu apa pun kecuali air di tempat
pemandian suci; dan saya tahu bahwa itu tidak ada
gunanya, karena itu saya tidak mandi di sana.
Patung-patung itu tidak ada kehidupannya, mereka
tidak dapat berbicara: Saya tahu karena saya telah
menyeru dengan berteriak-teriak kepadanya.”6
Dia menentang praktik-praktik Hindu tentang penyiksaan diri
dan kependetaan. Dia sendiri menikah dan mempunyai seorang
putera dan seorang puteri, dan meneruskan hidupnya pengayam
yang sederhana. Katanya:
“Bukanlah susah payah dengan menyiksa daging
yang menyenangkan Tuhanmu
Di saat engkau menanggalkan bajumu dan mematikan
panca inderamu, engkau tidak menyenangkan
Tuhanmu.
Manusia yang penyayang dan menjalani ketulusan,
yang tetap pasif di tengah hingar bingar peristiwa
dunia, yang tetap menganggap semua makhluk di
muka bumi ini sebagai dirinya sendiri.
Dia mencapai Dzat Yang Kekal Tuhan sejati dan
selalu besertanya
Kabir berkata: Dia mencapai Nama yang sejati katakatanya
adalah suci, yang bebas dari kesombongan
dan tinggi hati.”7
Guru Nanak pendiri agama Sikh, adalah hasil dan semangat
yang sama, mereguk pengaruh yang sama, memberikan ajaran yang
sama, dan sering menggunakan kata-kata serta ekspresi yang sama.
Dia seperti Kabir adalah seorang Sufi.
6 ibid, No. XLII
7 Poem of Kabir, No. LXV.
56 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
KEHIDUPAN GURU NANAK
Nanak dilahirkan pada tanggal 15 April 1469 di Talwandi Rai
Bhoe, sekarang dikenal dengan nama Nankana Sahib, sekitar empat
puluh mil barat daya Lahore Pakistan. Ayahnya Mehta Kalu,
seorang bendaharawan desa (patwari) yang bekerja pada Rai Bular,
tuan tanah Muslim dari desa tersebut. Nama ibunya adalah Tripta.
Dalam Janam Sakhis, kita mendapati banyak cerita mukjizat yang
berhubungan dengan kelahiran dan masa kanak-kanaknya.
Pada usia tujuh tahun, Nanak dikirim kepada seorang guru desa
untuk mempelajari abjad dan dasar-dasar ilmu hitung. Kecerdasan
dan ketekunannya menyebabkan dia menyelesaikan pendidikannya
dalam jangka waktu yang sangat pendek. Kemudian dia dikirim ke
seorang Maulwi desa untuk mempelajari bahasa Persia dan Arab.
Juga diterangkan bahwa Nanak mempelajari al Qur’an dan literatur
Islam dengan Sayid Hasan, seorang sufi yang saleh. Beberapa tahun
berlalu, dan Nanak mencapai usia yang menurut adat-istiadat
Hindu, dia harus diberi tenunan suci. Namun hal ini menimbulkan
kemarahan semua orang, dan dia dengan tegas menolak pergi ke
upacara pengenaan dalam agama Hindu yang mengikat dengan
tenunan suci itu.
Dari sejak kecilnya, Nanak adalah seorang yang sangat
condong fikirannya kearah keagamaan yang mendalam. Ayah
berhasrat untuk memberinya pekerjaan atau berdagang, tetapi
usahanya membujuk Nanak agar keluar dari suasana meditasinya
itu gagal. Akhirnya saudara perempuannya membawa dia ke
rumahnya di Sultanpur, dan dengan pengaruh suaminya dia
memberi pekerjaan sebagai penjaga toko Nawab Daulat Khan
Lodhi, seorang sepupu jauh dari Sultan Delhi yang berkuasa.
Meskipun Nanak memegang jabatan itu dengan beberapa keberatan
namun dia menunaikan kewajibannya dengan sungguh-sungguh
dan mendapatkan kasih-sayang dari majikannya. Segera setelah
AGAMA SIKH 57
penunjukkannya sebagai penjaga toko, Nanak menikah dengan
Sulakhani puteri Mul Chand dari Batala. Sangat sedikit diketahui
tentang kehidupan rumah tangganya, kecuali dia telah
menghasilkan dua orang putera dari hasil perkawinannya ini.
Nanak bekerja dengan Nawab Daulai Khan Lodhi selama
duabelas tahun, ketika dia memperoleh pengalaman mistisnya yang
pertama. Pada saat itu, dia tengah mandi di suatu sungai. Kitab
Janam Sakhis menceritakan bahwa dia lenyap dalam air tidak
timbul-timbul selama tiga hari. Ketika dia pulang ke rumah, maka
dia menjadi seorang yang berobah. Dia mendengar, suara berkata
berkali-kali: “Tidak ada Hindu, tidak ada Muslim”, yang berarti
bahwa dua kaum yang terbesar di Indo-Pakistan itu telah berhenti
menjalankan ketulusan. Nawab heran teramat sangat atas perubahan
anak semangnya ini, dan bertanya mengapa dia berpendapat tidak
ada Muslim. Nanak menjawab: “Nawab Sahib, sungguh sulit
menjadi seorang muslim itu”, dan dia menambahkan dengan
penjelasan:
“Dia yang kuat keimanannya.
Mempunyai hak untuk disebut seorang Muslim.
Tindakannya harus sesuai
dengan keimanannya kepada Nabi saw
Dia harus membersihkan nuraninya dari
kesombongan dan keserakahan.
Tidak disusahkan lagi oleh penipu kehidupan dan
kematian.
Menyerah kepada kehendak Tuhan.
MengenalNya sebagai Pelaku.
Beban dari penguasaan pribadi.
Kasih-sayang terhadap segala sesuatu.
Seorang yang semacam itulah yang boleh menyebut
dirinya seorang Muslim.”
58 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
(Var Majh, 8. se 1)8
Dia meninggalkan ikatan kerja dengan Nawab dan
memutuskan untuk mengabdikan sepenuhnya untuk reformasi
kemanusiaan. Dia tidak pernah mem-beri jalan ke arah perubahan
keyakinan, dia hanya menyeru kepada kaumnya untuk mengisi hati
nurani dengan kasih sayang Tuhan, dan agar baik hati, jujur, serta
lurus dalam berhubungan dengan sesama manusia. Kitab Janam
Sakhis meriwayatkan bahwa dia melakukan lima perjalanan
dakwah yang sangat luar biasa (Udasis). Meskipun ada beberapa
ketidakpastian tentang jurusan yang di-tempuhnya secara tepat,
Janam Sakhis sedikit banyak sepakat tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi selama perjalanan itu.
