Rabu, 06 April 2011

Bab IX . AGAMA ISLAM

AGAMA KRISTEN 209
BAB IX
AGAMA ISLAM
Agama-agama besar yang telah kami gambarkan pada bab-bab
terdahulu diberi nama menurut para pendirinya yang terkemuka,
atau menurut bangsa dan negeri di mana agama tersebut dilahirkan.
Demikianlah, maka agama Zoroastria (Majusi) diberi nama
menurut pendirinya, yakni Zarathusra; Kong Hu Chu berdasarkan
pendirinya, yakni Kong Hu Chu; agama Buddha menurut
pendirinya Buddha Gautama, dan agama Kristen mengikut nama
Yesus Kristus. Agama Hindu adalah agama dari negeri Hindu
(India), tanah yang terletak di aliran sungai Indus dan kawasan
sekitarnya, dan agama Yahudi disebut demikian berdasarkan nama
suku Yudah atau negeri Yudea. Sebaliknya tidak ada agama yang
bernama Muhammad, karena itu adalah agama yang abadi.
Muhammad s.a. w bukanlah yang pertama atau satu-satunya utusan
Islam. Kebenaran-kebenaran Tuhan bukanlah suatu penemuan
mendadak, atau milik khusus suatu bangsa atau pun zaman, tetapi
bersifat universal. Islam adalah agama semua nabi-nabi yang
dibangkitkan Tuhan dari masa ke masa dalam berbagai bagian
dunia yang berbeda, untuk memimpin ummat manusia ke jalan
yang benar. Muhammad s.a.w. adalah Rasul Islam yang terakhir.
Kata Islam berarti (i) damai, dan (ii) penyerahan diri kepada
kehendak Ilahi. Ini adalah nama yang sangat penting, karena hal ini
menunjukkan tujuan dari agama yang benar, dan begitu pula cara
mencapai tujuan itu. Tujuan agama yang benar, katanya, adalah
perdamaian . . . perdamaian yang tak terelakkan dari ruh ini adalah
keselarasan dengan Ilahi, dan kemauan baik di antara sesama
manusia, serta cara untuk mencapai kedamaian ummat manusia
198 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
adalah dengan menyerahkan diri mereka baik secara pribadi
maupun bersama kepada kehendak Nya sebab Dia adalah Rumah
perdamaian dan Sumber segala kemuliaan.
Jadi agama Islam mencakup agama yang sejati (yang diajarkan
oleh semua nabi, dan dibawakan secara sempurna oleh Nabi
Muhammad s.a.w) dengan tiga cara. Pertama, mengacu kepada
pengalaman rohani yang melandasi keimanan itu karena Islam
adalah kata Arab yang menggambarkan proses atau jalan untuk
mendekati Tuhan, yang caranya diajarkan dengan agama tersebut.
Kedua dia menggambarkan cara hidup, di mana seluruh
kebenarannya akan menjadi landasan keimanan dan tingkah laku
manusia. Ketiga, dalam pengertian damai, “kedamaian Tuhan yang
melintasi segenap pemahaman”, Islam menggambarkan rasa
kebahagian keimanan dan kesejahteraan yang merupakan buah dari
suatu hubungan yang selaras dengan Tuhan. Seseorang akan merasa
yakin, bahwa orang itu bekerja baik dengan daya tenaga yang
melatarbelakangi dunia dan kehidupan itu sendiri, dan bahwa
seseorang itu bergerak ke masa depan sebagaimana telah
diungkapkan pada masa kini. Ini melebihi integrasi diri; ini adalah
integrasi pribadi dengan seluruh aliran kehidupan di mana dia ikut
mengambil bagian. Hanya kata Islam yang dapat menggambarkan
keadaan ini, inilah perdamaian dengan Tuhan
LATAR BELAKANG
Semenjak manusia mulai menyadari keajaiban ciptaan, dan
mempelajari perbedaan antara kebaikan dan kejahatan, serta mulai
bertanya tentang akhir arti kehidupannya dan hubungannya dengan
segala sesuatu – yakni sejak manusia menjadi manusia – Tuhan
mulai mengutus rasul-rasul Nya untuk memberi tahu ummat
manusia mengenai Penciptanya, mengenalkan mereka dengan
tujuan penciptaannya, mengangkat mereka dari dosa dan kesalahan,
membangkitkan mereka kepada kebajikan yang tertinggi, memberi
AGAMA ISLAM 199
wahyu kepada mereka cara hidup benar, dan memberikan ilham
untuk menemukan kedamaian, serta tujuan dan arti kehidupan
dalam hubungan dengan Tuhan. Di saat manusia menyebar ke
bagian-bagian dunia yang berbeda dan menjadi terpisah akibat
batas-batas yang dibuat oleh manusia dan berkembang menjadi
masyarakat yang beraneka ragam, maka Tuhan membangkitkan
nabi-nabi Nya pada tiap bangsa di segenap penjuru dunia di
manapun ummat manusia itu hidup. Segenap nabi-nabi ini, karena
mereka mendapat wahyu dari Tuhan yang sama, maka mereka
mengajarkan agama yang sama (bernama Islam dalam Al Qur’an).
Intisarinya selalu tetap sama, hanya bentuk luar dan rincian hukumhukumnya
saja yang berubah untuk memenuhi kebutuhan yang
berobah dari bermacam bangsa dan zaman yang berbeda.
Meskipun demikian, pada saat itu tak ada sarana yang cukup untuk
memelihara risalah dan ajaran dari berbagai Nabi itu sehingga tidak
berpengaruh, dan lagi-lagi selalu terjadi agama Tuhan itu dilupakan
atau tercampur dengan takhayul buatan manusia. Setiap waktu hal
ini terjadi, Tuhan membangkitkan Nabi yang lain untuk
menghidupkan kembali agama yang benar melalui wahyu yang
segar lagi.
Pada abad keenam Masehi, agama yang sejati telah mencapai
titik yang lemah dan tidak murni lagi, atau menjadi dilupakan
dunia. Kemanusiaan menghadapi krisisnya yang paling buruk.
Kebudayaan yang bersangkut paut dengan Mesir, Babylonia, dan
Yunani telah menjadi bagian dari sejarah. Mereka menunggu
penelitian dari ahli purbakala yang akan menyelamatkannya dari
dilupakan orang. Kekaisaran Romawi terpecah belah, dan merosot
menjadi barbarisme di Barat, sedangkan di Timur menjadi
pertengkaran teologis yang kekanak-kanakan. Dua kerajaan besar,
Iran dan Byzantium telah terlibat dalam pertarungan yang
mengakibatkan kematian keduanya. Aliran pemikiran dari Persia,
India, dan China telah tenggelam dalam tidur nyenyak, dan tak
200 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
membuat apapun yang ada nilainya selama berabad-abad. Air
kehidupan telah menjadi mampat dan korup di Timur, begitupun di
Barat. Dalam kata-kata Al Qur’an, “Baik daratan maupun lautan
telah rusak akibat perbuatan tangan–tangan manusia” (QS 30:41)
Di negeri China Kuno, agama Lao Tzu dan Kong Hu Chu telah
kehilangan kemanusiaan dan kekuatan moralnya, serta menjadi
senama dengan penyembahan alam dan kebaktian terhadap nenek
moyang, yang pertama menjadi penuh mistik dan magis,
sedangkan yang belakangan menjadi duniawi dan kolot. Mereka
telah merosot menjadi seonggok seremonial dan ritual yang
menghancurkan diri sendiri.
Anak benua Asia Selatan yang luas, setelah runtuhnya Kerajaan
Gupta, telah memasuki abad kegelapan yang pekat, di mana pernah
bangkit di bawah Raja Harsha tetapi kemudian tenggelam lagi
dalam kesuraman yang dalam dan kekacauan yang lebih buruk lagi
setelah meninggalnya pada tahun 647. Agama Buddha yang mulia
dan welas asih sudah sejak lama menjadi rusak akibat hubungannya
dengan Brahmanisme dan Paganisme Asia Tengah; agama tersebut
pecah menjadi dua sekte utama, satu menolak Tuhan dan roh,
sedangkan yang lain telah menjadikan Buddha itu sendiri sebagai
Tuhan. Agama tersebut telah merosot menjadi ritus-ritus yang
mati, penyembahan berhala, penyembahan candi, dan kemalasan
para rahib.
Agama Hindu yang telah dihidupkan kembali setelah jatuhnya
agama Buddha di India, belakangan telah terserap dalam
kesenangan yang mesum dan primitif serta praktik penduduk asli
yang terbelakang dalam agama Brahma, di mana yang menjadi ciri
utama adalah meluasnya politeisme, seremonial, dan pengorbanan,
sistem kasta, dan kerahiban yang sulit dimengerti. Dalam jaringan
ini monoteisme spritual sebagaimana terdapat dalam Kitab
Upanishad dan ajaran moral yang menganggumkan dari Krishna
semuanya telah lenyap. Yang lebih buruk lagi, sekte Sakti, yang
AGAMA ISLAM 201
dengan cepat memperoleh popularitas di kalangan ummat Hindu,
khususnya di India Selatan telah memberi baju agama kepada
banyak praktik tak bermoral, dan adegan-adegan yang paling
mesum dipahatkan di dinding-dinding Candi, serta disajikan dalam
balai-balai suci mereka.
Di Iran dualisme etik kaum Majusi telah dirasuki dualisme
metafisik Ahura Mazda (Ormudz ) dan Ahriman, serta sejumlah
besar tuhan-tuhan alami yang telah dibasmi oleh Nabi Zarathustra
telah dihidupkan lagi serta disembah sebagai manifestasi yang lebih
unggul dari Ahura Mazda. Selama periode Sassanian agama
Zoroaster telah meluangkan kebangkitan hirarki kependetaan yang
sangat berkuasa, dan menciptakan eskatologi yang semrawut serta
banyak ritus-ritus mati.
Kaum Yahudi masih tetap mempertahankan kepercayaannya
kepada Tuhan Yang Esa, tetapi memandang dirinya dari kacamata
khusus mereka sendiri, dan tidak peduli kepada ras-ras lainnya serta
menganggap diri mereka sebagai ummat pilihanTuhan. Semangat
telah hilang dari agama para Nabi Bani Israil, dan agama mereka
menjadi terlalu formal serta resmi di tangan para rabbi. Isa
Almasih telah datang untuk menghidupkan semangat keagamaan
yang benar di kalangan ummat Yahudi, tetapi sepeninggal beliau
agama beliau terputus hubungan dengan induknya, maka agama
Kristen telah mengambil banyak ide dan praktik purbakala dan
berkembanglah dogma Trinitas, ketuhanan Yesus, Dosa Waris,
serta kepercayaan atas jalan keselamatan melalui kematian serta
tumbal dari Sang Tuhan Juruselamat, di mana tak satu pun ditemui
dalam ajaran pendirinya. Dengan naiknya agama Kristen sebagai
agama resmi Kekaisaran Romawi, para pendeta Kristen tidak saja
menaikkan derajat mereka pada status ilahiah, melainkan juga
menjadi korup dan cinta dunia, memburu-buru orang kafir, serta
intrik-intrik adalah kegemaran masa lampau mereka. Mengikuti
kata-kata Dunchan Greenless:
202 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
“Meskipun paganisme secara resmi telah mati dan sangat
ditekan, namun kenyataannya sebagaian besar dari mereka yang
menamakan diri Kristen telah tenggelam dalam penyembahan
berhala, relik, pemujaan terhadap Perawan Maria dan Santo serta
para martir yang tak terhitung banyaknya (banyak di antaranya
dibuat-buat sebagai tuhan-tuhan, dan banyak lagi dari khayalan
pribadi), serta perpecahan di dunia yang tak ada habisnya untuk
dogma-dogma yang tidak masuk akal dan tak ada gunanya. Inilah
yang telah memecah Dunia Kristen dalam sekte-sekte tak terhitung,
dan “pengkafiran” serta semuanya sibuk memecahkan kepala satu
sama lain demi membesarkan keagungan Tuhan dan mengisi
Neraka untuk menghilangkan jiwa satu sama lain. Pembunuhan
kelompok telah menjadi mode biasa untuk memperoleh pengikut
sejak abad keempat sampai abad keempat belas masehi. Pada saat
yang sama Gereja dan Negara bersama-sama tanpa ampun
menindas rakyat dan membenamkannya ke jurang kemiskinan dan
kebodohan yang lebih dalam . Kesenian sangat jarang adanya,
filsafat di cap sebagai pagan, bibit – bibit ilmu pengetahuan secara
kejam dihambat dengan takhayul yang berat, serta dogma-dogma
yang tak masuk akal diciptakan berdasarkan pembacaan yang tanpa
difikir dan menganggap kiasan sebagai benar-benar menjadi sejarah
dan kepustakaan, melacurkan diri menjadi polemik yang tiada
habis-habisnya. Di mana-mana moral mencapai titik terendah, lakilaki
dan perempuan ditarik masuk ke biara. Meskipun yang
beribadah melimpah ruah namun mereka jauh dari rasa aman,
karena hal itulah mendorong rakyat membandingkan cinta dunia
para penguasa wali-wali Gereja yang setiap kehidupannya diikuti
dengan konsepsi kekerasan dan ketidakamanan.”1
1 Duncan Greenless, The Gospel of Islam, Introduction., pp. xiiii-xiv (Theosophical
Publishing House, Adyar, Madras, 1948)
AGAMA ISLAM 203
Apa yang menjadikan situasi benar-benar tanpa harapan, dan
perbaikan agama ini menjadi ke bentuk aslinya adalah suatu tugas
yang mustahil, karena dalam kenyataannya kitab-kitab suci mereka
sudah rusak melalui masa bertahun-tahun. Tak ada wewenang yang
pasti di mana seseorang dapat mempertanyakan dogma-dogma
palsu. Kitab yang diwahyukan telah dirobah, adalah tidak mungkin
mengatakan keaslian agama dari penambahan dan interpolasi ini.
Ada kegelapan di mana mana, tetapi yang paling gelap di bumi
ini ialah tanah Arab. Inilah tanah yang penuh bandit, perampok,
pembunuhan tanpa ampun, dan peperangan antara suku yang tiada
akhirnya, mabok-mabokan, penyembahan berhala yang merata serta
takhayul yang paling gelap, adat istiadat masyarakat yang kejam,
seperti pembunuhan anak balita, hubungan kelamin di antara
keluarga dekat dan lari dari si isteri, hampir seluruhnya tuna aksara
dan kebodohan yang lengkap atas seni dan ilmu pengetahuan.
Di mana-mana yang dikenal dunia waktu itu, adalah agama dan
kehidupan politik rakyat yang penuh kekerasan, mereka siap
menunggu adanya kejutan baru yang dapat memperbaiki harapan
untuk masa depan yang lebih baik dan masyarakat yang tumbuh
dengan perasaan moral yang manusiawi. Ini adalah saat dalam
rencana Ilahi untuk mengutus Nabi Dunia yang akan menghidupkan
agama yang benar dari para nabi terdahulu, dan membawa seluruh
ras ummat manusia ke dalam keyakinan universal serta satu
persaudaraan. Nabi dari zaman baru ini adalah Muhammad s.a.w.
NABI MUHAMMAD S.A.W
Muhammad s.a.w. adalah satu-satunya Nabi Dunia yang
kelahirannya disinari cahaya sejarah yang sejelas-jelasnya. Beliau
dilahirkan di Mekkah pada tahun 571 Masehi. Beberapa minggu
sebelum kelahirannya, ayahnya Abdullah telah wafat, dan ketika
beliau berusia enam tahun, ibunya menyusul meninggalkan dunia
ini.
204 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Di rumah kakeknyalah beliau dibesarkan menjadi seorang anak
laki-laki yang penuh perasaan, cerdas, penyayang, lemah lembut,
dan dicintai oleh semua orang. Setelah wafat kakeknya, Abdul
Muttalib, maka pamannya Abu Thalib, orang yang paling mulia dan
paling dihormati di kalangan sukunya, memelihara beliau di
rumahnya. Anugerah bakat dengan fikiran dan jiwa yang unik,
maka beliau tumbuh menjadi remaja yang bijaksana. Apa yang
membuatnya unik di kalangan remaja sezamannya, adalah
wataknya yang suci tiada cela, kecintaannya kepada kebenaran, dan
kasih sayangnya kepada mereka yang miskin dan teraniaya. Rasa
harga dirinya, kewajiban dan kejujurannya sangat berkesan di
kalangan lingkungannya, sehingga atas persetujuan masyarakatnya
terkenal dengan julukan “Al-Amien” atau orang jujur dan sangat
dapat dipercaya.
Muhammad s.a.w. memiliki rasa kasih sayang yang tak terbatas
kepada ummat manusia. Bahkan di saat masih kanak-kanak, beliau
mengerjakan segala pekerjaan untuk membantu orang lain. Sebagai
seorang anak laki-laki beliau bergabung dalam liga yang disebut
Hilf al-Fudzul untuk membantu janda – janda dan anak-anak yatim
piatu, serta melindungi korban-korban yang tak berdaya akibat
ketidakadilan atau pun penganiayaan. Memberikan kebahagian
kepada manusia lain tanpa membedakan pangkat, derajat, atau pun
kedudukkannya, adalah fikiran yang selalu diutamakan beliau.
Pada usaia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah seorang
janda berdarah biru dan berwatak mulia, limabelas tahun lebih tua
dari usia beliau. Atas perkawinannya dengan Khadijah, tidak saja
beliau memperoleh seorang isteri yang tercinta dan mencintainya,
melainkan juga seorang sahabat yang berbakti yang dapat
memahami dirinya, dan memberikan ketentraman di saat beliau
sangat membutuhkannya, yang memberikan rasa aman di saat
beliau diburu oleh musuh-musuhnya, yang selalu tegak di
sampingnya di saat-saat yang paling gelap dari kenabiannya.