Perjalanan yang pertama, membawanya ke arah Timur sejauh
Assam.Di Hardwar, dia melihat serombongan besar orang Hindu
yang sedang mandi di air suci Gangga percaya bahwa ini akan
menghapus dosa-dosa mereka. Ketika sedang berdiri di air sungai
mereka mencurahkan segenggam air ke arah Timur sebagai
persembahan kepada Dewa Matahari dan nenek moyang mereka
yang sudah tiada. Nanak juga masuk ke dalam sungai ke dalam
sungai dan mulai men-curahkan air ke jurusan Barat. Orang-orang
Hindu berkumpul di sekelilingnya dan menanyakan apa yang
diperbuat. Dia menjawab bahwa ia mencurahkan air ke arah
ladangnya yang baru dipanen di Punjab. Orang-orang
mentertawakannya dan salah seorang dari mereka berkata:
“Bagaimana seseorang dapat mengirim-kan air ke tempat yang
begitu bermil-mil jauhnya?” Guru Nanak menjawab dengan
tersenyum: “Jika air ini tidak dapat mencapai tanah pertanianku
yang hanya beberapa ratus mil dari sini, bagaimana bisa segenggam
8 Adi Granth, diterjemahkan oleh Dr. Gopal Singh Dardi (Gur Das Kapur, Delhi, 1962).
Terjemahan lain dari Adi Granth yang digunakan dan dipetik pada bab ini oleh (i)
Trilochan Singh (George Allan and Unwin, London, 1960), dan (ii) Manmohan Singh
(Shiromani Gurdwara Prabandhak Comittee, Amritsar, 1969.)
AGAMA SIKH 59
air yang kau curahkan ke arah matahari yang jauhnya ribuan mil
serta para nenek moyangmu di balik bumi?”. Kemudian dia
menyampaikan suatu khutbah tentang kesia-siaan yang sangat dari
praktik-praktik ketakhayulan.
Pada saat kedatangan di Gorakhmatta suatu kuil di Gorakh,
sekitar duapuluh mil sebelah Pilibhit, dia berdebat lama dengan
para pertapa dan para yogi di tempat itu. Katanya kepada mereka:
“Agama itu tidak terdiri dari jubah yang bertambal
atau dalam tongkat Yogi atau dalam abu yang
digosokkan seluruh badan.
Agama tidak terdiri dari cincin di telinga ataupun
kepala yang digundulkan atau dalam meniup tanduk
dan terompet.
Tetapi tinggallah suci di tengah ketidaksucian dunia;
demikian maka engkau akan menemukan jalan
kepada agama.”
(Rag Suhi, 8:1)
Melalui Varanasi, Gaya, dan banyak lagi tempat lain, Guru
Nanak tiba di Kamrup (Assam), di mana menurut kitab Janam
Sakhis, beberapa tukang sihir mencoba membujuk dan menggoda
dia dengan magic, kekayaan, dan kecantikan. Tetapi dia dapat
menaklukkan macam-macam itu, dan meyakinkannya bahwa daya
penarik yang sejati dan kekayaan yang sesungguhnya terletak
dalam mencapai kemuliaan dalam watak seseorang.
Di perjalanan kembali, dia berhenti di Jagannath Puri. Di sana,
di kuil yang terkenal di Jagannath dia melihat pendeta-pendeta
melakukan upacara Arti di depan patung dewa dengan melambailambaikan
tangannya, memberi hormat dengan bunga-bungaan,
wangi-wangian, dan lampu menyala. Guru Nanak memberi khutbah
penerangan kepada para pendeta dan para penyembah itu atas
praktik-praktik pemberhalaan yang sangat dungu itu.
60 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Dia menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk berkelana di
Punjab, mengunjungi lebih dari sekali ke benteng kaum Sufi di
Pasrur, Panipat, dan Multan. Guru Nanak mengakui mereka sebagai
saudara-saudara rohaninya dan merasa sangat berbahagia dalam
bergaul dengan mereka.
Kunjungan kedua Guru Nanak adalah ke arah Selatan melalui
Tamilnadu ke Ceylon. Diriwayatkan bahwa dia pulang kembali
melalui sepanjang pantai barat melalui Malabar, Konkan, Bombay,
dan Rajasthan mengajar serta memper-tunjukkan mukjizat kemana
saja dia pergi. Perjalanan ketiga adalah di daerah Himalaya sampai
sejauh Laddakh.
Perjalanan terakhir adalah ibadah Haji ke Mekkah. Di sana dia
pergi ke Medinah, kota Nabi saw. Selanjutnya berjalan ke barat
sampai ke Baghdad, di mana dia menghabiskan waktunya dengan
para sufi dan wali setempat.
Dia kembali ke anak benua Indo-Pakistan pada saat
penyerangan dari Kaisar Barbar. Menurut kitab Janam Sakhis, dia
ditawan oleh pasukan kaisar di Syedpur (sekarang disebut
Eminabad di daerah Gujranwala), tetapi kemudian dia dilepas-kan.
Kaisar diceritakan sangat terkesan sekali olehnya dan meminta
berkahnya. Nanak mengajak kaisar kepada kebenaran dan keadilan
serta berkata: “Kekai-saranmu akan tetap berlangsung lama”.
Guru Nanak menghabiskan akhir hidupnya di Kartarpur, di
mana rombongan besar orang mendengar dia berkhotbah sangat
terkesan oleh kesalehannya yang menonjol dan wataknya yang suci.
Sesungguhnya dia adalah seorang pengabdi Tuhan dan
kemanusiaan. Pada saat wafatnya pada tanggal 2 September 1539,
suatu pertengkaran katanya telah timbul antara kaum Hindu dan
Muslimin, dan setiap golongan ingin menunjukkan kehidupannya di
dunia ini dulu sesuai dengan aturan-aturan agamanya sendiri.
Golongan Hindu berkata bahwa Nanak adalah seorang Hindu
karena dia dilahirkan dalam keluarga Hindu. Orang Muslim
AGAMA SIKH 61
mengatakan bahwa dia adalah seorang Muslim karena dia percaya
kepada syariat Islam. Namun ketika tutup jenazahnya dibuka,
mereka hanya menemukan setumpuk bunga yang dibagi di antara
kedua golongan.9
AJARAN GURU NANAK
Guru Nanak adalah seorang yang ketat dalam bertauhid. Dia
percaya kepada Tuhan Yang Esa dan Satu Satunya Yang Abadi
adalah dengan sendirinya tak berbentuk. Tuhan yang dipercayai
Nanak bukanlah suatu ide abstrak ataupun suatu kekuatan moral
yang tak berkepribadian. Dia Dzat Pribadi yang disayangi dan
dihormati. Dia menolak adanya Tuhan-Tuhan lain, dan berkata
bahwa Tuhan itu Esa dan suci yang harus kita sembah. Konsepsi
Guru Nanak tentang Tuhan dipaparkan dengan bagusnya dalam
Mul-Mantra baris-baris pembukaan dari Adi Granth:
“Tiada lain kecuali Satu Tuhan, yang namanya adalah
Benar, Pencipta, terjauh dari rasa takut dan
kebencian, dia tidak dilahir, Dia tidak pernah mati,
ada dengan sendirinya, Yang Besar dan Pemurah:
Yang Esa sejak dari permulaan; Satu-Satunya
Kebenaran dari zaman awal, Yang Esa dan Sejati di
masa kini, O Nanak; Yang Esa dan Sejati juga di
masa datang”10
Nanak menolak setiap kompromi terhadap konsepsi Keesaan
Tuhan. Dia menolak ajaran Trinitas dan menyatakan bahwa
pembagian ketuhanan dalam tiga pribadi adalah bertentangan
dengan kesatuan Ilahi:
9 Raja Sir Daljit Singh, Guru Nanak, pp. 155-156 (Lion Publication Lahore, 1943)
10 Japji diterjemahkan oleh Teja Sing (The Sikh Tract Society, Amritsar, 1924).
Terjemahan lain dari Japji yang diambil dan dipetik pada bab ini berasal dari Puran Singh
(Taran Taran, Third edition, 1938)
62 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
“Adalah sudah umum dianggap bahwa Ibu Tuhan itu
dengan rencana gaib mengandung lalu melahirkan
tiga dewa:
Pertama dewa yang mencipta, kedua dewa yang
memelihara, dan ketiga dewa yang membinasakan.
Tetapi sesungguhnya, Dialah Tuhan Yang
membimbing dunia sesuai dengan kehendak-Nya dan
tiada tuhan lainnya.
Perkara yang paling mengherankan orang-orang, Dia
dapat melihat kita, tetapi kita tidak dapat melihat Dia.
Segala puji kepunyaan Nya! Segala Puji!
Dzat yang Utama, Yang Maha Suci, Yang tidak
berawal dan tidak berakhir, di segala zaman Dia tetap
sama”
(Japji, XXX)
Dia tidak mau mengakui ajaran penitisan. Karena Tuhan itu
tidak terhingga, kata Nanak, Dia tidak dapat dilahirkan dari rahim
seorang wanita dan mati, atau pun juga dapat dianggap berbentuk
manusia yang tidak lepas dari ketidak-sempurnaan serta mati:
“Dia tidak berbapak atau beribu. Dia tidak dilahirkan dari suatu
apa pun. Dia tidak berbentuk atau tergambarkan, dan Dia tidak
termasuk satu kasta pun. Dia tidak merasakan lapar atau haus. Dia
selalu puas.” (Var Malar, p. 22)
“Nanak! Dia bermeditasi terhadap kenyataan yang abadi dan
menjadi kekal, tetapi dia yang menyembah yang dapat mati setelah
pernah dilahirkan, berarti mengejar jalan yang palsu.” (Var Asa 5.
1.p.2)
Guru Nanak menolak monisme Hindu (Advaita Vedantisme),
yang menyatakan bahwa dunia ini suatu khayalan, seperti halnya
dualisme Hindu (Sankhya-Yoga) yang mengajarkan baik dunia
maupun Tuhan kedua-duanya tidak tercipta dan abadi. Seperti
halnya penganut Islam, maka dia percaya bahwa meskipun dunia
AGAMA SIKH 63
itu nyata, dia itu diciptakan dan tidak abadi. Dunia ini nyata karena
pengejawantahan dari kehendak dan perintah Tuhan serta kehadiran
Nya ada di dalamnya:
“Dengan kehendak dan perintah Nya (hukum) segala
bentuk menjadi ada --kehendak Nya itu tidak dapat
digambarkan – adalah kehendak Nya bahwa bentukbentuk
itu mengembangkan kehidupan di dalamnya
dan kemudian mereka berkembang meningkat”.
(Japjit Hymn No. II)
Guru Nanak menyeru ke orang-orang yang mengikuti jalannya
ke arah kepatuhan dan penyerahan diri kepada Tuhan. Keselamatan,
katanya, adalah bagi mereka yang telah menyelaraskan
kehendaknya kepada Kehendak Utama Tuhan, yang berfikir dan
bertindak tepat seperti yang diinginkan darinya oleh kehendak Nya.
Dengan mengutip kata-kata Guru sendiri:
“Jalan untuk taat membawanya pada akhir pintu
keselamatan.
Pertama dia menjadi pembantu rohani dan keluarga;
Kemudian menjadi seorang guru, yang telah
menyelamatkan dirinya, dia juga menyelamatkan para
pengikutnya.
Nanak, manusia yang mematuhi firman Nya, tidak
akan berkelana meminta-minta dari satu pintu ke
pintu lainnya.
Begitulah Firman itu tidak ternoda !
O, jika seseorang mengetahui bagaimana mentaatinya
dengan sepenuh hati dan jiwanya.”