AGAMA ISLAM 205
Karena kegemarannya akan kesunyian, maka Muhammad s.a.w.
melewatkan banyak waktunya di gurun pasir untuk berhubungan
dengan Penciptanya, dan berkhalwat demi tujuan serta cita-cita
kebahagiaan ummat manusia. Masyarakat di sekitarnya pada saat
itu tenggelam sedalam-dalamnya dalam jurang kejahatan dan
takhayul. Beliau mendambakan agar mereka bertobat, dan mau
kembali di jalan yang benar. Adalah niatnya agar Tuhan
mengulurkan tangan kepada manusia, dan manusia kepada Tuhan.
Di saat beliau berusia empatpuluh tahun, Suara Ilahi bercakap
kepada jiwanya dengan kata-kata yang tak mungkin salah, dan
beliau pun dipilih Nya sebagai Utusan Nya bagi seluruh ummat
manusia. Beliau mengajarkan kepada kita tentang Tuhan Yang Esa
dan Satu-Satunya Pencipta Yang Maha Penyayang, dan Pemelihara
semesta alam. Keinginannya yang terbesar ialah agar ummat
manusia memasuki hubungan yang benar dengan Tuhan, dan
melalui Dia menegakkan hubungan yang benar dengan sesama
manusia lainnya. Beliau mendambakan agar manusia selalu ingat
akan kebajikan yang teguh dan abadi. Beliau dengan tekun
menyerukan mereka untuk meninggalkan segala jenis kejahatan dan
ketidakadilan serta hidup perdamaian dan kasih sayang satu sama
lain. Beliau menyatakan kepada mereka bahwa agama dalam
pengertian yang sejati adalah dirombaknya keinginan untuk
merugikan orang lain menjadi pelayanan tanpa pamrih pribadi
kepada sesama manusia. Beliau menggempur sampai ke dasarnya
pengertian palsu tentang rasa unggul berdasarkan warna kulit, ras,
kasta maupun kebangsaan dan mengumumkan bahwa seluruh
ummat manusia adalah sama dan bersaudara.
Yang mula-mula percaya kepada beliau dan risalahnya ialah
yang paling mengenalnya, yakni isterinya yang tercinta Khadijah,
sahabatnya Abu Bakar, saudara sepupunya Ali, dan pembantunya
Zaid. “Hal yang dengan kuatnya mendukung ketulusan
Muhammad”, tulis John Davenport, “adalah bahwa para pemeluk
206 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Islam yang paling awal adalah teman-teman dekatnya, dan orangorang
yang ada di rumah tangganya yang berhubungan dekat
dengan kehidupan pribadinya, dengan kata lain tak akan dapat
mengelak seandainya ada perbedaan sedikitpun atau kemunafikan
dengan kelakuannya sehari-hari di rumah. “2
Dengan perlahan risalahnya menyebar sehingga para Kepala
Suku Quraish di Mekkah merasa terancam. Mereka takut bahwa
keberhasilan Islam yang percaya kepada persamaan di antara
ummat manusia, dan bertujuan menegakkan suatu persaudaran yang
merangkul seluruh rakyat dari semua ras dan tingkatan dengan
kesetiaan terhadapnya akan menggantikan kesetiaan Arab
tradisional kepada sukunya, dan ini akan mengakibatkan perobahan
dalam segala perkara di mana mereka sekarang mendapat tempat
yang terhormat dan makmur. Tekanan kepada Keesaan Ilahi, dan
pertentangan kepada mereka penyembahan berhala tak dapat
terhindari, karena merupakan serangan kepada keyakinan dan adat
istiadat mereka selama ini, selain itu mereka adalah penjaga serta
kepala pendeta dari seluruh berhala di sekeliling Ka’bah. Oleh
sebab itu dengan menyebarnya Gerakan itu, maka perlawanan pun
mulai meningkat temponya. Mengutip Ny. Annie Besant: “Tetapi
dengan berkumpulnya orang-orang lain di sekitar beliau, maka
perlawanan yang keras pun meletus dan siksaan yang sungguh
menakutkan hampir-hampir tak tertahankan oleh daging dan darah.
Mereka merobek-robek para pengikut beliau hingga berkepingkeping,
menusuk seluruh tubuh, dan meletakkannya di atas pasir
yang panas dengan muka menghadap terik matahari tanah Arab
dengan batu berat di dadanya; mereka membujuk agar menolak
Tuhan dan Nabi Nya, dan para penganut itu meninggal dengan
bergumam “Tiada Tuhan kecuali Allah, dan Muhammad adalah
2 John Davenport, Mohammed and the Teaching of the Quran, p. 5 (Sh. Muhammad
Ashraf, Lahore, 1945)
AGAMA ISLAM 207
Pesuruh Nya. ‘Lihatlah, ada seorang lelaki mencincang tubuh
mereka sedikit demi sedikit dan ketika memotongnya tertawa dan
berkata: “Tidak inginkah engkau agar Muhammad menggantikan
tempatmu, sedangkan kamu sendiri tinggal di rumah?’’
Sebagaimana Tuhan menjadi saksiku’, jawab orang yang sedang
sekarat itu, ‘saya tak rela tinggal di rumah beserta anak istri dan
hartaku seandainya untuk Muhammad dicocok sepotong duri.’
Kecintaan yang demikian besarlah yang telah ditiupkan kepada
mereka sehingga rela mati untuknya.”3
Saat Nabi luluh melihat perlakuan yang brutal terhadap orangorang
tak berdosa laki-laki, perempuan, dan anak-anak ini, maka
beliau menasehati orang-orang yang lebih miskin serta tak berdaya
di kalangan pengikutnya untuk hijrah ke Abesenia, di mana mereka
akan selamat dari penganiayaan. Belakangan ketika Islam
mendapat pangkalan di Yatshrib (belakangan disebut Madinah),
Nabi meminta kepada para pengikutnya agar hijrah ke sana, dengan
sendiri-sendiri atau berkelompok kaum Muslim diam-diam
menyingkir dari Mekkah sehingga Nabi tinggal seorang diri
menghadapi kemarahan musuh yang marah itu. Pada saat yang
sama, isterinya tercinta Khadijah dan paman serta pelindungnya
Abu Talib wafat. Musuh-musuhnya memutuskan bahwa kalau
mereka tidak memukul dengan hantaman yang fatal sekarang, maka
semuanya akan menjadi terlambat dan mereka tidak mungkin bisa
membatasi lagi penyiaran Islam. Karena itu mereka menyusun
rencana untuk membunuhnya, dan warga dari semua suku akan
memukulnya sehingga kesalahan akan ditanggung bersama. Namun
Nabi s.a.w. mengatur kepergiannya pada malam itu juga, disaat
rumahnya dikepung oleh musuh yang menunggu untuk
membunuhnya. Beliau bersama Abu Bakar mencapai Madinah
3 Annie Besant, Islam, pp. 9-10 (Theosophical Publishing House, Madras)
208 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
sesudah beberapa hari perjalanan yang penuh bahaya. Penanggalan
kaum Muslim dimulai dari hari tersebut.
Rakyat Madinah sangat antusias menyambut kedatangan Nabi
s.a.w., dan bersumpah setia kepadanya. Mereka tidak saja
mempercayai beliau, melainkan juga menjadikannya Kepala
Negara mereka. Jadi satu fase baru dimulai dalam kehidupan
Muhammad s.a.w. Tetapi apakah kita dapati perobahan dalam
dirinya? “Pada keseluruhannya”, tulis Prof. R. Bosworth Smith,
“yang mengherankan saya bukannya betapa besar melainkan betapa
kecilnya di bawah lingkungan yang berbeda-beda, Muhammad
berbeda dengan dirinya sendiri. Sebagai penggembala di padang
pasir, sebagai pedagang di Syria, sebagai pertapa di gua Hira,
sebagai pembaharu di kalangan minoritas yang sendirian dalam
pengasingan di Madinah, sebagai penakluk yang terkemuka,
sebagai orang yang sederajat dengan Chosroes raja Persia dan
Heraclius raja Yunani, kita masih tetap menelusuri kesatuan sikap
yang sejati. Saya ragukan bila ada orang lain dengan keadaan luar
yang berobah demikian besar, dapat tidak berobah pribadinya
seperti ini, peristiwa-peristiwa selalu berobah tetapi intisari pribadi
beliau menurut saya senantiasa sama.”4
Dia tetap memakai bajunya yang bertambal, menyapu lantai,
dan memerah susu dengan tangannya sendiri. Makanannya adalah
dari jenis yang paling sederhana, dan sangat sering beliau tidur
dengan perut kosong. Di puncak kekuasaannya, beliau sering
bekerja sebagai buruh biasa bersama orang lain. Islam tidak
mempercayai hidup membuang diri atau kerahiban, dan bila beliau
memberikan teladan hidup sederhana maka ini adalah karena
sebagai Kepala Negara Islam, beliau tidak menghendaki dirinya di
tempat yang lebih tinggi dibanding ummatnya yang terendah, dan
4 R. Bosworth Smith, Mohammed and Mohammedanism, pp. 140-141 (Smith Elder and
Co., London, 1876)
AGAMA ISLAM 209
tidak mau menaruh sepotong korma pun di mulutnya hingga
seluruh ummatnya telah makan. Beliau yakin kepada berfikir
tinggi, bekerja keras, dan hidup sederhana, serta memperoleh
kebahagiaan dengan mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan
sesamanya. Selanjutnya, beliau dengan tulus percaya kepada
harkat bekerja, sangat menyukai anak-anak, dan sering berhenti di
jalan untuk bercanda dan tertawa bersama mereka.
Siang malam dibaktikan dirinya untuk menjadikan Kehendak
Ilahi unggul di dunia, dan bekerja untuk perbaikan mental, moral ,
dan material rakyat. Di Madinah di samping seruannya yang terus
menerus demi perobahan pribadi hati manusia dan perbaikan watak
mereka Nabi juga bekerja untuk menerapkan risalahnya di
masyarakat dan menegakkan tata pemerintahan sosial yang adil dan
manusiawi. Banyak perobahan revolusioner yang diadakannya,
termasuk meningkatkan derajat wanita hingga sama dengan lakilaki,
langkah-langkah untuk menghapus perbudakan, pelarangan
menyeluruh terhadap minuman yang memabukkan dan perjudian,
menyudahi penindasan manusia atas sesamanya, membebankan
pajak yang disebut zakat terhadap mereka yang berada guna
menolong serta memperbaiki nasib si miskin, menghapuskan
kerahiban dan memberikan kebebasan beragama yang sempurna
kepada semua orang dan masyarakat, memberikan kekuatan hukum
kepada peraturan-peraturan yang jelas diketahui masyarakat dan
ditegakkannya negara sejahtera serta bentuk administrasi yang
merupakan campuran idealisme, keadilan, dan rahmat. Perjanjian
dengan kaum Yahudi Madinah serta piagam dengan kaum Kristen
adalah monumen yang paling agung tentang kebebasan beragama,
dan memperjelas toleransi yang dikenal antar manusia. Beliau
mengumumkan prinsip wajib belajar. Menuntut ilmu diwajibkan
bagi setiap Muslim baik laki-laki maupun wanita. Beliau
menciptakan suatu persaudaraan universal di mana semua orang
diperlakukan sama, tak ada perbedaan apakah itu berdasarkan ras,
210 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
warna kulit, bahasa, kekayaan, agama, maupun jenis kelamin.
Gambaran yang membedakan mereka yang bergabung dalam
barisannya, yakni semangat untuk mengabdi kepada Tuhan Yang
Esa dan kepada kemanusiaan.
Kaum Quraish Mekkah yang gagal dalam rencana membunuh
Nabi tidak dapat diam lagi menunggu lahirnya Republik Islam di
Madinah. Mereka tidak membuang-buang waktu dan membentuk
pasukan besar untuk menyerang kaum Muslimin. Jelaslah bahwa
adalah tugas utama Nabi s.a.w. sebagai kepala pemerintahan untuk
mempertahankan negara dan menyelamatkan penduduknya yang
tak berdosa dan bersalah dari nafsu membunuh yang penuh
kemarahan dari penduduk Mekkah. Al – Qur’an telah mengizinkan
kaum Muslimin untuk berperang (i) untuk mempertahankan
negerinya dan kemerdekaannya terhadap agresi asing, (ii) untuk
menjaga kehidupan dan kehormatan orang-orang yang tak berdosa,
dan (iii) untuk menghentikan penganiayaan dan menegakkan
kebebasan beragama bagi semua orang.
“Dan berperanglah di jalan Allah melawan mereka yang
memerangi kamu, tetapi janganlah kamu melanggar batas.
Sesungguhnya Allah tak menyukai orang yang melanggar batas”
(2:190)
“Dan mengapa kamu tak berperang di jalan Allah padahal
orang-orang lemah di antara kaum pria dan wanita serta anak-anak
berkata, “Tuhan kami keluarkanlah kami dari kota ini yang
penduduknya lalim dan berilah kami dari Engkau seorang kawan
dan berilah kami dari Engkau seorang penolong” (4:75)
“Perang diizinkan kepada orang-orang yang diperangi karena
mereka dianiaya. Dan sesungguhnya Allah itu Kuasa untuk
menolong mereka.Yaitu orang-orang yang diusir dari rumah
mereka tanpa alasan yang benar, karena mereka berkata ‘Tuhan
kami ialah Allah’ Dan sekiranya tak ada tangkisan Allah terhadap
sebagian manusia oleh sebagian yang lain, niscaya akan
AGAMA ISLAM 211
ditumbangkan biara-biara dan gereja-gereja serta kanisah-kanisah
dan masjid-masjid yang didalamnya diingat nama Allah.” (22:39-
40)
Pada akhir ayat ini dikatakan bahwa kaum Muslim berperang
dalam mempertahankan rumah-rumah ibadat, tidak hanya
kepunyaan kaum Muslim saja, tetapi kaum Yahudi, Kristen, dan
komunitas lainnya. Berikut ini petikannya :”Dan perangilah mereka
sampai tak ada lagi penindasan, dan (sampai) semua agama adalah
kepunyaan Allah (8:39). Oleh sebab itu, menurut Al Qur’an:
“Tidak ada paksaan dalam beragama” (2:256)
Serangkaian pertempuran yang mengikuti serangan kaum
Mekkah yang brutal ke Madinah hanya berakhir dengan runtuhnya
kekerasan Mekkah. Pasukan Muslim dengan penuh kemenangan
memasuki Mekkah tanpa menumpahkan darah setetes pun.
Perlakuan Nabi s.a.w. kepada musuh yang ditaklukkannya tak ada
duanya dalam sejarah ummat manusia. Di hadapannya berdirilah
orang-orang yang telah menunjukkan kebenciannya yang sangat
kepada beliau dan para pengikutnya, yang tak pernah sesaatpun
waktunya terlewatkan untuk menghapuskan Islam dan yang
bersalah melakukan kejahatan yang brutal terhadap mereka yang
tak berdosa, baik laki-laki maupun perempuan, ataupun anak-anak.
Nabi s.a.w. tidak saja mengampuni mereka, melainkan juga
mengumumkan “Hari ini tak ada pembalasan terhadap kalian.
Mudah-mudahan Tuhan mengampuni kalian semuanya” Inilah
suatu contoh praktik dari semboyan “Cintailah musuhmu”. Pintu
gerbang kasih sayang dan rahmat dibuka lebar-lebar. Musuh-musuh
yang paling sengit pada pagi hari menjadi sahabat yang hangat pada
malam harinya. Benarlah apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an:
“Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan. Tangkislah
(keburukan) dengan apa yang paling baik, maka tiba-tiba apa yang
antara engkau dan dia terdapat permusuhan akan menjadi kawan
akrab” (41:34)
212 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Pada tahun terakhir dari hidupnya, Nabi s.a.w. sekali lagi pergi
ke Mekkah untuk menunaikan ibadah Haji ke Ka’bah. Di padang
Arafah beliau menyampaikan khutbah Selamat Tinggalnya. Segera
setelah beliau kembali ke Madinah, beliau jatuh sakit dan wafat.
Nabi Islam ini menjalani kehidupan yang dapat digambarkan
penuh dengan sifat-sifat ketuhanan. Beliau adalah suatu teladan
yang terbaik bagi ummat manusia dalam berbagai situasi dan jalan
kehidupan seperti yang dikatakan Qu’an Suci. “Sesungguhnya
kamu mendapati dalam diri Rasullah teladan yang baik bagi orang
yang mendambakan bertemu dengan Allah dan Hari Akhir, serta
ingat sebanyak-banyaknya kepada Allah”(33:21)
“Wahai Nabi ! Sesungguhnya Kami mengutus engkau sebagai
saksi, dan pengemban kabar baik, dan sebagai juru ingat. Dan
sebagai orang yang dapat mengajak kepada Allah dengan izin Nya,
dan sebagai matahari yang menerangi” (33:45-46)
Beliau hidup dengan cita-cita tertinggi dari Qu’an Suci, dan
memberi contoh dalam kehidupannya kemuliaan sebagaimana
diatur dalam Kitab Ilahi . Di saat isterinya, Aisyah, ditanyai
mengenai akhlak beliau, jawabnya adalah, “Akhlak beliau adalah
Qur’an”. Sebaliknya ketika dia diminta menerangkan perintahperintah
etika dalam Al Qur’an, beliau menggambarkan kehidupan
dan tingkat laku Nabi s.a.w.
Mengatakan bahwa beliau tidak mempunyai dosa, hanyalah
suatu jawaban negatif terhadap manusia dari Tuhan yang telah
dapat menaklukkan seluruh godaan dan hawa nafsu serta
kehidupannya hanyalah untuk Allah semata, dan dalam keselarasan
sepenuhnya dengan Kehendak Ilahi.
“Katakanlah, Sesungguhnya salatku , pengorbananku, hidupku,
dan matiku adalah untuk Allah Tuhan seru sekalian alam.” (6: 163)
Beliau, sebagaimana digambarkan oleh Al Qur’an, “suatu
rahmat bagi segenap bangsa”.(21:107). Kasih sayang meliputi baik
kawan maupun lawan.”Apakah engkau menyayangi Penciptamu?