(Japji, XV)
Seperti Kabir, pendahulunya, Guru Nanak tidak menyetujui
praktik-praktik Hindu dalam penyembahan berhala dan mandi di
sungai-sungai suci. Di sani dua kutipan dari Japji, pertama tentang
64 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
penolakkannya terhadap penyembahan berhala, dan kedua kritiknya
terhadap mandi suci:
(1) “Dia tak dapat dibentuk dan didirikan sebagai patung
berhala. Karena Dia adalah segala dalam segalanya. Dirinya
sendiri terhindar dari syarat-syarat material. Barangsiapa
yang mengabdiNya adalah terhormat. Nanak, karenanya,
bernyanyilah demi Dia, karena Dia penuh dengan
kemuliaan.” (Japji, V)
(2) “Saya akan mandi di tempat-tempat suci, jika dengan
berbuat demikian saya mendapat ridhoNya, kalau tidak apa
gunanya mandi suci? Bagaimana saya mendapat ridho Nya
dengan hanya mandi suci saja di saat seluruh dunia yang
luar ini saya tidak melihat sesuatu pun yang bisa diperoleh
tanpa perbuatan.” (Japji Hymn VI)
Guru Nanak menyatakan bahwa seluruh ummat manusia
adalah satu. Dia berkata bahwa seseorang itu dihormati tidak karena
dia termasuk dalam kasta atau golongan ini atau itu melainkan
karena dia adalah seorang manusia. Dia meletakkan landasan
pengangkatan derajat manusia tidak semacam jalan pintas, seperti
mantera, mukjizat, atau kegaiban, melainkan dengan watak dan
tingkah laku manusia:
“Oh, tidak ada gunanya kasta dan keturunan: pergi
dan tanya-kanlah kepada mereka yang mengetahui
kebenaran. Kasta atau keturunan manusia ditentukan
oleh karya yang diperbuatnya.”
(Parbhoti 4,10)
Cara untuk berbakti kepada Tuhan, menurut Guru Nanak
adalah mengalun-kan puji kepada Nya dan bermeditasi atas nama
Nya:
AGAMA SIKH 65
“Kami telah mendengar bahwa Tuhan adalah benar
dan dinyatakan dalam Kebenaran, bahwa tak
terhingga cara-cara di mana Dia digambarkan: Dia di
saat para makhluk berdoa kepada Nya untuk
memohon anugerah Dia sebagai Pemberi memberinya.
Jadi, kemudian apakah yang akan kami
persembahkan kepada Nya sebagai balasan, sehingga
kita dapat melihat balairung Nya. Apa yang akan kita
ucapkan dengan lidah kita yang dapat menggerakkan
Nya untuk memberikan pada kami cinta Nya? Dalam
makanan dewa-dewa di saat kedukaan bermeditasilah
atas keberkahan dan Nama yang sejati.”
(Japji, IV)
“Dia yang menyalakan Nama Nya di hatinya dan
mempunyai sari dan Nama itu dilidahnya baginya
Nama Tuhan itu membuatnya tak berkeinginan
seperti Tuhan sendiri demikian”
(Gauri 1,6)
GURU NANAK DAN ISLAM
Seringkali dinyatakan bahwa tujuan Guru Nanak adalah
membawa perdamaian di antara Islam dan Hindu dengan
mengkombinasikan kedua kepercayaan itu dalam agamanya sendiri.
Demikianlah, Sardar Khushwant Singh, cendikiawan Sikh dan
novelis terkemuka, menulis dalam History of Sikhs : “Agama Sikh
terlahir sebagai hasil perkawinan antara agama Hindu dan Islam,
setelah mereka mengenal satu sama lain selama sembilan ratus
tahun.”11
11 Khushwant Singh, A History of the Sikhs, Volume I, p. 17 (Princenton University
Press, 1963)
66 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Namun ini tidaklah tepat. Hampir-hampir tak ada satu pun
yang sama di antara ajaran Guru Nanak dengan agama Hindu. Dia
mempunyai konsepsi yang berbeda tentang konsepsi Ketuhanan,
teori penciptaan, alam semesta dan hubunganNya, sikap terhadap
manusia, gagasan tentang keselamatan. Selanjut-nya dia sangat
keras mengutuk sistem kasta, dan praktik-praktik Hindu dalam
penyembahan berhala, upacara mandi di sungai suci dengan
harapan dapat menghapus dosa. Dalam hal yang diterimanya,
seperti hal yang ditolaknya, maka dia menunjukkan sebagai
penganut agama Islam. Guru Nanak berbeda dengan faham Hindu
tentang dasar-dasar keimanan mereka; tetapi berbeda pula dengan
kaum Muslimin, tidak secara keseluruhan, tetapi ia berbeda dengan
kaum muslimin yang mengabaikan ruh sebenarnya tentang Islam.
Ini terungkap dari sejumlah anecdote tentangnya. Misalnya, sekali
waktu dia diundang oleh Nawab Daulat Kahn Lodhi untuk
bergabung dengan kaum Muslimin dalam ibadah shalat Jum’at
mereka. Nanak segera setuju. Dia pergi ke mesjid dan ikut
beribadah, tetapi ketika mereka bersujud, Guru Nanak tidak turut
bersujud bersama mereka. Ketika shalat berakhir, Nawab bertanya
mengapa dia tidak ikut sujud bersamanya. Nanak menjawab: “Saya
setuju untuk shalat berjamaah, tetapi karena engkau tidak berdoa,
maka tidak ada gunanya saya bersujud”
“Apa makud Anda?”, tanya Nawab
Guru Nanak berkata: “Sekarang katakan kepada saya, apakah
Namaz (sholat) itu hanya terdiri dari ruku dan sujud saja?”
“Tidak,” kata Nawab, “itu hanyalah pernyataan lahir dari
kerendahan hati.”
Guru Nanak bertanya:”Kemudian katakan kepadaku apakah
pernyataan batin itu?”
“Kebaktian dalam semangat yang diucapkan dalam kata-kata
shalat”, jawab Nawab
AGAMA SIKH 67
“Itulah sebabnya, mengapa saya katakan baik Anda maupun
Qadi yang memimpin shalat tidak berdoa, karena ketika tubuhmu
rukuk, maka rohanimu sedang terikat dengan masalah-masalah
lain.”