AGAMA ISLAM 213
Cintailah terlebih dahulu sesama makhluk” adalah seruannya selalu
kepada para pengikutnya. Beliau sangat memikirkan keadaan yang
rusak dan sengsara dari ummat di sekitarnya. Hal yang paling
menyusahkan hatinya adalah ketika beliau sebagai Kepala Negara,
beliau harus memerintah penghukuman terhadap seseorang demi
keadilan atau demi keselamatan Republik muda itu. Tetapi kalau
demi diri sendiri beliau tak pernah memukul seorangpun. Di saat
kritis ketika seseorang memintanya untuk mengutuk musuhmusuhnya,
maka beliau menjawab “Saya tidak diutus untuk
mengutuk, melainkan sebagai rahmat bagi ummat manusia. Wahai
Tuhan, bimbinglah ummatku karena mereka tidak tahu.” Beliau
datang untuk meningkatkan dan memperbaiki kemanusiaan yang
sudah runtuh, dan beliau memenangkan hati atas elemen anti sosial
serta orang-orang terbuang dengan kasih sayang dan kebajikan.
Kedermawanannya, kesediaannya menolong rakyat dengan segala
cara yang benar dan unggul. Beliau sahabat terbesar dari si miskin
dan nestapa.
Beliau berusaha keras sepanjang hidupnya untuk membimbing
manusia kepada Tuhan Yang Esa dan Sejati, yang membuat mereka
penuh sifat-sifat ketuhanan, mengangkat mereka dari kesalahan
dosa dan takhayul, namun dalam mengajar mereka kepada
kebenaran beliau dengan tulus selalu mengikuti perintah Al Qur’an,
“Janganlah ada paksaan dalam agama” (2:256). Kehidupannya
menunjukkan bahwa perkara-perkara terbesar yang dapat diperbuat
oleh seseorang hanya dapat dilakukan dalam kepatuhan kepada
seruan gaib yang lebih tinggi dan diilhami keyakinan bahwa
kebenaran serta ketulusan abadi adalah kenyataan yang harus
mendahului segala sesuatu dalam kebaktian seseorang. Beliau telah
mencelupkan dirinya dengan sifat-sifat Ilahi, dan menyebabkan
para sahabatnya mengambil langkah yang terbesar dalam
mendekatkan diri kepada Ilahi. Meskipun demikian beliau tetap
rendah hati dan sederhana, selalu sadar akan ketiadaannya di
214 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
hadapan Tuhan, dan dari puncak kesempurnaan moral serta
spiritual yang telah dicapainya, beliau menyeru kepada kaumnya:
“Aku ini adalah manusia biasa seperti kalian” (41:6)
“Dalam zaman penuh supernaturalisme, “ tulis Dr. Huston
Smith, “ketika keajaiban diterima sebagai dongeng sehari-hari dari
kebanyakan Santo, maka Muhammad menolak dengan kuat
penyalahgunaan kebodohan dan kelemahan manusia. Kepada
penyembah berhala yang haus akan keajaiban, dan meminta agar
beliau memberikan tanda bukti serta peringatan, beliau menolaknya
dengan tegas: ‘Tuhan tidak mengutusku untuk mengerjakan
keajaiban-keajaiban. Dia telah mengutusku untuk mengajarkan
kepadamu. Terpujilah Tuhanku: Apakah aku lebih dari seorang
manusia biasa yang dikirim sebagai Utusan? Dari awal hingga akhir
beliau menolak setiap kecenderungan untuk mengagung-agungkan
pribadinya”5
Mayor A.G. Leonard menulis tentang beliau, “Jikalau pernah
ada seseorang di bumi ini , jikalau pernah seseorang
mempersembahkan hidupnya demi mengabdi kepada Tuhan dengan
itikad baik dan agung, maka sesungguhnya orang itu adalah Nabi
dari Tanah Arab.”6
Dengan menggambarkan Muhammad sebagai seorang yang
terbesar dalam sejarah, ahli syair dan ahli sejarah Perancis yang
besar, Alphonse Marie Louis menjuluki beliau sebagai, “Filsuf, ahli
pidato, utusan, pembuat undang-undang, ahli perang, penakluk ideide,
yang memperbaiki dogma-dogma menjadi rasional, yang
diagungkan tanpa patung-patung, pendiri dari duapuluh kerajaan
yang berdekatan, dan pendiri kerajaan rohani, inilah Muhammad.
Dengan mengingat segala ukuran di mana manusia dapat mencapai
5 Huston Smith, The Religion of Man, p. 25 (Mentor Books, New York, 1959)
6 A.G. Leonard, Islam: Her Moral and Spiritual Value, p. 10 (Luzac, London, 1959)
AGAMA ISLAM 215
kebesarannya seperti ini, kita dapat bertanya, adakah orang lain
yang lebih besar dari pada beliau?”7
Menulis tentang Nabi Muhammad, John William Draper
mengamati dalam buku klasiknya The Intelectual Development of
Europe: “Empat tahun setelah meninggalnya Justinian, maka
lahirlah seorang manusia untuk seluruh ummat manusia yang telah
mempunyai pengaruh terbesar bagi seluruh ras manusia.” Dan
Arthur N. Wollaston menulis dalam bukunya Half Hours with
Muhammad; “Nabi Islam ini telah mempunyai pengaruh yang lebih
potensial terhadap sejarah nasib ummat manusia dibanding yang
dapat dicapai oleh semua anak Adam yang telah meninggalkan
jejak kakinya di atas pasir perjalanan zaman.”
QUR’AN SUCI
Wahyu yang disampaikan kepada Nabi s.a.w. dari awal tugas
kenabiannya ketika beliau berusia empatpuluh tahun sampai
beberapa hari sebelum wafatnya duapuluhtiga tahun kemudian,
semuanya terkumpul dalam Al Qur’an yang menyatakan dirinya
sebagai sabda Ilahi: “Sesungguhnya ini adalah wahyu dari Tuhan
sarwa sekalian alam. Ruh yang dipercaya telah menurunkan itu
dalam hatimu agar engkau menjadi golongan orang yang memberi
ingat (26:192-194)
Nabi s.a.w. menyadari kenyataan bahwa dogma dan praktik
dusta telah lahir dari perbedaan pendapat di antara agama-agama
karena kitab wahyu sebelumnya tidak terpelihara dalam bentuk
aslinya. Dan demikianlah, maka beliau menjaga dengan sangat
hati-hati kemurnian Al Qur’an. Segera setelah beliau menerima
suatu wahyu, biasanya beliau berhubungan dengan para
pengikutnya dan tidak hanya menyuruh menuliskannya, melainkan
7 Lamartine, Historie de la Turqui, Vol. II, p. 227; dikutip oleh Dr. Zaki Ali dalam Islam
in the World (Sh Muhammad Ashraf, Lahore, 2nd Edition)
216 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
juga untuk menghafalkannya. Pada setiap kejadian semacam itu,
beliaulah yang menunjukkan secara tepat penempatan wahyuwahyu
tersebut. Jadi Al Qur’an yang lengkap telah dipelihara
dalam ingatan ratusan orang, dan telah dituliskan pada masa
kehidupan Nabi s.a.w.
Setelah Nabi s.a.w wafat, maka Abu Bakar r.a., khalifah
pertama telah menugaskan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan
dan menyusun daun-daun yang bertulisan itu dalam satu kitab.
Semasa hidup Nabi s.a.w., dan karena kemungkinan adanya wahyu
baru lagi yang turun kepada beliau, maka hal itu tidak dapat
dikerjakan. Tetapi segera setelah wafatnya Nabi s.a.w., Zaid bin
Tsabit menyiapkan copy tertulis lengkap yang pertama dengan
mengumpulkan dan mengatur manuskrip-manuskrip tersebut sesuai
seperti Nabi s.a.w. telah mendiktekan kepada muridnya dalam suatu
tatanan yang tepat disajikan oleh Nabi s.a.w. sendiri semasa
hidupnya.
Atas perintah Utsman r.a., khalifah kedua, tujuh tulisan Al
Qur’an yang telah dibuat itu dikirim ke perbagai pusat pengkajian
di dunia Islam, yang pada waktu itu sudah sangat luas. Satu dari
salinan ini masih ada di Tashkent. Pemerintah Tsar Rusia telah
menerbitkannya dengan reproduksi yang dikecilkan dan kita lihat
bahwa ada persamaan lengkap antara salinan ini dengan teks yang
senantiasa dipakai orang di seluruh dunia.
Dari zaman Nabi s.a.w. sampai saat ini praktik menghafal Al
Qur’an dalam ingatan telah berlangsung terus tanpa terputus, dan
jumlah Huffaz (mereka yang hafal seluruh Al Qur’an dalam
ingatan) di dunia sekarang ini sudah melebihi hitungan ratusan ribu.
Akibatnya tak ada seorang sarjana pun, baik di Timur maupun di
Barat, baik Muslim maupun non Muslim, yang mempunyai
keraguan sedikitpun akan kemurnian teks Qur’an Suci. Bahkan
seorang kritikus tajam semacam William Muir menulis tentang Al
AGAMA ISLAM 217
Qur’an : “Kemungkinan tak ada buku lain di dunia yang selama
duabelas abad mempunyai teks yang demikian murni”.8
Al Qur’an bukanlah kata-kata Muhammad s.a.w., ini adalah
Kitab Allah yang diwahyukan kepada Muhammad s.a.w. Sabdasabda
Nabi sendiri dibedakan dari apa yang diwahyukan kepada
beliau, dikumpulkan belakang hari dalam beberapa Kitab Hadits.
Kedua kitab ini – yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan
kemudian baru Al Hadits – dikenal secara universal sebagai sumber
dan dasar keyakinan serta amalan agama Islam.
Surat pertama dalam Al Qur’an berbentuk doa, juga berisi
intisari keseluruhan ajaran Islam:
“Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam.
Yang Maha Pemurah, Yang Maha Pengasih. Yang Memiliki Hari
Pembalasan. Kepada Engkau kami mengabdi, dan kepada Engkau
kami mohon pertolongan. Pimpinlah kami pada jalan yang benar,
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri kenikmatan, Bukan jalan
orang-orang yang terkena murka, dan bukan pula jalan orang-orang
yang sesat.(Qur’an Suci, Surat 1)9
KONSEPSI TENTANG TUHAN
Risalah Islam dapat dicakup dalam satu kalimat, “Kalau ingin
membaktikan tujuan kepada Ilahi, beramal salehlah” Al Qur’an
berfirman: “Tidak, barangsiapa berserah diri sepenuhnya kepada
Allah dan berbuat baik (kepada orang lain), ia memperoleh
ganjaran dari Tuhannya, dan tak ada ketakutan akan menimpa
mereka, mereka tak akan susah.” (2:112)
Keyakinan kepada Allah membuahkan wujud amal saleh dan
perbuatan baik, dan sebaliknya akan memperkuat keyakinan kepada
8 Sir William Muir, The Life of Mahomet, Introduction, p. xviii. (Edinburgh new edition,
1923)
9 Kutipan dari Qur’an Suci ini diambil dari tafsir Maulana Muhammad Ali (Ahmadiyya
Anjuman Isha’at-I-Islam, Lahore 45h edition, 1951)
218 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Allah serta membawa manusia lebih dekat kepada Nya. Al Qur’an
membicarakan tiga tingkat keyakinan kepada Allah, ‘ Ilm-ulyaqeen’,
yakni keyakinan karena belajar, ‘Ain-ul-yaqeen’ ,
keyakinan akibat melihat atau dengan persepsi, dan ‘Haqq-ulyaqeen’,
keyakinan karena kebenaran atau keyakinan karena
kenyataan.
Suatu ilustrasi dari kenyataan sehari-hari mungkin akan
memperjelas hal ini. Jikalau seseorang berdiri di balik bukit dan
melihat kepulan asap dari lereng sebaliknya, maka dengan ini
pastilah dia berfikir akan adanya api (keyakinan tingkat pertama) .
Tetapi bila ia mendaki ke bukit itu, dan ia pun melihat lidah api, dia
mencapai tingkat kedua dari keyakinan karena penglihatan. Untuk
mencapai derajat ke tiga dan untuk menyadari keyakinan
kebenarannya dia harus memasukkan tangannya ke api dan
merasakan bagaimana tangan itu terbakar olehnya. Begitulah juga
tingkat ilmu manusia berkenaan dengan Tuhan.10
Tingkat pertama dari keyakinan kepada Tuhan datang pada
waktu menusia mengamati dan merenungkan tentang alam semesta.
Al Qur’an menyatakan alam sebagai “tanda bukti dari Tuhan. “
Firman Nya:
“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tak ada Tuhan
selain Dia, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Pengasih.
Sesungguhnya dalam ciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang, dan kapal-kapal yang berlayar di lautan dengan
muatan yang menguntungkan manusia, dan air yang Allah turunkan
dari langit, lalu dengan itu Ia hidupkan bumi setelah matinya, dan
bertebaranlah di sana segala macam binatang dan dalam kisaran
angin dan awan yang didayagunakan antara langit dan bumi, adalah
tanda bukti bagi orang yang berakal.” (2: 163-164)
10 Mirza Ghulam Ahmad, The Teaching of Islam (Ahmadiyya Anjuman Siha’at-I-Islam,
6th revised edition, 1968)
AGAMA ISLAM 219
Studi tentang “tanda bukti dari Tuhan”, mendorong manusia
untuk mengetahui kemungkinan Tuhan itu ada, tetapi pada tingkat
ini dia tidak mempunyai keyakinan untuk mengatakan Tuhan ada
(‘Ilm-ul-yaqeen’). Tingkat berikutnya (‘Ain-ul-yaqeen’) akan tiba
hanya dia, katakanlah melihat Tuhan dengan mata rohaninya dan
mendengar suara Tuhan di dalam kalbunya yang berfirman ‘Inilah
Aku’. Manusia dapat mencapai tingkat keyakinan ini dengan
cintanya kepada Tuhan dan hasrat yang menyala-nyala untuk
bertemu dengan Nya bersamaan dengan penyerahan diri
sepenuhnya kepada kehendak Nya serta berbuat kebajikan.
Tetapi tingkat terakhir dari keyakinan ini (Haqq-ul-yaqeen) atau
keyakinan karena kenyataan, hanya datang bila dia dapat bersatu
dengan Tuhan, dan mengetahui Dia secara langsung serta akrab
sebagaimana dia mengetahui tentang dirinya sendiri. Sebagaimana
seseorang itu mencelupkan tangannya ke dalam api akan
mempunyai pengalaman langsung tentang api tersebut, demikianlah
manusia yang mencapai derajat ketiga tentang Tuhan, dia
menyadari adanya Tuhan dengan menyeburkan dirinya dalam api
kecintaan Tuhan – segala kejahatan dan hal-hal yang tidak suci
lainnya terbakar habis dan sifat-sifatnya menjadi suci murni
bagaikan emas berkilauan. Seperti suatu lempengan logam yang
disaat tercelup dalam api menunjukkan sifat apinya, demikianlah
pula manusia terbakar dalam api cinta kasih sayang Tuhan
mempertunjukkan sifat-sifat Ilahi, dia sebagaimana dikatakan
dalam sabda Nabi s.a.w “dicelup dalam sifat-sifat Ilahi”. Beberapa
agama secara keliru telah menyebut orang-orang macam ini sebagai
Tuhan atau penjelmaannya atau putera-putera Nya. Islam
menyatakan bahwa orang yang terbakar dalam api kasih sayang
Tuhan dan membabarkan sifat-sifat ketuhanan ini tetap manusia,
meskipun beliau adalah seorang manusia sempurna atau manusia
berketuhanan. Al Qur’an membimbing manusia melalui tiga tingkat
keyakinan kepada Tuhan. Islam menginginkan agar setiap orang
220 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
mencapai keyakinan berdasarkan kenyataan, dan karenanya
menjadi manusia yang baru.
Tema utama Al Qur’an, yakni keesaan dan kebaikan Tuhan.
Firman Nya: “Katakan Dia Allah adalah Esa, Allah ialah yang
segala sesuatu bergantung kepada Nya, Ia tak berputera dan tak
diputerakan, Dan tak ada satu pun yang menyerupai Dia.” (Surat
112)
Al Qur’an menekankan bahwa semua Nabi mengajarkan
Keesaan Ilahi dan bahwa inilah doktrin asli dari segala agama.
Meskipun demikian, dengan berlalunya waktu agama yang
bermacam-macam itu menyimpang dari monoteisme sejati
(Tauheed) dan memakai bermacam-macam politeisme (Syrik).
Beberapa agama mempertahankan para Nabi dan para pahlawan
mereka serta mulai menyembah mereka sebagai inkarnasi atau
avtars (misalnya Yesus Kristus dalam Kristen, Rama dan Krishna
dalam agama Hindu, Buddha dalam agama Buddha Mahayana).
Beberapa agama menyekutukan pribadi-pribadi lain dengan Tuhan
Yang Esa, karena itu percaya bahwa kalau tidak kemajemukan dari
dewa-dewa juga kemajemukan pribadi-pribadi dalam ketuhanan
(misalnya kemajemukan dewa-dewa dalam agama Hindu, dan
kemajemukan pribadi ketuhanan dalam agama Kristen yang tercipta
dengan menyekutukan dua makhluk, yakni Yesus dan Rohul Kudus
beserta Tuhan dan ketuhanannya) Beberapa agama
mempersonifikasi macam-macam sifat Tuhan yang berbeda-beda
dalam Pribadi Ketuhanan yang terpisah (misalnya Trinitas
Kristiani, yakni Bapak, Putera, dan Ruhul Kudus); Trimurti dalam
agama Hindu, yakni Brahma , Wishnu, dan Syiwa; dan Amesha
Spentas dalam agama Majusi). Beberapa agama lagi
mempertahankan malaikat dan mulai berkorban serta
menyembayanginya untuk mendapat berkah tertentu (misalnya para
dewa-dewi dalam agama Hindu, Yazatas dalam agama Majusi, dan
Rohul Kudus dalam agama Kristen). Beberapa agama berfikir lebih
AGAMA ISLAM 221
jauh lagi, dan menciptakan mediator dan para perantara yang
mereka anggap sebagai makhluk ketuhanan atau makhluk setengah
tuhan (misalnya Perawan Maria dan para Santo dalam agama
Katolik). Beberapa agama lagi berpendapat bahwa Tuhan itu
dilahirkan dan mempunyai istri dan anak (misalnya Isa adalah satusatunya
Putera yang dilahirkan dari Tuhan, dan Maria adalah
ibunda Tuhan dalam agama Kristen). Beberapa agama bahkan
berfikir bahwa Tuhan itu mempunyai semacam bentuk manusia
dengan hawa nafsu serta keinginan manusiawi (misalnya pujaan
yang tak terhitung dalam agama Hindu dan mitologi dari bermacam
agama).
Ayat-ayat dalam Surat 112 yang dikutip di atas, dan banyak lagi
ayat lain dalam Al Qur’an secara serentak menolak bermacam
ragam bentuk politeisme dan menegakkan doktrin Keesaan Ilahi
kembali kepada kemurniannya yang asli.
Tuhan dalam Islam – Yang Esa dan hanya Allah – adalah
Pencipta dan Pemelihara semesta alam, Yang Maha Kuasa, Yang
Maha Pengasih, Yang Maha Suci, Yang Maha Mengetahui, Yang
Maha Mencintai, Yang Maha Pengampun, Yang Maha Meliputi,
Yang senantiasa Hidup, Yang Mencukupi Diri Nya Sendiri,
Pemelihara Perdamaian, Pemberi Anugerah Keselamatan, Yang
memperbaiki segala kerugian, Sahabat dari yang terkena musibah,
Pembimbing mereka yang sesat, Penjaga segala sesuatu. Dia
adalah Tuhan kaum Muslim dan non Muslim: “Tuhan ialah Tuhan
kami dan Tuhan kalian, kami akan mendapatkan apa yang kami
usahakan dan kalian akan memperoleh apa yang kalian kerjakan.”
(42:15)
Di antara bermacam sifat Tuhan yang mulia sebagaimana
dikemukakan oleh Qur’an Suci, maka sifat Rahman dan Rahim
mengambil tempat yang tertinggi. Dengan nama Al Rahman dan
Al Rahim setiap surat dari Kitab Suci dimulai. Kata-kata Maha
Pengasih dan Maha Penyayang diartikan oleh pembaca bahasa
222 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Inggris dari Qur’an Suci hanyalah suatu ide yang sangat tidak
sempurna dan arti Rahman dan Rahim yang mengandung arti yang
sangat dalam serta menyeluruh, sebagaimana ditunjukkan dalam
kata-kata aslinya. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Kebaikan
Tuhan kepada makhluk Nya melebihi kebaikan hati seorang Ibu
terhadap bayinya”. Dalam Al Qur’an berfirman: “Rahmat karunia
Ku meliputi segala sesuatu”.
Dia adalah Yang Mutlak, Yang Abadi, Yang tiada batasnya.
“Penglihatan tidak dapat mencapai Dia, tetapi Dia melingkupi
semua penglihatan”. “Tidak ada satu pun yang menyerupai Nya”
Tuhan, Roh Kosmis dari segala sesuatu, ia immanen tetapi
sekaligus transenden. Dia adalah immanen dalam caranya yang
lebih akrab dan tak terkatakan caranya dibanding immanen seorang
seniman dalam ciptaannya. Dia adalah sebagaimana firman Nya
dalam Al qur’an “Cahaya langit dan bumi” dan “Lebih dekat pada
manusia dari pada dirinya sendiri.” Dia mendengar doa setiap
orang.:
“ Dan apabila hamba Ku bertanya kepada engkau tentang Aku,
sesungguhnya Aku ini dekat. Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa tatkala ia berdoa kepada Ku, maka hendaklah mereka
memenuhi seruan Ku dan beriman kepada Ku agar mereka dapat
menemukan jalan yang benar” (2:186)
MANUSIA DAN DUNIA
Doktrin Keesaan Ilahi (Tauhid) adalah sumbu di seputar mana
ajaran-ajaran Islam berputar. Seluruh struktur Islam terletak di atas
batu karang ini. Sebagaimana diajarkan dalam Al Qur’an,
monoteisme bukanlah dogma keagamaan, ini adalah prinsip tingkah
laku yang harus disajikan dalam praktik. Ini adalah dasar kemajuan
kemanusian ke arah tujuan yang lebih tinggi.
Doktrin keesaan Ilahi dalam Islam menunjukkan bahwa tak ada
suatupun yang patut disembah, kecuali Allah. Risalah pertama
AGAMA ISLAM 223
setiap Nabi menurut Al Qur’an adalah: “Berbaktilah kepada Tuhan,
janganlah engkau mempunyai Tuhan kecuali Dia.” (7: 59, 64, 73,
85) dan “Janganlah engkau mengabdi sesuatu kecuali Allah”
(11:25, 50, 61. 84). Sebelum Islam manusia biasa menyembah
benda langit dan gejala alam lainnya, tetapi Al Qur’an berkata:”. . .
Janganlah kamu bersujud kepada matahari dan jangan pula kepada
rembulan, dan sujudlah kepada Allah yang menciptakan itu, jika
kamu mengabdi kepada Nya” (41:37)
Manusia adalah ciptaan Allah yang paling mulia. Segala sesuatu
diciptakan Tuhan termasuk para malaikat, untuk melayani manusia.
Jadi manusia memerosotkan dan menghinakan dirinya dengan
menyembah benda-benda itu, padahal dia lebih unggul. Kami baca
dalam Al Qur’an: “Apakah akan kucarikan untuk kamu, Tuhan
selain Allah, padahal Ia telah membuat kamu melebihi sekalian
makhluk.”(7:140). Karena itu Islam mengembalikan harga diri
ummat manusia. Dikatakannya bahwa apa yang dinamakan tuhantuhan
yang ditakuti dan disembah-sembah oleh manusia,
sesungguhnya adalah para hamba Nya. Adalah kodrat manusia, kata
Al Qur’an, untuk menaklukkan seluruh alam semesta dan
memerintah di bumi sebagai pengganti (Khalifah) Tuhan:
“Allah ialah yang membuat lautan untuk melayani kamu, agar
kapal-kapal meluncur di sana dengan perintah Nya, dan agar kamu
mencari anugerah Nya, dan agar kamu berterima kasih. Dan Dia
membuat untuk melayani kamu apa-apa yang ada di langit dan apaapa
yang ada di bumi semuanya dari Dia sendiri. Sesungguhnya
dalam itu adalah tanda bukti bagi kaum yang merenungkan”
“Dan Ia membuat malam dan siang dan matahari dan bulan
supaya melayani kamu, dan bintang-bintang dibuat untuk melayani
dengan perintah Nya. Sesungguhnya dalam ini adalah pertanda bagi
kaum yang berakal” (16:12)
Islam bahkan tidak memperbolehkan orang-orang besar
dianggap sebagai tuhan-tuhan. Karena menurut Al Qur’an, hal ini
224 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
juga akan merendahkan harga diri manusia. Adalah sangat
menghinakan manusia bila dia bersujud dan menyembah orang
seperti mereka sendiri, baik mereka itu raja, ulama, maupun para
Nabi. Qur’an Suci berkata: “Mereka mengambil ulama mereka dan
rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan pula Al Masih bin
Maryam. Dan mereka tiada lain hanya disuruh mengabdi kepada
Tuhan Yang Maha Esa – tak ada Tuhan selain Dia, Maha Suci Dia
dari apa yang mereka sekutukan .” (9:31),
Sesungguhnya manusia terbesar di segala zaman adalah Nabi
Suci Muhammad s.a.w telah berkata:”Aku hanyalah manusia biasa
seperti kamu; diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah di jalan yang lurus kepada
Nya, dan mohon perlindungan Nya. Dan celaka sekali bagi kaum
musyrik “ (41:6)
Islam menekankan penolakannya kepada doktrin Dosa Waris
yang diperoleh dari keturunan. Tidak ada yang lebih menghinakan
dan merendahkan manusia dari pada kepercayaan bahwa dia lahir
dengan penuh dosa, dengan sifat yang terhina. Menurut Al Qur’an,
dosa bukanlah sesuatu yang diwariskan dari keturunan nenek
moyangnya, ia adalah apa yang diperoleh manusia buat dirinya
sendiri, bila dia mengerjakan apa yang seharusnya tidak boleh
dikerjakan, dan tidak mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan.
Dosa adalah kehendak menyimpang dari Hukum Tuhan atau hukum
yang benar atau salah. Manusia dilahirkan dengan kehendak bebas,
tetapi kecenderungan dan kemampuan untuk berbuat jahat dan juga
memeranginya serta berbuat kebajikan. Hanyalah ketika dia di saat
sebagai seorang yang dewasa dengan kemampuan untuk
membedakan antara kebaikan dan kejahatan, dia berbuat salah
menggunakan kebebasannya dan jatuh menjadi korban godaan,
sehingga dia menjadi berdosa. Dalam moral tak seorangpun akan
membawa beban manusia lainnya, “Barangsiapa berjalan benar,
maka ia berjalan benar untuk keuntungannya sendiri, dan
AGAMA ISLAM 225
barangsiapa berjalan sesat maka dia berjalan sesat untuk kerugian
diri sendiri. Dan tak ada orang yang memikul beban akan memikul
beban orang lain.” (17:15). “Dan bahwa manusia tak mempunyai
apa-apa selain yang ia usahakan.” (52:39)
Islam menyatakan bahwa pada saat kelahirannya, seorang anak
bebas dari dosa dan suci murni. Manusia tidak memulai
kehidupannya dengan naluri yang sesat. Seluruh nalurinya seperti
halnya hewan, adalah sarana untuk menjaga kehidupannya, adalah
ilmunya yang keliru dan penyelewengan kehendak bebasnya yang
menyebabkan ketidakteraturan nalurinya. Nabi Suci s.a.w.
bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam fitrah anugerah Ilahi yang
suci murni, orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi,
atau seorang Nasrani, atau seorang Majusi.” Ini bukanlah suatu
warisan naluri untuk menyeleweng, melainkan lingkungan sosiallah
yang mendorong dia untuk mengikuti kredo-kredo yang dibuat oleh
manusia. Islam bukanlah suatu kredo dalam pengertian ini, Islam
adalah agama fitri. Firah dalam dirinya, yang secara tepat
disesuaikan dengan sifat-sifat ketiadaannya, akan menyelaraskan
manusia dengan pribadi dan dengan Tuhannya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama fitrah
buatan Allah yang Ia menciptakan manusia atas (fitrah) itu. Tak ada
perubahan dalam ciptaan Allah. Itulah agama yang benar.” (30:30)
Ruh manusia adalah ekspresi dari Ruh Ilahi. Tuhan, kata Al
Qur’an, telah meniupkan Ruh Nya kepada manusia. Manusia telah
diciptakan dengan kemampuan yang tak terbatas untuk menyerap
sifat Ilahi agar dia tepat disebut sebagai wakil (khalifah) Tuhan di
bumi. Tuhan adalah cahaya dan kasih sayang, meningkatnya ilmu
pengetahuan dan meningkatnya kasih sayang Nya dapat membuat
manusia semakin lama semakin menyerupai sifat-sifat Tuhan. Islam
berjuang untuk kemajuan intelektual, moral, dan spiritual manusia.
Dan tepat seperti yang dinyatakan Islam, bahwa manusia
dilahirkan tanpa dosa, begitu pula dunia ini tidaklah jahat. Tuhan
226 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
itu adalah kebajikan yang mutlak, dan karena Dia adalah kebajikan
yang mutlak maka tindakan-tindakan Nya haruslah yang perlu demi
kebajikan. Akibatnya segenap ciptaan Nya adalah baik. Tidak ada
salahnya dalam mencari barang-barang materi untuk dirinya atau
yang semacamnya, namun kalau hal ini demi mencari rezeki dan
dianggap alat. Bagi mereka yang mencitakan benda-benda material
dalam kehidupan dunia, hal itu adalah sarana dan bukan tujuan.
Islam berjuang tidak untuk menolak kehidupan, tetapi untuk
memenuhi kehidupan. Islam menolak hidup bertapa dan kerahiban.
Islam berpendirian bahwa peningkatan spiritual hanya dapat dicapai
dengan hidup sepenuhnya dalam keadaan yang fana ini dengan
suatu sikap kerohanian, dan tidak dengan menolak dunia. Islam
menegakkan suatu neraca yang sehat antara dunia ini dengan
kehidupan akhirat, dia tidak mengadakan dualisme antara roh
dengan badan. Dikatakan bahwa tidaklah mungkin rohani dapat
berkembang dengan menghancurkan jasmani. Naluri manusia itu
pada dasarnya tidaklah buruk. Mereka tak usah dimatikan,
melainkan harus dikendalikan dengan kebijaksanaan, disalurkan
dan digunakan dengan penuh manfaat untuk menjadikan kehidupan
manusia di planet ini lebih makmur dan lebih baik. Dunia ini
diciptakan oleh Yang Maha Bijaksana dan Maha Baik mempunyai
arti serta tujuan, dan hanya dengan dibimbing oleh suatu kehidupan
yang wajar dan penuh manfaat di dunia serta mensyukuri
pemberian Tuhan yang indah ini manusia dapat datang lebih dekat
kepada Allah, melayani sesama manusia, dan menyiapkan bekal
untuk kehidupan akhiratnya. Islam sebagaimana doktrin asli dari
Kong Hu Chu, Krishna, Buddha menyukai jalan tengah
PERSAUDARAAN ANTAR MANUSIA
Keyakinan Islam terhadap kesatuan ummat manusia juga
mengikuti kepercayaan kepada Keesaan Ilahi (Tauhid). Seluruh
ummat manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Esa. Mereka
AGAMA ISLAM 227
semuanya sama dan bersama-sama membentuk suatu persaudaraan
tunggal. “Manusia adalah ummat yang tunggal”, begitu diumumkan
oleh Al Qur’an (2:213) Perbedaan ras, bahasa, kebudayaan,
keturunan, kekayaan, dan jenis kelamin semuanya adalah dibuatbuat,
hal itu semuanya tidaklah mempengaruhi kesatuan
fundamental fitrah manusia. Seluruh ummat manusia adalah
sederajat. Islam dengan keras mengutuk rasa unggul berdasarkan
suku, ras, atau kebangsaan seseorang, dan mencabut sampai ke
akarnya sistem kasta. Firman Qur’an Suci:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
pria dan wanita, dan membuat kamu suku-suku dan kabilah-kabilah
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu.”
(49:13)
Dan dalam Khotbah Selamat Tinggalnya yang terkenal Nabi
s.a.w. menyerukan :
“Tidak ada orang Arab lebih unggul dari orang bukan Arab,
ataupun orang bukan Arab lebih unggul dari orang Arab, tak ada
orang kulit hitam lebih unggul dari orang yang berkulit putih, dan
tak ada orang yang berkulit putih lebih unggul dari kulit hitam.
Dalam pandangan Allah orang yang lebih unggul ialah orang yang
memiliki akhlak yang lebih unggul.”
Oleh karena itu dalam Islam tidak ada tempat bagi snobisme,
parochialisme, chauvinisme, ataupun nasionalisme yang agresif.
Tak pernah dalam sejarahnya yang panjang, kaum Muslimin di
berbagai pelosok dunia ini melakukan kesalahan seperti ras,
diskriminasi, perbedaan warna kulit, atau apartheid. Sesuai dengan
sejarawan terkenal Arnold Toynbee berkata:
“Terhapusnya kesadaran ras di antara kaum Muslim adalah satu
dari pencapaian kemajuan Islam yang menonjol, dan dalam dunia
228 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
kontemporer sebagaimana yang terjadi sekarang ini, suatu zaman
sangat dibutuhkan untuk menyiarkan kemulian Islam ini.”11
Begitu pula Islam tidak membedakan antara apa yang disebut
pendeta dengan orang awam yang merupakan gambaran menonjol
dari agama-agama lainnya. Tidak ada kependetaan dalam Islam.
Tidak adanya kelas khusus yang bertindak sebagai perantara Tuhan
dengan manusia membedakan Islam dan aliran keagamaan yang
lain. “Islamnya Nabi Muhammad s.a.w”, tulis Sayyid Ameer Ali,
“tidak mengenal kasta kependetaan, tiada mengizinkan monopoli
pengetahuan spiritual, ataupun kesucian-kesucian khusus yang
menjadi perantara manusia dengan Tuhannya. Setiap ruh berdoa
kepada Pencipta Nya tanpa intervensi pendeta ataupun orang-orang
suci. Tak ada pengorbanan, tak ada seremonial yang dibuat-buat
oleh kepentingan yang mapan, yang dibutuhkan untuk membawa
hati yang gelisah lebih dekat kepada Penciptanya. Setiap manusia
adalah pendeta bagi dirinya sendiri, dalam Islamnya Muhammad
s.a.w.. tak satu pun yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
lain.”12
Islam mempersatukan seluruh ummat manusia dalam kasih
sayang dan simpati sebagai saudara. Persaudaraan Islam merasuk
segala batas geografi dan politik serta mempersatukan derajat dan
persaudaraan manusia dari banyak ras, warna kulit, dan
kebangsaan. Firman Qur’an Suci:
“Dan peganglah erat-erat tali perjanjian Allah semuanya dan
janganlah kamu berpecah belah. Dan ingatlah akan nikmat Allah
kepada kamu tatkala kamu saling bermusuhan, lalu Ia persatukan
hati kamu, maka karena karunia Nya kamu menjadi saudara. Dan
dahulu kamu ada di tepi jurang api, lalu Ia selamatkan kamu dari
11 Arnold Toynbee, Civilization on Trial, p. 205 (London, 1948)
12 Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, p. 165 (Christophers, London, new edition, 1935)
AGAMA ISLAM 229
padanya. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat Nya kepada
kamu agar kamu mendapat petunjuk.” (3:102)
“Segenap ciptaan Tuhan”, sabda Nabi s.a.w., “adalah keluarga
Nya dan yang paling dicintai Tuhan ialah barang siapa berusaha
sebaik-baiknya untuk berbuat kebajikan bagi segenap makhluk
Tuhan”
LIMA RUKUN ISLAM
Menurut teologi Islam, ada lima pilar di mana bangunan agama
Islam ditegakkan. Inilah kelima pilar tersebut, (1) “Tidak ada
Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusan Nya”, (2)
Shalat, (3) Puasa, (4) Zakat (pajak untuk orang miskin, dan derma),
dan (5) Haji.