Guru kemudian mengatakan dengan tepat apa yang sedang
difikirkan Qadi itu, ia sedang gelisah memikirkan anak kuda yang
baru lahir di rumahnya, dan Nawab dalam khayalannya sedang
pergi ke Kabul untuk membeli beberapa ekor kuda.12
Guru kemudian menoleh kepada jamaah dan berkata: Saya
akan katakan pada Anda, bagaimana mengucapkan sholat dengan
cara mengikuti kalimat-kalimat suci dari al-Qur’an:
“Di mesjid kasih sayang,
Tebarkanlah permadani keimanan,
Bergembiralah dengan penghasilanmu yang halal,
Ikutilah kalimat suci,
Tahanlah nafsumu dan sederhanakanlah lingkunganmu,
Bertindak wajarlah dalam puasamu,
Lakukanlah yang benar dalam menunaikan ibadah Hajimu ke
Ka’bah
Muliakanlah pembimbing rohanimu,
Berkaryalah dengan baik untuk jamaahmu,
Jadilah seorang Muslim,
Ulangilah nama Nya dalam tasbihmu,
Dia akan mengangkatmu”
(Var Majh, p. 140)
Dia menyeru mereka untuk mensucikan fikiran mereka
sehingga kata-kata dalam shalat itu dapat mencapai kemulian dan
penuh makna, serta tambahnya:
12 Raja Sir Diljit Singh, Guru Nanak, pp. 25-26 (The Lion Press, Lahore, 1943)
68 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
“Masa lima kali dalam sehari
Dihubungkan dengan lima shalat,
Dan shalat itu mempunyai lima nama yang terpisah,
Permintaan mereka yang pertama ialah ketulusan
Kedua adalah hidup dengan rezeki yang halal
Ketiga adalah bersedekah dengan nama Tuhan
Keempat adalah mengatur akal-fikiran
Dengan keputusan yang benar
Dan kelima adalah memuji Tuhan
Dia yang perbuatannya mengikuti kalimat-kalimat shalatnya
Mempunyai hak menyebut dirinya seorang Muslim
Mereka yang berkelana dalam padang ketidakbenaran
Yang hanya mengikuti kata-kata dan melalaikan rohnya”
(Var Majh, p. 142)
Guru Nanak seringkali membacakan al-Qur’an dan
membimbing masyarakat dengan diterangi apa yang terdapat dalam
Kitab Suci. Diriwayatkan dalam Adi Granth, bahwa ia berkata:
“Zaman Weda dan Purana telah berlalu, sekarang hanya al-Qur’an
lah kitab yang membimbing dunia.” Salinan Qur’an yang sering
dibaca olehnya, sampai saat ini tetap terjaga di Guru Har Sahat
yang berada pada distrik Forrezpur.
Jubah (Chola Sahib) yang biasa dipakai oleh Guru Nanak pada
peristiwa-peristiwa keagamaan, dapat dilihat di Dera Baba Nanak,
propinsi Punjab, India. Jubah itu dipenuhi dengan tulisan-tulisan
ayat al-Qur’an, dan di puncaknya persis di bawah kerahnya
dilukiskan Kalimat Islamiyah (atau pernyatakan keimanan) : “Tiada
Tuhan yang Esa kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasul Nya”.
Di paha kanan di antara ayat-ayat lain dari al-Qur’an tertulis ayat
“Tiada agama yang benar di sisi Allah kecuali Islam”.
Nanak berkelana ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji.
Kitab Adi Grant berisi kata-kata: “Para wali, mujaddid, aulia,
AGAMA SIKH 69
ulama, syekh, dan qutub, akan memperoleh kenikmatan yang tiada
terkira, bila mereka memohon daruds (rakhmat Ilahi) dari Nabi
Suci saw”
SEJARAH AGAMA SIKH
Guru Nanak, seperti yang telah kita saksikan, mengajarkan
agama yang berbeda dengan agama Hindu. Ide keagamaannya
hampir-hampir sama dengan ajaran Islam. Dia adalah seorang Sufi.
Namun sebagai ironi sejarah, dengan berlalunya waktu, maka kaum
Sikh yang menyatakan diri sebagai pengikut Guru Nanak, makin
lama makin dekat ke agama Hindu dan menjadi semakin terasing
dengan Islam. Tiga faktor yang muncul dan bertanggung jawab atas
kejadian ini, adalah:
Pertama, meskipun Guru Nanak tidak datang dengan suatu
agama baru, dan tidak mempunyai niat membentuk suatu
masyarakat agamis yang terpisah, tetapi setelah kematiannya,
mereka yang menyatakan diri sebagai pengikutnya kemudian
mengorganisir dalam suatu sekte yang berbeda.
Kedua, sebagian besar dari penganut sekte agama Sikh ini
datang dari agama Hindu, dan tetap saja melanjutkan ide-ide dan
praktik keagamaan mereka yang lama. Dengan berlalunya waktu,
maka mereka menjadi bagian dari agama Sikh. Para pengikut ini
juga lebih bersahabat dengan bekas teman seagama mereka
dibandingkan dengan kaum Muslim.
Ketiga, konfilik politik dari kaum Sikh (pada saat Guru kelima
meng-organisir kelompoknya menjadi golongan politik) dengan
penguasa Mughal, membuat mereka memusuhi Islam dan kaum
Muslimin pada umumnya. Dalam kebencian mereka terhadap kaum
Muslimin, maka mereka datang begitu erat dengan kaum Hindu
sehingga demi maksud-maksud praktis, mereka pun menjadi satu
sekte dari agama Hindu.
70 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Pewaris pertama dari Guru Nanak dan Guru yang kedua adalah
Bhai Lehna, belakangan disebut sebagai Guru Angad (1539–1552).
Dia adalah pengikut yang berbakti dari Guru Nanak, dan menjalani
hidup sederhana seperti guru besarnya. Dengan taktiknya, dia dapat
mencegah perpecahan di antara pengikutnya dengan pengikut putra
Guru Nanak, Sri Chand, bahwa dia lah yang menuntut lebih utama
sebagai gaddi ayahnya. Sumbangan Guru Angad yang terbesar
kepada sejarah Sikh dan agamanya adalah pembagian naskah
Punjabi. Gurmukhi, catatan yang di dalamnya terdapat hymne dan
kata-kata dari Guru Nanak. Ini membentuk inti dari kitab suci Sikh
yang belakangan hari berkembang menjadi Adi Granth.
Guru ketiga adalah Amar Das (1552–1574). Dia mengorganisir
kaum Sikh dalam 22 Manjis atau rayon, dan mendirikan lembaga
dapur umum yang bebas bea, disebut Guru-ka-Langar, di mana
orang-orang dari segala kasta makan bersama-sama. Dinyatakan
bahwa Guru Amar Das sebagai pembaharu sosial yang besar, dan
dia melarang praktik agama Hindu, Sati, yakni pembakaran hiduphidup
para janda pada upacara pemakaman suaminya yang
meninggal dunia.