Tiga pokok dari tujuan kebaktian ini, ialah (i) untuk
memperkuat keyakinan kepada Tuhan, (ii) untuk mengilhami
manusia dalam menaklukkan keinginan buruk dan menjalankan
ketulusan, dan (iii) untuk membawa manusia ke suatu dataran
persamaan dan meningkatkan persamaan kasih sayang dan
persaudaraan di kalangan mereka.
Bagian pertama dari Kalimah (“Tiada Tuhan kecuali Allah”)
menyatakan keyakinan kepada Keesaan Ilahi (Tauhid), di mana
seperti telah kita tunjukkan adalah dasar segenap ajaran Islam dan
mata air semua sifat-sifat mulia. Bagian kedua dari Kalimah
(“Muhammad adalah Utusan Allah”) berarti bahwa Tuhan tidak
hanya Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini, melainkan juga
setelah membekali manusia dengan kesadaran dan kehendak bebas,
Dia juga membimbingnya ke jalan yang benar yang dipimpin Nya.
Keyakinan kepada Nabi Muhammad s.a.w. termasuk ke dalam
kepercayaan kepada segenap Nabi yang dibangkitkan Tuhan untuk
membimbing manusia, sebab Qur’an dengan jelas menyerukan
keyakinan kepada semua Nabi yang muncul di segenap pelosok
dunia sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Nabi Muhammad s.a.w.
230 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
adalah Utusan Tuhan yang terakhir, yang menghidupkan agama
yang murni dari semua nabi dan melengkapi serta
menyempurnakan agama-agama itu bagi semua bangsa di
sepanjang zaman. Beliau adalah Nabi dalam fase Islam yang
terakhir. Keyakinan kepada Kalimah mengandung arti menerima
atas seluruh risalah dan aturan hidup yang dibawakan oleh
Muhammad s.a.w. dari Tuhan untuk seluruh ummat manusia.
Rukun Islam yang kedua, yakni shalat yang harus dilakukan
oleh kaum Muslim paling sedikit lima kali sehari, dapat sendirian
ataupun berjamaah. Shalat adalah hubungan manusia dengan
Tuhan, ini adalah curahan hati seseorang kepada Dia yang telah
menciptakan kita, yang memperhatikan dan mencintai kita. Ini
memperdalam akan kesadaran ber Tuhan dalam hati manusia dan
memperkuat tekad dalam mengikuti jalan yang ditunjukkan oleh
Nya melalui para Nabi Nya. Ini mensucikan rohani dan
memberikan kedamaian serta ketentraman hati bagi manusia.
Sesuai dengan kata-kata Qur’an Suci. “Ingat, sesungguhnya
mengingat-ingat Allah itu membuat hati menjadi tentram” (13:25).
Dan lagi: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepada engkau
tentang Kitab dan tegakkanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah manusia dari perbuatan keji dan buruk” (29:45). Nabi
s.a.w. bersabda, “Barang siapa yang shalatnya tidak bisa
mencegahnya dari perbuatan dosa dan kejahatan, ia tidak
mendapatkan apa-apa kecuali semakin jauh dari Tuhannya”.
Selanjutnya shalat berjamaah di mana semua orang dari semua
golongan dan warna kulit berdiri bahu-membahu di hadapan Tuhan,
meningkatkan rasa persatuan dan persaudaraan.
Rukun Islam yang ketiga adalah Puasa yang diwajibkan satu
bulan penuh setiap tahun (yakni pada bulan Ramadhan). Orang
yang berpuasa harus sepenuhnya berhenti dari makan minum dan
berhubungan dengan istrinya. Jadi orang-orang Muslim secara
sukarela menghentikan hal-hal yang sesungguhnya diperbolehkan
AGAMA ISLAM 231
hanya demi keridhaan Ilahi, dan dengan demikian dia tidak akan
melakukan sesuatu yang melanggar hukum atau ketidaktulusan.
Tujuan berpuasa adalah untuk mengembangkan pengendalian diri
dan semangat berkorban. Qur’an Suci berkata, “Wahai orang-orang
yang beriman, puasa diwajibkan kepada kamu sebagaimana
diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu menjaga
diri dari kejahatan.”(2:183). Dan Nabi s.a.w. bersabda: “Seseorang
yang berpuasa dan tidak meninggalkan dusta serta kecurangan,
Tuhan tidak akan memperdulikan makan dan minumnya (yakni
Tuhan tidak menerima puasanya).” Puasa menempatkan semua
orang, baik laki-laki maupun perempuan pada tingkat yang sama.
Hal ini membuat si kaya menyadari betapa maknanya orang yang
lapar, dan karena itu mereka terbiasa dengan derita mereka yang
lapar dan kelaparan.
Rukun keempat adalah Zakat. Islam menetapkan suatu
kewajiban pajak sebesar 2,5 % per tahun dari modal dan tabungan
tahunan bagi setiap Muslim. Jadi jumlah yang dikumpulkan
dibelanjakan untuk si miskin, para janda, yatim piatu, mereka yang
terlibat hutang, dan bagi kesejahteraan umum masyarakat. Dengan
ini Islam ingin membangun negara sejahtera. Sebagai tambahan
terhadap kewajiban pajak ini, Islam meminta kum Muslimin agar
mereka membelanjakan sebesar kemampuan untuk berbuat
kebajikan kepada orang-orang lain. “Kamu sekali-kali tak dapat
mencapai ketulusan kecuali jika kamu membelanjakan apa yang
kamu cintai. Dan apa saja yang kamu belanjakan Allah pasti
mengetahui itu”, kata Al Quran ( 3: 91). Latihan kedermawanan ini
harus bebas dari pamer dan segala itikad yang tidak baik, seperti
menempatkan tujuan kedermawanan itu sebagai berikut: “Ucapan
yang manis dan pengampunan itu lebih baik dari pada sedekah yang
diikuti dengan menyakitkan hati. Dan Allah itu Yang Maha Kaya,
Yang Maha Menyantuni.” (2:263) “Wahai orang yang beriman,
janganlah kamu membuat sedekah kamu sia-sia dengan mencomel
232 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
dan menyakitkan hati seperti halnya orang yang membelanjakan
hartanya karena ingin dilihat oleh manusia dan ia tak beriman
kepada Allah dan Hari Akhir.” (2:264). Konsepsi kedermawanan
Nabi s.a.w. sungguh luar biasa sekali. Beliau bersabda, “Setiap
perbuatan baik adalah kedermawanan dan sesungguhnya adalah
kebajikan yang besar, bila engkau bertemu dengan saudara lakilakimu
dengan ramah tamah, lalu kau curahkan air dari kantong
airmu ke tempat persediaan airnya. Seruanmu kepada ummat
manusia untuk berbuat mulia adalah kedermawanan, dan
pencegahanmu atas perbuatan yang diharamkan adalah
kedermawanan; dan kalau engkau tunjukkan jalan kepada musafir
di tanah di mana mereka tersesat itu adalah sedekah darimu, dan
engkau membantu si buta adalah kedermawanan darimu. Berbuat
adil di antara dua kaum adalah kedermawanan dan membantu orang
naik ke pelana tunggangannya, serta mengangkat bebannya, adalah
kedermawanan dan menjawab orang yang bertanya dengan lemah
lembut adalah kedermawanan, dan menghilangkan perkara-perkara
yang menyusahkan orang lain, seperti memindahkan sepotong duri
atau batu adalah kedermawanan”.
Rukun Islam yang kelima adalah Haji, di mana seseorang yang
mampu harus melakukannya setidak-tidaknya sekali sepanjang
hidupnya. Di Ka’bah Mekkah, kaum Muslimin dari segala penjuru
dunia, dari bermacam-macam ras dan berbicara bahasa yang
berbeda-beda, berkumpul sama sederajat di hadapan Tuhan. Segala
perbedaan tinggi dan rendah, kaya dan miskin, lenyap ketika semua
penziarah berbusana dengan pakaian ihram yang sama (dua potong
kain putih yang diselimutkan ke seluruh tubuh) bersama-sama
menjalankan ritual yang ditentukan dan menjawab panggilan
Tuhan, menyatakan keputusan mereka untuk membaktikan diri
mereka seluruhnya dan sepenuh hatinya demi Dia, dan melakukan
pengorbanan di jalan Nya. Suasana yang mengilhami di tempat itu,
di mana rumah pertama untuk berbakti kepada Tuhan Yang Esa dan
AGAMA ISLAM 233
Sejati didirikan, di mana Ibrahim a.s. (Bapak dari bangsa Semit
termasuk di dalamnya dilahirkan agama Yahudi, Kristen, dan
Islam) lagi-lagi meletakkan landasan dari suatu agama monoteisme
yang bermoral, dan di mana Nabi terakhir Muhammad s.a.w.
muncul untuk melengkapi bangunan agama sejati, mengisi kalbu
para penziarah dengan kasih sayang Tuhan. “Kaum penziarah
menunjukkan tindak lahiriah mereka untuk bertawaf di sekeliling
Ka’bah bahwa api kasih sayang Ilahi telah dinyalakan dalam
kalbunya, dan seperti pencinta yang sejati dia berkeliling rumah
Dia yang paling tercinta. Sesungguhnya dia menunjukkan bahwa
dia telah membuat kehendak pribadinya dan sepenuhnya tunduk
kepada kehendak Tuhannya, dan bahwa dia telah mengorbankan
segala pamrihnya demi keridhaan Nya.”, mengutip Sir Thomas
Arnold, “Tetapi di atas segalanya, dan di sinilah terletak
kepentingan yang paling pokok dalam sejarah dakwah Islam -
Ibadah Haji memerintahkan berkumpulnya kaum Muslimin setiap
tahun dari segala bangsa dan bahasa yang datang bersama-sama
dari seluruh penjuru dunia, berdoa di tempat yang suci di mana
wajah mereka di hadapkan pada setiap saat dalam shalat di rumah
mereka yang jauh. Tak ada tekanan keagamaan yang demikian
genius dan mengesankan pada ingatan orang yang beriman, suatu
perasaan dalam kehidupan mereka sehari-hari tentang persaudaraan
mereka dalam ikatan keimanan. Di sinilah tindakan yang utama dari
ibadah bersama, kaum Negro asal pantai Utara Laut Afrika bertemu
dengan orang –orang China dari Timur Jauh, Pangeran yang
berbudaya tinggi dari Ottoman mengenal saudara Muslimnya di
tanah yang asing dari titik terjauh Laut Melayu. Pada waktu yang
sama di seluruh dunia Islam, kalbu kaum Muslim terangkat dalam
simpati kepada saudara-saudara mereka yang lebih beruntung dapat
berkumpul di kota yang disucikan, yakni di rumah-rumah mereka
234 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
untuk memperingati Hari Raya Idul Adha atau (sebagaimana
disebut di Turki dan Mesir) Hari Raya Bayram.”13
ETIKA ISLAM
Moral ideal dan tujuan yang diletakkan Islam di hadapan setiap
orang sebagaimana digambarkan oleh Al Qur’an adalah
“pencelupan sifat-sifat Tuhan” (2:138). Nabi s.a.w menerangkan
hal ini dengan sabdanya, “Celupkanlah dirimu dengan sifat-sifat
Ilahi”. Setiap orang mempunyai dalam dirinya benih ketuhanan
katakanlah dari air yang harus dikembangkan menjadi suatu pohon
yang tumbuh berkembang sepenuhnya dan berbuah lebat. Ini adalah
Falah atau keberhasilan yang sejati dalam Islam.
Kemajuan moral manusia telah dibagi oleh Al Qur’an menjadi
tiga tingkatan. Nafs al-ammara (nafsu yang tak terkendalikan), nafs
al-lawwama (nafsu yang mempersalahkan dirinya sendiri), dan nafs
al-muthmainna (nafsu yang dalam kedamaian).14
Islam mendapati manusia pada tingkatan kebuasan atau tanpa
tanggung jawab moral, di mana dia tidak dapat membedakan antara
kepunyaan sendiri dengan kepunyaan orang lain, baik dan buruk,
berbuat apa saja yang rasanya ingin dilakukannya. Ini adalah
tingkatan nafs al-ammara (nafsu yang tak terkendalikan). Bagi
manusia dalam tingkatan ini, Islam memberikan ajaran moral
elementer atau dasar, yang berupa sikap tingkah laku, dan belum
suatu perintah moral yang ketat. Mula-mula diajarkan untuk taqwa
kepada Tuhan dan menahan hawa nafsunya. Ini melarang segala hal
yang membangkitkan nafsu dan melemahkan moral, seperti
minuman keras dan perjudian. Firman Al Qur’an: “Wahai orangorang
yang beriman, sesungguhnya minuman keras, dan judi, dan
13 T.W. Arnold, The Preachings of Islam, p. 415 (Sh. Muhammad Ashral Lahore,
reprinted, 1961)
14 Mirza Ghulam Ahmad, The Teaching of Islam (Ahmadiyya Anjuman Isha’at-i-Islam,
Lahore, 1968)
AGAMA ISLAM 235
sesaji kepada berhala, serta mengadu nasib dengan panah adalah
perbuatan keji dan perbuatan setan. Sesungguhnya setan itu hanya
ingin membangkitkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
dengan perantaraan minuman keras dan judi serta menghalanghalangi
kamu dari ingat kepada Allah dan dari shalat. Apakah kamu
mau menghentikan pekerjaan itu?”(5:90-91).
Dan firmannya lagi:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan berkatalah dengan kata-kata yang jujur. Ia akan menempatkan
perbuatan kamu dalam kedudukan yang baik bagi kamu dan
mengampuni dosa kamu. Dan barang siapa taat kepada Allah dan
Utusan Nya, maka sesungguhnya ia mencapai sukses besar” (33:
70-71)
“Katakanlah: Mari! Kubacakan apa yang Tuhan kamu
mengharamkan kepada kamu, (yaitu) janganlah kamu
menyekutukan apapun dengan Dia, dan berbuatlah baik terhdap
orang tua (ayah-ibu) dan janganlah kamu membunuh anak kamu
karena takut melarat. Kami memberi rezeki kepada kamu dan
kepada mereka, dan janganlah dekat-dekat pada perbuatan keji,
baik terang terangan maupun sembunyi sembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang dilarang oleh Allah, kecuali dalam
membela keadilan. Inilah yang diwasiatkan (diperintahkan) Tuhan
kepada kamu agar kamu mengerti” (6:152).
“ Janganlah kamu dekat-dekat pada harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang baik sampai ia mencapai usia dewasa. Dan
penuhilah takaran dan timbangan dengan adil – Kami tak
membebankan kewajiban kepada suatu jiwa kecuali menurut
kemampuannya. Dan jika kamu berkata, berkatalah yang benar
sekalipun ini (terhadap) keluarga sendiri. Dan tepatilah perjanjian
Allah . Inilah yang diwasiatkan (diperintahkan) Tuhan kepada
kamu agar kamu ingat.” (6:153).
236 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
“Barang siapa membunuh orang . . . ia seakan-akan membunuh
manusia semua. Dan barangsiapa menyelamatkan orang, maka ia
seakan-akan menyelamatkan manusia semua.”(5:32).
“Pada hari ini dihalalkan kepada kamu (semua) barang yang
baik. Dan makanan Ahli Kitab adalah halal bagi kamu, dan
makanan kamu juga halal bagi mereka. Demikian pula wanita yang
suci di antara kaum mukmin dan wanita yang suci di antara kaum
Ahli Kitab sebelum kamu jika kamu berikan kepada mereka mas
kawin mereka, dengan mengawini mereka, bukan dengan zina dan
bukan dengan diam-diam mengambil mereka sebagai gundik.”(5:5).
“Wahai para putera Adam, pakailah perhiasan kamu pada setiap
kali menjalankan shalat, dan makanlah dan minumlah dan jangan
melampaui batas, sesungguhnya Ia tak suka kepada orang yang
melampaui batas.”(7:31)
“Dan janganlah memalingkan mukamu dari orang-orang, dan
jangan pula berjalan di muka bumi dengan bersorak-sorai.
Sesungguhnya Allah tak suka kepada orang yang congkak,
sombong.”(31:18)
“Dan ikutilah jalan yang benar dalam perjalanan, dan
rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya suara yang paling dibenci
ialah suara keledai.”(31:19).
“Dan apabila kamu diberi hormat dengan suatu penghormatan,
maka balaslah dengan penghormatan yang lebih baik dari pada itu.
Sesungguhnya Allah itu yang memperhitungkan segala sesuatu”
(4:86)
Bila seseorang mengembangkan dalam dirinya dorongan untuk
mengendalikan nafsunya dan mengikuti ajaran-ajaran ini, dia akan
masuk pada tingkat yang kedua, yaitu nafs al-lawwama (nafsu yang
mempersalahkan dirinya sendiri). Pada tingkat ini selalu terjadi
perjuangan di dalam diri manusia antara kebaikan dan kejahatan.
Dia masih tetap lemah dan berulang kali dia menyerah kepada
kecenderungan buruk, tetapi setiap saat dia terjerembab, maka
AGAMA ISLAM 237
kesadaran budinya menusuk hati dan dia merasa sedih. Dan dengan
demikian dia memperbaharui usahanya untuk berjuang melawan
kejahatan dan menahan godaan. Ajaran-ajaran moral Islam yang
tinggi yang diperintahkan Islam kepada seseorang yang dalam
tingkatan ini dapat dibagi menjadi dua kategori, perkara-perkara
yang mencegah seseorang dari yang merugikan kehidupan, milik,
kehormatan, dan kebebasan orang lain (misalnya kesucian,
kejujuran, sopan-santun, kedamaian, dan kebebasan berpendapat
serta berbicara), dan mereka yang mendorong manusia untuk
berbuat kebajikan terhadap sesamanya (seperti pemurah, pemaaf,
benar, berani, tabah, lemah lembut, ramah tamah, dan penuh
kecintaan).