Guru keempat adalah Ram Das (1574–1581). Dia memulai
pembangunan sebuah danau besar, disebut Amritsar (danau Nectar)
dan merencanakan juga pembangunan Kuil Emas di tengah-tengah
danau itu. Tanah dan danau tersebut disumbangkan oleh Maharaja
Akbar, dan peletakkan batu pertama kuil itu dilakukan oleh seorang
wali sufi muslim Hazrat Mian Meer dari Lahore. Ram Das mulai
mengumpulkan sumbangan tetap atau tithes untuk manajemen
masyarakat Sikh dan kegiatan khusus resmi lainnya, disebut
Masands, untuk organisasi peribadatan dan pengumpulan tithes.
Ram Das adalah Guru yang pertama kali menunjuk puteranya
sendiri sebagai penggantinya, jadi dialah yang secara resmi
menjadikan Guru sebagai keturunan.
AGAMA SIKH 71
Guru yang kelima, Arjun (1581 – 1606) yang memainkan
peranan menentu-kan dari sejarah kaum Sikh. Awal mulanya, dia
meneruskan pembangunan Kuil Emas dan menyediakan bagi kaum
Sikh suatu markas dan tempat berlatih. Kedua, dia mengumpulkan
Kitab Suci Sikh, Adi Granth, di mana dia memasuk-kan
karangannya sendiri bersama-sama keempat pendahulunya. Ketiga,
dia mengorganisir kaum Sikh dalam suatu masyarakat terpisah
dengan kitab suci tersendiri, dan menjadikan danau suci beserta kuil
suci mereka. Ini permulaan dari Negeri Sikh, dan Guru Arjun
disebut oleh para pengikutnya Sanchcha Padshah (Maharaja
Sejati). Arjun adalah Guru pertama yang mengambil bagian aktif
dalam politik, dan mulai terlibat konflik dengan penguasa tanah itu,
Maharaja Jehangir. Sebab dari pertengkaran itu adalah pengusian
dan bantuan yang diberikan Guru Arjun kepada putera Maharaja
Jehangar yang memberontak, yakni Kushru. Setelah pemberontakan
Khusru gagal, Arjun dibebani pajak berat oleh Jehangar, dan ketika
dia menolak membayarnya, maka dia ditangkap dan dipenjarakan
dengan tuduhan sebagai penghianat besar. Para ahli sejarah menulis
bahwa Guru Arjun menjadi korban pembunuhan pribadi sebagai
pembalasan dendam Menteri Keuangan Jehangir yang beragama
Hindu, Seth Candu Shah, dengan memainkan peran jahat mengadudomba
antara Maharaja melawan Guru Arjun. Suatu hari, ketika
Arjun diperbolehkan sipir penjara keluar berenang di sungai Ravi
yang mengalir sepanjang penjara, dia dengan mendadak tenggelam.
Kematiannya ketika menjadi tahanan, menimbulkan kemarahan
besar di kalangan Sikh dan kebencian terhadap Moghul yang dalam
waktu bertahun-tahun ber-kembang menjadi kebencian terhadap
Islam dan kaum Muslimin pada umumnya.
Guru yang keenam, Har Gobind (1606 – 1645), dikelilingi
tukang pukul dan memerintahkan para pengikutnya untuk
mempersenjatai diri. Dalam kuil-kuil Sikh, mengutip Kushwant
Sing, “sebagai ganti menyanyikan puji-pujian perdamaian, maka
72 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
para jamaah memperdengarkan balada untuk menggugah semangat
kepahlawanan, sebagai ganti ceramah-ceramah agama, mereka
mendis-kusikan rencana-rencana penaklukkan militer.” Mereka
menjadi besar, mem-punyai angkatan bersenjata yang terlatih baik,
terdiri dari infantri, kaveleri, dan unit-unit arteleri. Di bawah
kepemimpinan Har Gobind, mereka terlibat konflik bersenjata
dengan pasukan-pasukan kerajaan kaisar Shah Jehan dalam
beberapa kali pertempuran.
Guru ketujuh, Har Rai (1645 – 1661) adalah cucu Har Gobind.
Dia tetap menjaga semangat militer kaum Sikh. Dia bersahabat
dengan putera Maharaja Shah Jehan yang bersikap liberal, Dara
Shikoh, dan membantunya dalam perang perebutan tahta melawan
Aurangzeb.
Har Rai mengabaikan putera sulungnya Ram Rai, karena yang
belakangan ini mempunyai hubungan persahabatan dengan
Maharaja Moghul Aurangzeb, dan kemudian menunjuk putera
keduanya, yakni Hari Krishen (1661–1664) sebagai penggantinya.
Hari Krishen masih kanak-kanak ketika ditunjuk sebagai Guru.
Kakaknya yang lebih tua, Ram Rai memisahkan diri dan
membentuk sekte yang terpisah. Hari Krishen meninggal disaat dia
berumur baru sembilan tahun.
Di saat kematian Guru Hari Krishen, maka beberapa orang
menyatakan bahwa mereka berhak menjadi gaddi dari Guru. Orang
yang akhirnya menjadi Guru ke sembilan adalah Tegh Bahadur
(1664–1675). Ram Rai sebagai saingan terdekat menjadi musuh
bebuyutannya. Rakyat India merasa tidak puas dengan kebijakan
agama dari maharaja Aurangzeb. Guru Tegh Bahadur berada di
antara lawan maharaja yang melakukan diskriminasi agama dan
kurang toleran. Cunningham menulis bahwa Tegh Bahadur telah
mengorganisir rombongan perampok, dan menindas, serta memaksa
penduduk pedesaan.13 Ram Rai menarik perhatian Qadi yang marah
13 J.D. Cunningham, History of the Sikhs, London, 1849.
AGAMA SIKH 73
terhadap Guru. Qadi mengambil keuntungan di saat ketidakhadiran
maharaja di Delhi dengan memberlakukan hukum mati kepada
Guru dengan alasan memberontak
Putera Guru Tegh Bahadur, Gobind Sind menjadi Guru
berikutnya. Selama dua puluh tahun tinggal dalam pengasingan,
dan mengobarkan perasaan balas dendam terhadap mereka yang
dianggap bertanggungjawab atas kematian ayahnya. Dia mulai
membangun dirinya sebagai kampiun Hindu melawan penguasa
Moghul, dan menulis beberapa kisah tentang dewa-dewi agama
Hindu. Pengajian diisi epos Hindu Mahabrata dan Ramayana
bersama-sama dengan Granth mulai dijalankan di kuil-kuil Sikh.14
Dalam otobiografinya, Bichitra Natak, dia menulis: “Tuhan
memerintahkan saya untuk pergi ke dunia. Fikiranku pada saat itu
terpusat pada bunga anggrek di kaki Tuhan. Saya tidak ingin pergi,
tetapi Tuhan mengirimku ke dunia dengan suatu mandat, firman
Nya: ‘Aku pelihara engkau sebagai Putera Ku, dan mengirimkan
engkau untuk menegakkan kemuliaan dan menyelamatkan rakyat.”