Kesucian, “Dan janganlah kamu berdekat-dekat dengan
perbuatan zina (harus sepenuhnya menghentikan hal-hal yang
mengawali atau segala sesuatu yang bisa membawa ke arah
perzinaan), sesungguhnya itu adalah keji. Dan buruk sekali jalan
itu.”(17:32). “Dan janganlah kamu dekat-dekat pada perbuatan keji,
baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.” (6:152). “Zina
mata ialah melihat dengan nafsu kepada isteri orang lain, dan zina
lidah ialah mengatakan apa-apa yang dilarang.”(Sabda Nabi
Muhammad s.a.w)
Tulus hati, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu
supaya menyerahkan amanah kepada orang yang pantas
menerimanya” (4:58) “Dan janganlah kamu terlalu berhasrat untuk
memiliki apa yang dengan ini Allah membuat sebagian kamu
melebihi sebagian yang lain. Kaum pria memperoleh keuntungan
dari apa yang mereka usahakan. Dan kaum wanita memperoleh dari
apa yang mereka usahakan. Dan mohonlah kepada Allah akan
karunia Nya Sesungguhnya Allah itu senantiasa Yang Maha Tahu
akan segala sesuatu.”(4:32).
“Dan janganlah kamu menelan harta di antara kamu sendiri
dengan jalan tidak sah, dan jangan pula menyuap dengan itu kepada
238 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
para hakim, agar kamu dapat menelan sebagian harta manusia
secara tidak sah, padahal kamu tahu.”(2:188).
“Berikan timbangan yang penuh dan janganlah menjadi
golongan orang yang suka mengurangi (timbangan). Dan
menimbanglah dengan neraca yang benar. Dan janganlah
merugikan manusia akan hak-hak mereka, dan janganlah berbuat
bencana di bumi dengan berbuat kerusakan.”(26:181-183).
“Di hari Qiamat aku akan menjadi lawan debat orang yang suka
mengerjakan buruhnya untuk melaksanakan pekerjaannya dengan
penuh, tetapi orang itu tak membayar penuh upah si buruh
itu”(Sabda Nabi Muhammad s.a.w.)
Sopan-santun, “Tiada yang lebih baik dari yang diberikan
seorang ayah kepada anaknya tingkah laku yang baik”. “Barang
siapa diberikan sifat lemah lembut dia telah dikaruniai pahala yang
besar di dunia ini maupun di Akhirat”. “Sesungguhnya yang paling
saya cintai di antara kamu, dan yang paling dekat padaku di
Akhirat, adalah mereka yang mempunyai citra yang baik”. “Orang
yang sombong atau orang yang bicara kasar tak akan masuk
Sorga.” (Sabda Nabi Muhammad s.a.w.). “Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah suatu kaum memperolok-olokkan kaum yang
lain, barangkali (kaum yang lain) itu lebih baik daripada mereka,
dan jangan pula kaum wanita yang satu (memperolok-olokkan)
kaum wanita (yang lain), barangkali (kaum wanita yang lain) itu
lebih baik daripada mereka. Dan janganlah mencela orang-orang
kamu sendiri, dan jangan pula memanggil dengan nama ejekan.
Buruk sekali nama yang jelek itu sesudah beriman, dan barang
siapa tak bertobat, mereka adalah orang yang lalim”. (49:11).
“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah sebagian besar dari
prasangka, sesungguhnya prasangka dalam beberapa hal itu dosa;
dan janganlah memata-matai, dan jangan pula sebagian kamu
mengumpat kepada sebagian yang lain (49:12). “Seseorang tidak
AGAMA ISLAM 239
bisa dipanggil seorang Muslim hingga hati dan lidahnya masih
demikian” (Sabda Nabi Muhammad s.a.w)
Perdamaian, "Dan tidaklah sama kebaikan dan keburukan.
Tangkislah (keburukan) dengan apa yang paling baik, maka tibatiba
apa yang antara engkau dengan dia terdapat permusuhan akan
menjadi seperti kawan yang akrab” (41:34). “Adapun hamba
Tuhan Yang Maha Pemurah, ialah mereka yang berjalan di muka
bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menegur
mereka, mereka berkata ‘Damai’ (25:63). “Seorang Muslim adalah
dia di mana orang lain selamat dari lidah dan tangannya, dan
seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang
dilarang oleh Allah". “Maukah kuberitahukan kepadamu suatu
perbuatan yang lebih baik daripada puasa, sedekah, dan shalat?
Ialah membuat perdamaian antara manusia, kebencian dan dendam
merobek-robek pahala Sorga sampai ke akar-akarnya” (Sabda Nabi
Muhammad s.a.w.).
Kebebasan Berpendapat dan Berbicara, “Tak ada paksaan
dalam agama”(2:256). “Kamu akan mendapat pembalasan kamu,
dan aku juga akan mendapat pembalasanku” (109:6).
Sesungguhnya orang yang beriman (kepada apa yang diturunkan
kepada engkau Muhammad), dan orang Yahudi dan orang Nasrani ,
dan orang Sabi’ah, siapapun yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir dan berbuat baik, mereka mendapat ganjaran di sisi Tuhan
mereka, dan tak ada ketakutan akan menimpa mereka, dan mereka
tak akan susah” (2:62). “Perbedaan pendapat di antara ummatku
adalah rahmat Tuhan.” “Jihad yang paling utama adalah
mengemukakan kebenaran di hadapan seorang penguasa yang
dzalim” (Sabda Nabi Muhammad s.a.w.)
Kebenaran dan keadilan, “Tak ada orang yang benar dalam
pengertian yang sebenar-benarnya kecuali dia yang benar dalam
kata-kata, tingkah laku dan dalam akal fikirannya” (Sabda Nabi
Muhammad). “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu
240 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
orang yang menegakkan keadilan, berdiri saksi karena Allah,
sekalipun terhadap diri sendiri atau orang tua kamu atau kerabat
kamu, baik ia kaya atau melarat, Allah lebih mempunyai hak atas
mereka berdua. Maka janganlah kamu mengikuti keinginan rendah,
agar kamu tak menyimpang. Dan jika kamu memutar balik atau
berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah itu
senantiasa Yang Maha Waspada terhadap apa yang kamu kerjakan”
(4:135).”Wahai orang orang yang beriman, jadilah kamu orang
yang jujur karena Allah (jadilah kamu) saksi yang adil, dan
janganlah kebencian orang orang mendorong kamu untuk berlaku
tak adil. Berlaku adilah kamu, ini adalah lebih dekat kepada taqwa.
Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu Yang
Maha Waspada akan apa yang kamu lakukan” (5:8).
Keberanian dan Ketabahan, “Wahai orang-orang yang beriman,
mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat, sesungguhnya
Allah itu menyertai orang yang sabar” (2:153) “Dan sesungguhnya
Kami akan menguji kamu dengan sesuatu dari ketakutan dan
kelaparan dan kehilangan harta dan jiwa dan buah-buahan. Dan
berilah kabar baik kepada orang yang sabar” (2:155). “(Yaitu)
orang yang apabila suatu musibah menimpa mereka, mereka
berkata ‘Sesungguhnya kami ini kepunyaan Allah, dan kami akan
kembali kepada Nya’”(2:156). “Ini adalah orang yang memperoleh
kurnia dan rahmat dari Tuhan mereka, dan ini adalah orang yang
terpimpin pada jalan yang benar” (2:157). "Orang-orang yang para
manusia berkata kepada mereka ‘Sesungguhnya orang-orang telah
berkumpul hendak menyerang kamu, maka dari itu takutlah kepada
mereka, tetapi ini (malah) menambah iman mereka, dan mereka
berkata ‘Allah sudah cukup bagi kami, dan Ia adalah Pelindung
yang mulia” (3:172).
Pemaaf, “Dan cepat-cepatlah menuju pengampunan dari
Tuhan kamu dan Taman yang luasnya (seluas) langit dan bumi,
yang disiapkan bagi orang yang menetapi kewajiban” (3:132).
AGAMA ISLAM 241
“(Yaitu) orang yang membelanjakan (harta) pada waktu lapang dan
pada waktu sempit, dan orang yang menahan marah, dan orang
yang memberi ampun kepada manusia. Dan Allah mencintai orang
yang berbuat baik (kepada orang lain)” (3:133) “Kebanyakan kaum
Ahli Kitab (yakni para pengikut agama-agama wahyu yang lainnya)
menghendaki agar mereka dapat mengembalikan kamu dalam
kekafiran setelah kamu beriman, karena perasaan dengki yang
timbul dalam batin mereka, setelah kebenaran menjadi terang bagi
mereka. Tetapi maafkanlah dan ampunilah sampai Allah
melaksanakan perintah Nya. Sesungguhnya Allah itu berkuasa atas
segala sesuatu” (2:109) “Jadi dengan rahmat Allah itulah engkau
bertindak lemah lembut terhadap mereka. Dan sekiranya engkau
kasar (dan kejam), niscaya mereka akan bubar dari sekeliling kamu.
Maka dari itu ampunilah mereka dan mohonlah perlindungan bagi
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka mengenai urusan
yang penting. Tetapi jika engkau telah mengambil keputusan,
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu mencintai
orang yang tawakal (kepadaNya)” (3:158).
Berbuat Kebaikan terhadap Sesama; “Segenap makhluk Tuhan
adalah keluargaNya, dan yang paling dicintai oleh Tuhan ialah
mereka yang berusaha berbuat kebaikan yang sebanyak mungkin
kepada semua makhluk Tuhan”. “Perbuatan apakah yang paling
utama? Ialah membahagiakan hati ummat manusia, memberi makan
pada mereka yang lapar, menolong mereka yang
menderita,.meringankan kesedihan orang yang sedang dirundung
duka, dan menghapuskan kesalahan mereka yang terluka”. (Sabda
Nabi Muhammad s.a.w.) “Dan apakah yang membuat engkau tahu,
apakah jalan naik itu? (Yaitu) memerdekakan budak belian. Atau
memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang ada
pertalian keluarga, atau orang miskin yang berbaring di tanah. Lalu
ia adalah golongan orang yang beriman dan saling menasehati
242 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
supaya bersabar dan saling menasehati supaya berbelas kasih” (90:
12-17).
Kasih Sayang dan Simpati ; “Cintakah kalian kepada
Penciptamu? Pertama-tama cintailah sesama makhluk” “Tak
seorangpun menjadi mukmin sejati sehingga dia menginginkan bagi
saudaranya apa yang diinginkan oleh dirinya sendiri”. “Engkau
akan melihat di antara orang-orang mukmin berkasih sayang
sesamanya dan ramah tamah satu sama lain seperti satu tubuh, bila
salah satu anggota badannya sakit, maka seluruh tubuh merasa
sakit, satu anggota tubuh menyeru yang lain dengan rasa tak bisa
tidur dan demam”. (Sabda Nabi Muhammad
s.a.w.).
Di saat manusia berusaha dengan sebaik-baiknya untuk
mengikuti ajaran-ajaran ini dan berjuang melawan kejahatan yang
bersarang di hatinya dengan keteguhan hati dan ketabahan, maka
pertolongan Tuhan datang kepadanya dan keinginan serta
kecenderungan jahatnya akhirnya musnah:”Jika kamu menjauhkan
diri dari hal yang besar-besar yang kamu dilarang, Kami akan
menghapus kecenderungan kamu kepada keburukan dan
memasukkan kamu ke tempat masuk yang mulia” (4:31). Dengan
demikian dia mencapai taraf ketiga dari perkembangan moral,
yakni nafs al-mutmainna (jiwa yang tenang). Al Qur’an berkata:
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhan dikau
dengan perasaan puas, amat memuaskan di hati. Masuklah di antara
hamba-hambaKu. Dan masuklah ke SorgaKu” (89:27-30)
Manusia yang telah mencapai tingkat ini, hidup dalam
kehidupan surgawi, yakni kedamaian yang sempurna,
ketenteraman, serta kesucian dalam hidup di dunia ini juga. Dia
dipenuhi kasih sayang Tuhan dan berbahagia dalam melakukan
kehendak Nya “Katakanlah: Sesungguhnya shalatku dan
pengorbananku dan hidupku dan matiku adalah untuk Allah Tuhan
sarwa sekalian alam” (6:163).
AGAMA ISLAM 243
Tentang manusia semacam ini, Tuhan berfirman: “Manusia
yang Aku pegang sebagai kecintaanKu, Akulah pendengarannya
ketika dia mendengar, dan Akulah penglihatannya dengan mana dia
melihat, dan Akulah tangannya dengan mana dia memegang, dan
Akulah kakinya dengan mana dia berjalan”.
HUKUM-HUKUM SOSIAL DALAM ISLAM
Agama yang benar tidak dapat memuaskan dirinya dengan
kehidupan pribadi masing-masing orang, dan menarik diri dari
tanggung jawabnya untuk membimbing manusia dalam kehidupan
masyarakatnya dan mengaturnya sesuai dengan kehendak dan
maksud tujuan dari Tuhan. Islam tidak saja merupakan keyakinan
melainkan juga suatu sistem sosial, dan jalan hidup yang
melingkupi segalanya. “Dimana agama Kristen”, tulis Dr. Wilfred
Cantwell Smith. “dalam tahun-tahun belakangan ini bergerak
menuju ajaran kemasyarakatan, Islam telah menjadi ajaran
kemasyarakatan sejak permulaan berdirinya”15
Sistem Politik Islam
Islam menjamin keadilan sosial dan perdamaian dengan
menempatkan perkara politik, ekonomi, dan masalah internasional
di bawah pengendalian agama dan moralitas serta dengan
memberikan batasan tugas kewajiban dasar seseorang terhadap
agama dan negara, terhadap pribadi serta dari satu negara terhadap
negara lainnya. Islam meletakkan beberapa prinsip dasar di mana
pada setiap golongan diserukan untuk memakainya dan kemudian
memberikan kepada masing-masing golongan masyarakat
kebebasan untuk mengembangkan strukturnya sesuai dengan
kebutuhan masa dan keahlian rakyatnya , dengan catatan bahwa
15 Wilfred Cantwell Smith, Islam in the Modern World, pp. 22-23
244 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
struktur yang di atas selalu memperhatikan prinsip-prinsip dasar
dan tetap dalam batas-batas hukum.16
Prinsip dasar pertama, sistem politik Islam ialah bahwa
kekuasaan negara terletak pada Tuhan, dan tidak ada pembuat
undang-undang atau parlemen yang mempunyai hak untuk
mengeluarkan undang-undang atau hukum yang bertentangan
dengan jiwa perintah Ilahi sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an
dan sabda Nabi s.a.w. Jadi Islam menjamin keadilan yang seragam
dan menyelamatkan negara serta nasib ummat dari terombang
ambing oleh keinginan mendadak dan keputusan-keputusan yang
terburu nafsu para pembuat undang-undang; serta kelompokkelompok
minoritas dari penindasan mayoritas, dan kepentingan
rakyat secara keseluruhan dari rencana kelas ekonomi yang
berkuasa di masyarakat.
Prinsip dasar kedua, ialah bahwa seluruh lembaga publik
termasuk Kepala Negara, adalah amanah Ilahi dan yang diberi
amanat harus menjalankan kekuasaan yang dilimpahkan kepada
mereka sebagai perintah Tuhan, dan demi kemaslahatan seluruh
rakyat. Karena Kepala Negara dipilih oleh rakyat, maka dia juga
bisa diganti oleh rakyat, jika mereka mendapati bahwa dia tidak
menjalankan tata pemerintahannya sesuai dengan perintah-perintah
Tuhan dan kepentingan yang sebaik-baiknya dari seluruh rakyat.
Prinsip dasar ketiga, ialah bahwa semua manusia (dan karena itu
termasuk kaum wanita) adalah sama di hadapan hukum dan dalam
pandangan Tuhan. Mereka mempunyai hak-hak politik yang sama.
Hukum yang sama berlaku bagi semuanya. Dalam negara Islam tak
seorangpun, bahkan Kepala Negara yang di atas hukum. Demi
tegaknya hukum, bahkan Khalifah dapat dipanggil ke pengadilan
dan dihukum bila terbukti bersalah.
16 Maulana Muhammad Ali, The New World Order (Ahmadiyya Anjuman Isha’at-IIslam,
Lahore, 1944)
AGAMA ISLAM 245
Prinsip dasar keempat, ialah bahwa semua hal-hal umum
diputuskan dengan konsultasi dan sesudah meyakini pandangan
rakyat negara Islam, baik secara langsung maupun melalui wakilwakil
mereka:
“Ampunilah mereka dan mohonlah perlindungan bagi mereka,
dan bermusyawarahlah dengan mereka mengenai urusan (yang
penting). Tetapi jika engkau telah mengambil putusan,
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu mencintai
orang yang tawakal (kepadaNya)” (3:158).
“Dan orang-orang yang menurut kepada Tuhan mereka dan
menegakkan shalat, dan orang-orang yang perkaranya (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka, dan mereka membelanjakan
sebagian dari apa yang Kami berikan kepada mereka” (42:38).
Islam membawa kehadiran demokrasi sejati yang pertama, di
mana tak ada perbedaan antara orang merdeka dengan budak,
warga negara dan orang asing, dan tak ada perbedaan berdasarkan
ras atau warna kulit atau jenis kelamin ataupun aliran.
Ekonomi Islam
Islam menganggap Tuhan sebagai Pemilik Mutlak segala harta
kekayaan, dan orang yang memiliki harta hanyalah sebagai yang
menjalankan amanat, mereka dapat memegang dan menggunakan
kekayaan tersebut hanya jika dengan bekerja, lalu kepentingan
orang-orang lain dan masyarakat secara menyeluruh tidak akan
terabaikan. Begitu pula jika aktifitas ekonomi mereka dijalankan di
dalam batas-batas yang digariskan oleh Tuhan.