Guru Gobind Singh melakukan suatu upacara yang disebut
Khanda di-Pahul (Baptis Pedang), di mana dia memandikan lima
murid yang terpilih disebut Piyaras. Dia mengirimkan satu cawan
besi dan menaruhkan beberapa gula dan air di dalamnya. Kemudian
dia mengaduknya dengan belati bersisi dua, dan menyebut
adukannya sebagai Amrita, dan kelima Piyara meminumnya
kemudian memakan sejenis bubur yang disebut Karah Parshad.
Guru Gobind Singh menyatakan kepada mereka,bahwa mereka
telah menjadi anggota suatu Ordo baru, dan harus menganggap dia
sebagai ayahnya dan yang termuda dari istri-istrinya, Sahib Devan,
sebagai ibunya. Mereka diminta untuk memakai nama ‘Singh’
(singa)15 dan memakai senjata pribadi serta memakai baju perang
14 Bhagat Lakshman Singh, The Life and Work of Guru Gobind Singh, p. 23 (The Tribune
Press, Lahore, 1909)
15 Kaum wanita Sikh disebut untuk mengadopsi nama samaran Kaur (Ratu)
74 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
supaya cocok dengan kehidupan seorang prajurit. Mereka memakai
lima perhiasan yang diberi nama semuanya dengan diawali huruf
‘K’. Ini adalah Kesh (rambut dan jenggot yang tidak dipotong),
Kangha (sisir), Kirpan (pedang), Kach (celana sependek lutut), dan
Kara (kalung baja). Guru Gobind Singh mengatakan kepada
mereka, bahwa di mana dan kapan pun mereka berkumpul di masa
depan, maka rohnya akan beserta mereka. “Jika kita membaca
sejarah Sikh dengan benar-benar”, tulis Teja Singh, “masyarakat
Sikh akan tampak sebagai unit yang terorganisir di bawah
pengarahan disiplin di tangan sepuluh Guru, sampai akhirnya
karakter mereka berkembang sepenuhnya dan Guru
menggabungkan kepribadiannya ke dalam badan bangsa tersebut,
jadi dia ada dibelakangnya.”16
Mengikuti kelima Piyaras, maka banyak murid Guru Gobind
Singh dibaptis dengan cara yang sama . Ordo baru itu disebut
“Khalsa Panth” (Jalan Suci), dan orang yang dibaptis disebut
“Khalsas” (orang-orang yang suci). Tujuan Guru Gobind Singkh
dengan mengintroduksi cara pembaptisan ini jelas untuk memberi
identitas tersendiri dari orang Sikh, dan membuat mereka menjadi
suatu bangsa dan serdadu. Dia mengubah sepenuhnya karakter dan
komunitas orang Sikh. Namun, beberapa orang Sikh menolak cara
pembaptisan ini, dan mereka dikenal sebagai “Sahajdharis” atau
orang yang hidup santai. Mereka membentuk sekte terpisah.
Secara bertahap Khalsa Sikhs menjadi suatu kekuatan militer
yang berpengaruh. Orang-orang yang bergabung dengan mereka,
khususnya kaum Jats, dihembus-hembus dengan semangat
kebencian yang mendalam kepada kaum Muslimin. Bhagat
Lakshman Singh, seorang pemuja Guru Gobind Singh, menulis:
“Bagi mereka yang menjadi kaum Sikh harus dengan terangterangan
kebencian kepada penganut agama Brahma dan kaum
Muslimin. Manusia-manusia yang bersenjata lengkap harus siap
16 Teja Singh, The Sikh Religion, p. 24 (Jabalpur, 1948)
AGAMA SIKH 75
membabat kaum Muslim, dan mereka yang sanggup menderita
kesukaran hebat adalah sangat diperlukan. Bilamana orang-orang
ini berhasil merobohkan kekuatan orang-orang Muslimin, maka
mereka diminta untuk tunduk kepada lambang-lambang yang
nampak dari agama Sikh.”17
Guru mula-mula menyerang Raja Hindu yang setengah merdeka
dari bukit Shivalik (sekarang Himachal Pradesh), yang sedang
bermusuhan dengan kerajaan Moghul. Belakangan berdasarkan
saran dari raja bukit itu, dia bekerjasama dengan mereka untuk
menentang pungutan cukai dari Moghul. Namun raja Hindu itu
mengkhianatinya. Di satu pihak mereka berperang melawan
panglima Moghul dibawah kepemimpinan Guru, tetapi sebaliknya
mereka membuat perjanjian dengan perwira-perwira dibalik
punggung Guru. Guru Gobind Singh dan sekutu-sekutunya
dikalahkan dengan hebat, namun Maharaja Aurangzeb
menunjukkan kelapangan hatinya, dan memberikan pengampunan
tak bersyarat kepada Guru dan kaum Sikh. Ini memberikan Guru
Gobind Singh waktu untuk menjalankan rencana mengorganisir
kembali kaum Sikh, dan menghembuskan perasaan kebangsaan
serta kekuatan militer mereka. Ketika Maharaja sedang pergi
bertugas untuk jangka waktu lama ke Decca, Raja bukit menyerang
kaum Sikh di Anandpur dan sekaligus meminta bantuan sebagai
mandataris kepada tentara kemaharajaan. Dalam pertempuran inilah
Guru menderita kekalahan yang dasyat dan kehilangan segalanya.