Islam menganggap semua penghasilan yang tanpa usaha sebagai
tidak sah. Menurut Al Qur’an, “Manusia hanya memperoleh apa
yang ia usahakan” (53:39). Islam memegang teguh kebanggaan
246 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
dalam kerja. Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Tak seorangpun
yang memakan makanan lebih baik daripada yang dimakan atas
hasil karya tangannya sendiri”. Tak ada suatupun yang lebih
dimurkai dalam pandangan Tuhan daripada pemerasan dari
manusia atas manusia lainnya. Islam dengan keras mengutuk
penimbunan, pasar gelap, dan segala praktik yang semacam itu di
mana seseorang mengambil keuntungan yang tidak wajar atas
kebutuhan manusia lainnya. Islam menentang sistem kartel
(persekutuan kaum pengusaha besar), dan monopoli, serta
mengambil sarana untuk mencegah pemusatan kekayaan dalam
beberapa tangan, "demikian sehingga kekayaan itu tidak boleh
beredar hanya di kalangan orang-orang kaya saja dari antaramu”
(59:7).
Yang terpenting dari semuanya, Islam melarang riba, yakni
sistem di mana seseorang meminjamkan atau menginvestasikan
uangnya dengan harapan untuk memperlipatgandakannya dengan
memeras tenaga orang lain , tanpa dia sendiri menggunakan tenaga
fisik, maupun mentalnya untuk bekerja produktif atau kreatif.
Firman Al Qur’an:
“Wahai orang yang beriman, janganlah kamu makan riba (nilai
lebih, bunga uang, rente, dan sebagainya) dengan berlipatganda,
dan bertaqwalah kepada Allah agar kamu beruntung” (3:129).
“Orang-orang yang makan riba, mereka tak dapat bangun,
kecuali seperti bangunnya orang yang dijatuhkan oleh setan
dengan sentuhannya” (2:275).
“Dan apa saja yang kamu berikan tentang riba, sehingga itu
menambah harta manusia, maka itu menurut Allah tak menambah
(apa-apa), dan apa saja yang kamu berikan tentang zakat dengan
mendambakan perkenan Allah, maka mereka itulah yang mendapat
(keuntungan) yang berlipat ganda” (30:39).
Bila di satu segi Islam menentang penimbunan dan melipat
gandakan kekayaan, sebaliknya juga Islam melarang pemborosan
AGAMA ISLAM 247
dan segala bentuk perbelanjaan untuk hal-hal yang tidak berguna.
Islam menginginkan agar setiap orang menjadi pribadi yang
bertanggung jawab untuk kesejahteraan masyarakat. Nabi
Muhammad s.a.w bersabda: “Bukanlah seorang muslim yang
makan hingga kenyang sedang tetangganya kelaparan”.
Untuk mengurangi ketidakmerataan dan memastikan bahwa
setiap orang mendapatkan kebutuhan pokoknya serta kesempatan
yang sama dalam kehidupannya, Islam membebankan suatu pajak
atas modal kaum berada guna kemaslahatan si miskin. Pajak ini
disebut Zakat, yang dibedakan sebagai tambahan dari Khairat atau
sedekah sukarela. Dan akhirnya dengan hukum-hukum waris yang
ditetapkannya Islam membuat pemusatan kekayaan dalam beberapa
tangan menjadi tidak mungkin lagi.
Di samping tidak mengabaikan pentingnya aktivitas ekonomi
dalam kehidupan manusia, Islam mengutuk kecenderungan untuk
memberikan arti penting kepada manusia berdasarkan status
keuangan dan sosialnya. Tanda manusia paling terhormat bukanlah
dalam kekayaannya, melainkan dalam praktik serta integritas moral
yang lebih tinggi. Kekayaan bukanlah tujuan, tetapi “suatu sarana
penyangga” bagi ummat. Kekayaan yang diperoleh seseorang
bukanlah mutlak menjadi miliknya. Ini adalah amanah kepadanya
dari Tuhan. Dia telah memperolehnya sebagai hasil penggunaan
bakat kemampuan yang telah diberikan Tuhan, dan dengan
pertolongan serta fasilitas yang diberikan masyarakat. Dia harus
membayar kembali hartanya kepada masyarakat, dan
membelanjakan sebanyak mungkin dari apa yang diperolehnya
dengan jujur, di jalan Tuhan. Di atas segalanya dalam mengejar
kekayaan seseorang tidak boleh kehilangan pandangan terhadap
nilai-nilai yang lebih tinggi dari kehidupan
Wanita dalam Islam
248 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Sebelum Islam, kaum wanita umumnya dipandang sebagai
budak. Dia tak dianggap sebagai suatu pribadi seperti halnya kaum
laki-laki yang dianggap suatu pribadi. Beberapa agama sebelum
Islam merendahkan mereka sebagai penggoda dan dianggap dia
bertanggung jawab atas jatuhnya manusia dan sebagai pewaris
dosa. Qur’an Suci mensucikan kaum wanita dari tanggung jawab
atas jatuhnya Adam dan memperkuat kehormatan serta harga
dirinya. Islam menaikkan derajat kaum wanita hingga sama dengan
laki-laki, menyatakan bahwa kedua jenis kelamin itu diciptakan
dari “sari pati dan jenis yang sama”. Nabi s.a.w. bersabda, “Kaum
wanita adalah belahan kembar laki-laki”. Islam tidak membedakan
di antara mereka baik mengenai kecerdasan, kemampuan, akhlak,
dan rohani serta pahalanya:
“Barangsiapa berbuat baik, baik pria ataupun wanita, dan dia itu
mukmin, Kami pasti akan menghidupi dia dengan kehidupan yang
baik, dan Kami akan memberi kepada mereka ganjaran mereka atas
sebaik-baik barang yang mereka lakukan” (16:97).
“Sesungguhnya kaum Muslim pria dan kaum Muslim wanita,
dan kaum Mukmin pria dan kaum Mukmin wanita, dan kaum pria
yang patuh, dan kaum wanita yang patuh, dan kaum pria yang tulus
dan kaum wanita yang tulus, dan kaum pria yang sabar dan kaum
wanita yang sabar, dan kaum pria yang khusyuk dan kaum wanita
yang khusyuk, dan kaum pria yang dermawan dan kaum wanita
yang dermawan, dan kaum pria yang puasa dan kaum wanita yang
puasa, dan kaum pria yang menjaga kesuciannya dan kaum wanita
yang menjaga kesuciannya, dan kaum pria yang banyak ingat
kepada Allah dan kaum wanita yang banyak ingat – Allah
menyiapkan bagi mereka pengampunan dan ganjaran yang besar”
(33:35).
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Islam memberikan hakhak
yang sama kepada kaum wanita seperti halnya kepada kaum
pria:
AGAMA ISLAM 249
“Dan wanita mempunyai hak yang sama seperti yang
dibebankan terhadap mereka dengan cara yang baik, dan bagi pria
adalah setingkat di atas mereka” (2:228).
Orang modern mengakui bahwa tidak akan ada kebebasan serta
harga diri yang sebenar-benarnya tanpa hak-hak ekonomi. Empat
belas abad yang lalu, Islam memberikan kepada kaum wanita hak
untuk mewaris harta milik ayah dan suaminya serta memperoleh,
memiliki dan membelanjakan harta kekayaan menurut kemaunnya.
Al Qur’an berfiman:
“Kaum pria memperoleh keuntungan dari apa yang mereka
usahakan. Dan kaum wanita memperoleh keuntangan dari apa yang
mereka usahakan” (4:32).
“Kaum pria memperolah bagian dari apa yang ditinggalkan
orang tua dan kaum kerabat, dan kaum wanita juga memperolah
bagian dari apa yang ditinggalkan orang tua dan kaum kerabat, baik
sedikit maupun banyak – bagian yang sudah ditentukan” (4:7).
Dalam perkawinan, kaum wanita dipandang sebagai mitra yang
sejajar dan merdeka. Perkawinan dalam Islam adalah kontrak suci
antara seorang pria dan seorang wanita, dan izin dari kedua belah
fihak harus diperoleh sebelum perkawinan bisa dilangsungkan. Al
Qur’an menggambarkan seorang wanita sebagai teman hidup
suaminya - suatu obyek kasih sayang dan suatu sumber kedamaian
serta ketentraman baginya, begitupun pria bagi wanita.
“Dan di antara tanda buktiNya ialah, bahwa Ia menciptakan
untuk kamu jodoh dari jenis kamu, agar kamu menemukan
ketenteraman pada mereka, dan Ia membuat di antara kamu cinta
dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu adalah tanda bukti
bagi orang yang merenungkan” (30:21).
Untuk menekankan kepada para pengikutnya kedudukan dan
kesucian yang tinggi bagi para wanita, Nabi Suci s.aw. bersabda:
“Sorga terletak di telapak kaki (kaum) Ibu” Qur’an Suci adalah
Kitab Wahyu pertama yang membatasi poligami. Islam hanya
250 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
mengizinkan seseorang kawin dengan lebih dari seorang isteri
dalam keadaan yang sangat langka, misalnya sesudah peperangan,
di mana banyak orang-orang muda tewas dan meninggalkan para
janda serta anak-anak yatim. Izin Islam untuk suatu poligami
terbatas dan menurut keadaan setempat hanyalah untuk
memberikan perlindungan kepada kaum wanita yang terlantar,
untuk menjaga mereka dari pemerasan kaum pria, dan
menyelamatkan masyarakat dari kerusakan moral. Selanjutnya
Islam menekankan keadaan di mana poligami hampir-hampir tak
mungkin terjadi “apabila”, kata Qur’an Suci, “kamu kuatir bahwa
kamu tak dapat berlaku adil , maka (kawinlah) satu saja” (4:3). Dan
sedikit lebih lanjut lagi difirmankan: “Dan kamu tak dapat berlaku
adil di antara para isteri, sekalipun kamu sangat mengingini (itu)”
(4:129). Dari hal ini jelaslah bahwa sebagai suatu peraturan Islam
hanya mengakui persatuan antara seorang laki-laki dengan seorang
wanita dalam bentuk perkawinan yang teguh.17
SUMBANGAN ISLAM TERHADAP PERADABAN
Dalam kurun waktu yang sangat pendek, Islam menyebar ke
lebih dari separuh bumi. “Lebih dekat kita amati perkembangan
ini”, tulis Dr. A.M.L. Stoddard, “makin luar biasalah hal itu
tampaknya. Agama-agama besar lainnya memenangkan jalannya
dengan lamban, dengan perjuangan yang menyakitkan, dan
akhirnya memang dengan bantuan kerajaan yang penuh kuasa
masuk dalam agama baru itu. Agama Kristen mempunyai
Constantine, agama Buddha dengan Raja Asoka, dan agama Majusi
dengan Raja Cyrus, masing-masing mengandalkan kekuatan
penguasa sekuler yang perkasa. Tidak demikan halnya dengan
Islam. Bangkit di padang pasir yang dihuni oleh penduduk yang
17 Maulana Muhammad Ali, The Islamic Law of Marriage and Divorce (Ahmadiyya
Anjuman Isha’at-I-Islam, Lahore)
AGAMA ISLAM 251
jarang dan berpindah tempat, yang sebelumnya tidak kelihatan
dalam alur sejarah kemanusiaan. Islam menyebar dengan
kemajuannya yang besar dengan dukungan manusia yang sangat
terbatas serta menghadapi kerajaan-kerajaan duniawi yang sangat
perkasa. Meskipun demikian Islam menang, kelihatannya dengan
kemudahan yang ajaib, dan dalam generasi selanjutnya sudah
melihat bulan sabit yang perkasa lahir dan unggul dari Pegunungan
Pyraness sampai ke Himalaya, dan dari padang pasir Asia Tengah
sampai padang pasir Afrika Tengah”18
Islam memberikan kelahiran kepada suatu peradaban yang tetap
membuat takjub para ahli sejarah. “Tidak pernah suatu kaum”,
tulis H. Hirschfeld, “yang dibimbing lebih cepat kepada peradaban,
seperti yang telah terjadi kecuali bangsa Arab melalui Islam”.19
Sejarah menjadi saksi terhadap kenyataan bahwa Islam
memberikan kejutan yang tak terduga terhadap perkembangan
intelektual ras manusia, dan kaum Muslimin zaman permulaan
mengibarkan tinggi-tinggi panji cahaya dan ilmu pengetahuan pada
saat dunia ini tenggelam dalam kebodohan dan kejahilan. “Selama
periode yang paling gelap dalam sejarah Eropa”, tulis Bosworth
Smith, “bangsa Arab selama lima ratus tahun membawa panji-panji
ilmu pengetahuan demi kemanusiaan”.20
Nabi Muhammad s.a.w. meletakkan tekanan yang utama agar
menuntut ilmu pengetahuan. Beliau bersabda: “Menuntut ilmu
adalah kewajiban yang dibebankan kepada setiap Muslim laki-laki
maupun perempuan”. “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian sampai ke
liang lahat”. “Carilah ilmu bahkan sampai ke negeri China”. “Satu
jam merenungkan karya Sang Pencipta lebih baik daripada
18 A.M. Lothrop Stoddard, The New World of Islam, pp. 1-2 (Chapman and Hall,
London)
19 H.Hirshfeld, New Researches, p. 5
20 Bosworth Smith, Mohammed and Mohammedanism (reprinted by Sin Sagar Academy,
Lahore)
252 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
tujuhpuluh tahun shalat”. “Tinta seorang ahli ilmu lebih suci
dibandingkan darah seorang syahid”21
Sebelum Islam agama adalah serupa dengan kepercayaan
membabi buta dan dogma, korban dan ritual; serta kecurigaan telah
mengasingkan kebebasan berfikir dan bertanya. Pada saat
seseorang menangkap suatu idea baru atau mengungkapkan teori
baru, dia dikutuk dan bahkan disiksa sampai mati oleh kawan
seagamanya dan dianggap kafir. Adalah Islam yang untuk pertama
kalinya tidak menyetujui segala ajaran dogmatis, dan
mempergunakan akal fikiran untuk menguji keimanan. “Perkara
pertama yang diciptakan”, sabda Nabi s.a.w, “adalah akal fikiran”.
Pada saat lain beliau bersabda: “Sesungguhnya manusia telah
menjalankan shalat, puasa, zakat, haji, dan segala perbuatan baik
lainnya, tetapi dia tidak akan diberi pahala kecuali sebanding
dengan ilmu yang dipunyainya”. Dalam kata-kata Guizot , “Islam
berdiri nyaris sendirian di antara agama-agama dalam
ketidaksetujuannya untuk mengandalkan adat istiadat tanpa
argumentasi. Islam meyerukan kepada para penganutnya untuk
menyelidiki karya besar dari keimanan mereka”22
Akibat dari ajaran ini adalah bahwa di manapun panji Islam
dibawa, maka pusat-pusat ilmu yang menonjol berkembang tanpa
kenal waktu dan menghasilkan orang-orang yang terkenal dalam
bidang kepustakaan, seni, filsafat, ilmu pengetahuan, dan industri.
Demikianlah, maka Baghdad, Damaskus, Kairo, Cordoba, dan
Granada dari masa ke masa menjadi pusat yang termasyhur dari
budaya Muslim dan membawa tinggi-tinggi obor cahaya dan ilmu
di Asia, Eropa, dan Afrika pada zaman di saat Barat sedang
tenggelam dalam kegelapan dan takhayul. Kaum Muslimin pada
permulaannya membawa bersama-sama pelajaran dari Yunani,
21 The Sayings of Muhammed, diterjemahkan oleh Sir Abdullah Al-Mamun al-
Suhrawardy (Wisdom of the East Series, London, 1945)
22 Guizot, History of European Civilization.
AGAMA ISLAM 253
Byzantium, Persia, China dan India pada satu tempat. Seluruh
karya ilmu pengetahuan yang ada itu kemudian mereka
terjemahkan ke bahasa Arab. Setelah mempelajari dan menyerap
semua yang tertulis mengenai macam-macam subyek dalam
pelbagai bahasa dan dikarang oleh kaum yang berbeda itu, mereka
kemudian membuat penelitian yang baru dan sumbangan yang
segar serta orisinal. Mereka menyebarkan ilmu pengetahuan ini ke
manapun mereka pergi dengan perantaraan sekolah-sekolah,
perguruan-perguruan tinggi, perpustakaan-perpustakaan, pusatpusat
penyelidikan serta laboratorium-laboratorium yang mereka
dirikan. Pintu gerbang lembaga-lembaga ilmiah kaum Muslimin
terbuka bagi segala bangsa, baik laki-laki maupun perempuan, yang
kaya maupun yang miskin, kaum Muslimin maupun bukan Muslim.
Demikianlah maka Prof. Frank Blackmore dari Universitas Kansas
menulis:
“Di setiap negeri yang ditaklukkan, tugas pertama Islam adalah
mendirikan suatu masjid di mana Allah disembah dan NabiNya
dimuliakan. Berdekatan dengan Masjid itu adalah suatu sekolah di
mana orang-orang diajar membaca dan mempelajari Qur’an. Dari
titik ini mereka mengembangkan studi ilmu pengetahuan, literatur,
kesenian, dan melalui apresiasi hal-hal yang menyeluruh ini
mereka mengumpulkan khazanah kesenian, dan ilmu pengetahuan
dari manapun mereka mendapatkannya. Dari imitasi mereka
memasuki lapangan besar kreasi, serta kemajuan besar diadakan
demi seluruh ilmu pengetahuan bagi seluruh ummat manusia.