Kedua putranya tewas dalam pertempuran, sementara yang termuda
dari keduanya ditangkap kemudian dieksekusi secara brutal atas
perintah Gubernur Sirhind. Dia sendiri berusaha lari, dan minta
suaka di antara kaum Malwa Jats. Dari sana dia menulis surat
kepada Maharaja Aurangzeb dan menggambarkan kerugian yang
diderita beserta pengikutnya ditangan tentara kemaharajaan karena
17 Bhagat Lakshman Singh, The Life and Work of Gobind Singh, p. 163 (Tribune Press
Lahor, 1909)
76 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
fitnah “orang-orang bukit penyembah berhala”, dan menghimbau
sang Maharaja sebagai “orang yang bertaqwa” agar campur tangan
membela dirinya. (Zafar Nama, termasuk dalam Dasam Granth,
adalah versi Gumukhi yang sudah dirubah dan surat aslinya dalam
bahasa Persia) Aurangzeb segera mengirimkan perintah kepada
Gubernur Punjab agar berhenti mengganggu Guru dan mengundang
dia untuk berbicara secara pribadi. Segera Guru melakukan
perjalanan untuk mengunjungi Maharaja, tetapi sebelum sempat
bertemu, Maharaja Aungrangzeb wafat. Guru diterima dengan
penuh kebaikan hati oleh Maharaja yang baru, Bahadur Shah.
Tetapi ini tidak mencegah Guru Gobind Singh untuk mengambil
keuntungan dari kelemahan Moghul, dan memerintahkan salah satu
muridnya yang paling fanatik , Banda, untuk mengangkat senjata
dan membantai kaum Muslimin di Punjab, sebagai balas dendam
atas kekalahan kaum Sikh di Anandpur. Keberangan dan
kebiadaban yang dilakukan Banda tiada taranya dalam sejarah.
Namun akhir riwayat Guru Gobind Singh juga semakin mendekat.
Dia dibunuh oleh seorang Pathan, yang ayahnya terbunuh
sebelumnya, karena pertengkaran perniagaan, hanya karena soal
yang remeh saja.18
Seluruh putera Guru Gobind Singh telah tewas dalam
peperangan, dan dia mengumumkan bahwa tidak akan ada
pewarisnya, tetapi Khalsa dan Granth diantara mereka yang akan
meneruskan tugas-tugasnya.
Setelah kematian Guru Gobind Singh, kaum Sikh menarik diri
ke pedalaman Punjab di mana mereka hidup dalam badan-badan
terpisah yang dipimpin oleh kepala suku setempat. Tetapi pada
permulaan abad kesembilanbelas, setelah merosotnya kekuasaan
Moghul, Maharaja Ranjit Singh, sekali lagi mempersatu-kan kaum
Sikh dalam suatu bangsa yang besar, dan menegakkan
kewenangannya sendiri di daerah Punjab. Dia memutuskan untuk
18 Annie Besant, Sikhism, p.76 (Theosophical Publishing House, Adyar Madras)
AGAMA SIKH 77
memperluas kerajaannya ke selatan di Sutlej, di mana sekelompok
negeri Sikh telah timbul. Kerajaan ini meminta bantuan Inggris, dan
Lord Minto, Gubernur Jenderal Inggris, mengirim Lord Metcalfe ke
istana Maharaja Ranjit Singh, dan membujuk agar membatalkan
rencananya. Ranjit Singh setuju dan menanda tangani perjanjian
persahabatan dengan Inggris. Selama Ranjit Singh memerintah
kaum Sikh, mereka merupakan bangsa yang kuat dan berkuasa.
Setelah kematiannya pada tahun 1839, bangsa Sikh bentrok dengan
Inggris, dan ada dua kali pertempuran yang menentukan. Akhirnya
kaum Sikh ditaklukkan dan daerahnya menjadi bagian dari
Kerajaan British India.
KITAB – KITAB SUCI KAUM SIKH
Kitab-kitab Suci kaum Sikh meliputi (1) Adi Granth, dan (2)
Dasam Granth. Adi Granth atau Guru Granth Sahib, disusun oleh
Guru kelima, Arjun di Amritsar. Ada tiga versi dari Granth ini,
yakni Kartar Vali Bir, Bhai Banno Vali Bir, dan Dam Dama Vali
Bir. Yang disebut terakhir ini, adalah versi yang sudah direvisi oleh
Guru Gobind Singh dengan menyelipkan karangan-karangan
ayahnya, Guru Tegh Bahadur, di antara nyanyian puji-pujian dari
lima Guru pertama yang termasuk dalam versi aslinya. Ada tiga
kategori dalam penulisan Adi Granth. Pertama, puji-pujian dari
Guru-Guru Sikh. Dari sini jumlah terbesar 2218, adalah Arjun,
diikuti oleh Guru Nanak 974 (termasuk Japji nya yang terkenal),
Amar Das 907, Ram Das 679, Tegh Bahadur 115, dan Angad 62.
Kedua, nyanyian puji-pujian oleh ahli mistik Hindu dan Muslim.
Sejumlah besar dari kelompok ini adalah karya ahli sufi Muslim,
Kabir dan Farid. Ketiga, pernyataan puji-pujian yang tinggi kepada
Guru-Guru Sikh oleh penyair-penyair resmi. Hymne Adi Garanth
tidak diatur berdasarkan pengarang atau judul, namun dibagi 31
ragas atau cara-cara musik yang dimaksudkan untuk dinyanyikan.
78 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Dasam Granth atau Dasvin Padshah ka Granth, adalah
kumpulan tulisan-tulisan Guru Gobind Singh. Kompilasi itu dengan
mudah dibagi menjadi empat bagian: mitologi, filosofi, otobiografi,
dan narasi. Sebagian besar adalah mitologi yang berisi ucapan
kembali Guru Gobind Singh tentang dewa-dewi Hindu. Bagian
filosofi termasuk karya terkenal dari Jap Sahib (berbeda dengan
Japji Guru Nanak). Alkal Ustat, Gyan Pobodh, dan Sabad Hazare.
Bagian otobiografi termasuk Bichitra Natak dan Zafar Nama.
Bagian narasi mencakup cerita-cerita yang diucapkan oleh Guru
Gobind Singh tentang bujuk rayu kaum wanita dan penuh dengan
halaman-halaman cabul.
Sebagai tambahan pada Granth, disana ada juga Janam Sakhis
atau biografi tradisional dari Guru Nanak. Kitab ini banyak berisi
perkara dongeng dan penuh kisah-kisah mukjizat serta keajaiban.
Dari kesemuanya ini yang paling dikenal adalah (i) Janam Sakhi
dari Bhai Bala, (ii) Vilayat Vali Janam Sakhi, dikatakan telah
ditulis pada tahun 1588 oleh Sewa Das, dan (iii) Hafizabad Vali
Janam Sakhi.

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.