Sekolah-sekolah didirikan, universitas-universitas ditegakkan, dan
perpustakaan-perpustakaan dibangun, ini meletakkan dasar yang
permanen dari ilmu pengetahuan”23
Tidak ada satu pun cabang ilmu pengetahuan di mana kaum
Muslimin tidak memberikan sumbangannya yang berharga. Mereka
23 Frank Blackmore, History of Human Society.
254 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
menciptakan ilmu kimia modern, memperoleh penemuanpenemuan
penting dalam astronomi, menambah banyak ilmu
pengetahuan di bidang matematika dan kedokteran, meletakkan
landasan ilmu sejarah dan sosiologi modern, dan membuat riset
yang sangat berharga dalam ilmu botani, geologi, geografi, zoologi,
dan cabang-cabang lain ilmu pengetahuan.24 Karya-karya Al-Razi,
Ibn Sina, dan Abu al-Qasim Zahrawi dalam bidang pengobatan, al-
Khawarizmi, al-Battani, al-Zarqali, dan Omar Khayyam dalam
matematika dan astronomi, Ibn al-Batuta dan Abu ZakariaYahya
dalam botani, al-Damiri dalam zoologi, Ibn al-Haytham dalam
fisika, Jabir dan al-Jahiz dalam kimia, Yaqur dalam geografi, dan
Ibn Khaldun dalam historiologi dan sosiologi (hanya kami sebutkan
yang paling menonjol dan masih banyak lagi cendekiawan Muslim
yang tak disebutkan) meletakkan landasan yang kuat di atas mana
struktur yang sangat mengesankan dari ilmu pengetahuan Eropah
modern dibangun. Yang terlebih penting dari sumbangan mereka
kepada cabang-cabang ilmu pengetahuan tertentu, menurut Robert
Briffault adalah penemuan kaum Muslimin atas metode ilmu
pengetahuan itu sendiri. Dalam Making of Humanity dia menulis:
“Meskipun tak ada suatu aspek tunggal pun dalam perkembangan
Eropa dimana pengaruh kebudayaan Islam yang menentukan tidak
dapat ditelusuri, tidak di manapun yang begitu jelas dan
mengejutkan seperti dalam . . . ilmu alam serta semangat
ilmiahnya.”
Ilmu pengetahuan berhutang budi atas kehadirannya kepada
kebudayaan Arab. Dunia tua adalah dunia sebelum adanya ilmu
pengetahuan. Orang-orang Yunani, membuat sistematika,
generalisasi dari teori, tetapi cara-cara yang tekun untuk investigasi,
akumulasi pengetahuan positif, observasi yang terinci serta
24 Untuk rinciannya, lihatlah R.L Gullick Jr., Muhammad the Educator (Institue of
Islamic Culture, Lahore), A.M.A Shushtery, Outlines of Islamic Culture (Sh. Muhammad
Ashraf, Lahore, 1966)
AGAMA ISLAM 255
berjangka panjang dari penyelidikan, percobaan, adalah asing bagi
temperamen Yunani. Apa yang kita sebut ilmu pengetahuan bangkit
di Eropa sebagai akibat semangat baru penelitian tentang metode
baru investigasi, eksperimen, observasi, pengukuran, tentang
perkembangan matematika dalam bentuk yang tidak dikenal oleh
bangsa Yunani. Semangat ini dan metode-metode tersebut
diperkenalkan ke dunia Eropa oleh bangsa Arab.”25
Selanjutnya lagi, kaum Muslimin telah memberikan sumbangan
penting atas teori dan praktik musik, serta telah banyak jasanya
mengubah karya-karya yang mengagumkan di bidang kesenian dan
arsitektur. Kemajuan kaum Muslimin dalam ilmu pengetahuan telah
memberikan imbas pada bidang industri, pertanian, perdagangan,
dan pelayaran. Meskipun kaum Muslimin tidak menemukan
pemikiran filsafat sebagaimana mereka menemukan penyelidikan
ilmiah, namun kemajuan mereka dalam bidang filsafat ini sangat
menonjol. Pemikiran Muslim terpecah dalam sejumlah aliran yang
terutama di antaranya adalah aliran Mu’tazilah (Skolastik
Rasional), aliran Ashari (Skolastik Ortodoks), aliran Sufi (Mistik),
dan Hikmat (Filsafat Ilmiah). Tiga aliran pertama tersebut tidak
saja dilahirkan oleh Islam, melainkan juga terpelihara dan
berkembang dalam keimanan Islam tersebut. Tidak diragukan lagi
bahwa aliran-aliran yang tersebut belakangan prosesnya
dipengaruhi oleh budaya Hellenic, tetapi di sini pula para ahli
filsafat Muslim - - seperti Al Kindi, Al Farabi, Ibn Maskawayah,
Ibn Sina, Ibn Tufail, dan Ibn Rushd - - menekankan cara pribadi
mereka yang mengesankan serta memberikan pengaruh yang cukup
besar atas lahir dan berkembangnya filsafat Eropa.26
SUFISME
25 Robert Briffault, The Making of Humanity, p. 191 (London, 1928)
26 M. Saeed Sheikh, Studies in Muslim Philosophy (Pakistan Philosophical Congress,
Lahore, 1962)
256 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Empat Khalifah pertama yang terpilih sebagai Kepala Negara
Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad s.a.w., adalah orang-orang
yang saleh dan taqwa. Mereka menjalani kehidupan suci dan
sederhana seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Suci s.a.w.
Mereka sepenuhnya membaktikan diri untuk kepentingan Islam dan
kesejahteraan serta kebahagiaan rakyat. Tetapi dengan naiknya
Bani Umayyah ke tampuk kekuasaan, kemewahan dan korupsi
mulai merayap masuk ke lingkungan istana. Para penguasa
Umayyah, dengan beberapa pengecualian yang pantas dihormati,
menjalani kehidupannya dan mengelola perkara-perkara
kenegaraan dengan suatu sikap yang jauh dari ajaran Islam. Merasa
risau dengan kehidupan materialistis dan korup dari para penguasa,
sejumlah besar orang yang taqwa dan tulus menarik diri dari
kehidupan umum dan membaktikan diri mereka demi
menyempurnakan diri dan memupuk kesucian batin serta kejujuran.
Mereka telah digambarkan oleh para penulis Barat sebagai ‘para
pertapa’ Islam. Orang-orang awam menghadap mereka untuk minta
petunjuk agama dan ilham bagi kehidupan berketuhanan. Salah satu
yang paling awal dan paling masyhur di antara mereka adalah
Hasan al-Basri (wafat tahun 728), seorang ahli agama yang tinggi
dan wali. Yang lain adalah Rabiah al-Adawiyah, mungkin seorang
wali dan mistikus wanita terbesar di dunia. Doanya kepada Tuhan
yang dicintainya adalah:”Wahai Tuhan, bilamana aku berbakti
kepadaMu karena takut akan Neraka, maka bakarlah aku dalam
Neraka, dan jika aku berbakti kepadaMu demi mengharapkan
Sorga, maka keluarkanlah aku dari Sorga. Tetapi jika aku berbakti
kepadaMu demi keridhaanMu, maka jangan Kau tahan-tahan
keindahanMu yang Abadi”27
Adalah di antara kaum sufi ini ajaran mistis muncul dalam
Islam. Tetapi kaum Sufi (mistikus Muslim) menyatakan bahwa
27 Dikutip oleh A.J. Arberry dalam Sufism (George Allen and Unwin Ltd. London, 1950)
AGAMA ISLAM 257
Sufisme adalah setua Islam sendiri, dan bahwa Nabi Suci s.a.w.
sendiri adalah seorang Sufi yang pertama. Pengalaman
keagamaannya, baik dalam bentuk maupun isinya, hanya dapat
difahami dengan benar dalam cahaya Sufisme. Para penulis Sufi
mengutip ayat-ayat Al Qur’an dan sabda Nabi Muhammad s.a.w.
untuk menunjang ajaran praktik hidup mereka. Di antara Sufi
permulaan yang terbesar adalah al-Muhasibi (781-837), Dhu’l-
Noon bangsa Mesir (wafat tahun 861), Abu Yazid (Bayazid) dari
Bistam (wafat tahun 875), al-Kharraz (wafat tahun 899), al-Junaid
dari Baghdad (wafat tahun 910) dan al-Hallaj. Beberapa Sufi
permulaan ini (yang disebut “mistikus mabuk”), dipandang dengan
sejumlah kecurigaan oleh ahli ahli agama resmi (sayangnya,
beberapa dari mereka itu terlalu harfiah dan legalistik dalam
penafsiran keagamaan mereka), dan baru pada abad 11 M, suatu
pemahaman yang lengkap, tercapai antara ahli-ahli agama dan
kaum Sufi di bawah pengaruh seorang ahli agama yang besar, al
Gazzali (wafat tahun 1111). Reputasinya yang besar sebagai
seorang ahli agama dan keahliannya atas Hukum Fiqih telah
menyebabkan beliau ditunjuk sebagai seorang guru di Nizamiyya
College yang termasyhur di Baghdad, tetapi penelitiannya terhadap
filsafat menjadikannya skeptis, dan merasa risau dengan pengajaran
yang sangat kering dari ahli agama yang resmi, di kalangan mana
beliau hidup. Pada usia limapuluh tahun beliau lari dari Baghdad,
dan menjadi seorang darwis pengembara serta menjalani kehidupan
yang penuh renungan, mempraktikkan bentuk ibadah kaum Sufi.
Dengan demikian beliau memperoleh kembali keyakinannya
dengan jalan pengalaman pribadi keagamaan. Dengan menolak
filsafat sebagai sarana untuk mencapai kebenaran, beliau menerima
prinsip-prinsip fundamental dan praktik-praktik keimanan Islam
berdasarkan pengalaman pribadi dalam wewenang mereka untuk
membawa orang-orang mukmin dalam bersatu dengan Tuhan,
258 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
beliau meletakkan tekanan khusus kepada aspek etis mistikisme
dan segi kerohanian ibadah.28
Di antara banyak hal-hal umum yang patut dicatat dari Sufisme
yang muncul selama abad ke sepuluh dan sebelas, perlu disebutkan
“Kitab al-Luma” dari Abu Nasir al Sarrak (wafat tahun 988), Qutal-
Qulub dari Abu Talib al-Makki (wafat tahun 996), Al-Ta’rruf li
madhhab al-Tasawwuf dari Abu Bakar al-Kalabadhi (wafat tahun
1000), Risala dari al-Qushairi (wafat tahun 1074), dan Kashf al-
Mahjub dari Hujwri. Pada abad ke duabelas Masehi muncullah
dasar-dasar Orde Sufi yang besar, yang paling penting di antaranya
ialah Qadariyah, yang didirikan oleh Mujaddid serta Wali Besar
Abdul Qadir Jailani (1078-1166); Suhrawardiya, didirikan oleh
Shihabuddin Umar bin Abdullah al-Suhrawardy (1144-1234);
Chishtiya, didirikan oleh Khawaja Moinuddin Chishti; dan
Maulawiyah, didirikan oleh Jalal-ud-Din Rumi (wafat tahun 1237)
mungkin dialah penyair terbesar di dunia.
Kaum Sufi menganggap diri mereka sebagai musafir dari
pengembaraan rohani dengan menempuh suatu jalan (tariqa), yang
telah membimbing para pengembara itu keluar dari dirinya sendiri,
mulai dari cara-cara jasmaniah, nafsu mementingkan diri sendiri,
dan kemudian meningkat lagi kepada penjagaan diri atau kesadaran
yang berkenaan dengan dirinya. Sasaran atau tujuannya ditetapkan
dari berbagai jalan atau tingkat, seperti gnosis (ma’rifat),
bersatunya diri dengan Tuhan (visal, ittihad), visiun dari Dia,
merasakan keindahanNya yang disingkapkan dari keagunganNya,
kata-kata yang terucapkan ketika lebur dalam api kecintaan Nya,
atau sederhananya sebagai puncak kesempurnaan jiwa. Inti
persoalannya, kelihatannya pada pengorbanan diri dalam
pencelupan cinta Ilahi yang menyebabkan manusia itu keluar dari
28 Lihat W.Montgomery Watt (penterjemah), The Faith and Practice of Al-Gazzali
(George Allen and Unwin), dan Muslim Intellectual – A Study of Al-Gazzali, juga oleh
Dr. Montgomery Watt (Edinburg University Press).
AGAMA ISLAM 259
pribadinya dan mengangkat dia, sehingga menganggap dirinya
sebagai pelayan semua orang. Dalam usaha untuk mencapai citacitanya
itu, suatu proses latihan yang panjang diwajibkan, literatur
sufi menggambarkan beberapa tahap (maqamat) di mana seorang
pengembara harus melaluinya. Yang paling awal dari ini terdiri dari
disiplin etika kaum sufi yang -- katakanlah suatÏ… konversi atau
pertobatan diri, penolakan diri, hidup miskin secara sukarela,
keteguhan hati, penolakan terhadap kehendak pribadi demi
kehendak Tuhan, percaya sepenuhnya kepadaNya, dan
ketenteraman jiwa, atau keadaan di mana seseorang diridhoi Tuhan
dan ia senantiasa ridho kepada Nya serta jalan-jalanNya. Maksud
mereka adalah untuk mengatur agar para murid terbebas dari
belenggu jiwa, mengatur jiwanya kearah pembatasan diri,
pembebasan diri, dan penyerahan diri. Dari sudut lain, mereka
dapat dikatakan mencitakan suatu kemajuan rohani yang suci
melalui ujian dan latihan untuk tujuan kesucian. Para Sufi itu
kemudian mengalami keadaan spiritual tertentu (ahwal), sesuai
dengan perkenan Tuhan yang akan memberkahi mereka. Di saat
tingkatan (maqomat) dicapai Sufi tersebut melalui usaha pribadinya
(koshish), maka keadaan spiritual (ahwal) akan menyebabkan daya
tarik supernatural (kashish).Ini adalah anugerah rahmat Ilahi dan
kemurahan Nya atas jiwa yang dapat menghapus segala
kepentingan diri sendiri, dan yang berkenaan dengan diri sendiri.
Karena demikian terbimbing dan dikaruniai rahmat Ilahi, sufi
tersebut dapat berharap bahkan dalam kehidupan yang tidak abadi
ini , dia memenangkan sekilas kehidupan abadi dengan melewati
diri (fana) menuju kesadaran akan adanya Tuhan (baqa).
Demikianlah, maka Junaid dari Baghdad mengatakan bahwa
Sufisme terdiri dari ini, yakni bahwa “Tuhan menyebabkan engkau
mati dirimu sendiri, dan hidup besertaNya” Di tempat lain beliau
menulis, “Orang yang arif (ma’rifat) adalah orang dalam kesadaran
260 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
yang mendalam Tuhan berbicara, padahal di saat itu dia sendiri
sedang terdiam.”29
Salah satu buah Sufisme yang paling indah adalah sajak-sajak
mistis Persia, sebagian besar diwakili oleh Sanai, Attar, Rumi,
Jami, dan Hafiz. Sajak-sajak mereka meniupkan toleransi dan kasih
sayang terhadap segalanya dan suatu ekspresi pencarian yang tekun
dari jiwa untuk bersatu dengan Tuhan. Kwartet berikut ini dari
Jalaludin Rumi (diterjemahkan oleh A.J. Arberry) memberikan
ekspresi bermacam pengalaman para Sufi dan merupakan curahan
jiwa yang penuh kebahagiaan:
1.
Bagaikan garam yang lebur di lautan
Aku ditelan dalam lautan Tuhan
Keimanan yang lewat, kekufuran yang lewat
Keraguan yang lewat, keyakinan yang lewat
Tiba-tiba dalam dadaku
Satu bintang bersinar terang dan kemilau
Segenap matahari-matahari di langit
Lenyap dalam sinar bintang itu
2.
Betapa bahagia aku
Dalam kalbu mutiara tergolek
Hingga terjerat oleh taufan kehidupan
Bagaikan gelombang yang gelisah aku berlari
Rahasia lautan
Aku gumamkan dengan menggelegak
Bagaikan segumpal awan menggelantung di pantai
29 Margaret Smith (editor), The Sufi Path of Love (Luzac and Co., Ltd., London 1954)
AGAMA ISLAM 261
Aku tertidur, dan tak gelisah lagi
3.
Kucari roh dalam lautan
Dan menemukan segumpal karang di sana
Di bawah riak-riaknya itu bagiku
Terletak lautan yang tak tersentuh
Dalam kemalaman kalbuku
Sepanjang jalan yang sempit
Aku meraba-raba, dan oh . . . cahaya
Suatu tanah terang yang tak terbatas.30
Karya agung Jalaluddin Rumi adalah sajak-sajaknya yang amat
banyak (diterjemahkan oleh Prof. R.A.Nicholson dalam tiga jilid
besar-besar), yakni Mathnawi yang berkisar pada lapangan khusus
Sufi. Ini sering kali digambarkan sebagai “Qur’an dalam bahasa
Parsi”. Dalam kata-kata Prof. A.J. Arberry, “Sebagimana Ibn Arabi
menyimpulkan dan mengumpulkan dalam suatu sistem tunggal
semua yang telah diucapkan dalam mistikisme dalam bahasa Arab
sebelum dia, begitu pula Rumi dalam karya agungnya mathnawi,
melakukan hal yang sama dalam bahasa Parsi. Klimaks terbesar
dalam mathnawi menurut Prof. Nicholson, adalah berisi baris dari
buku ketiga dimana Rumi nampaknya menentang teori Darwin, dan
menggambarkan bahwa seluruh barang-barang di alam ini
dihabiskan untuk turunnya Tuhan ke dalam Roh manusia yang
akhirnya dia kembali ke Rumahnya yang Asli dan Abadi”.
Aku mati sebagai mineral dan menjadi tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan dan bangkit sebagai seekor
binatang
30 A.J. Arberry (penterjemah), The Rubaiyat of Rumi (Emery Walker Ltd. London, 1949)
262 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
Aku mati sebagai binatang dan Aku adalah Manusia
Mengapa aku mesti takut?
Akankah aku menjadi berkurang dengan kematian?
Namun sekali lagi aku akan mati sebagai manusia untuk naik ke
atas
Bersama Malaikat yang diberkahi; tetapi bahkan dari jiwa
Malaikat
Aku harus berjalan terus: segala sesuatu kecuali Tuhan akan
musnah
Di saat aku telah mengorbankan jiwa malaikatku
Aku akan menjadi apa yang tak tertangkap oleh akal fikiran
Oh, biarkanlah aku tiada! Karena ketiadaan
Menyerukan dalam nada organ, “Kepada Nya kita semua akan
kembali” 31
ISLAM DAN AGAMA-AGAMA LAIN
Al-Qur’an menggambarkan Tuhan sebagai “Pencipta dan
Pemelihara alam semesta”. Dia menyediakan untuk memuaskan
tidak saja kebutuhan fisik, melainkan juga kebutuhan spiritual
ummat manusia. Manusia membutuhkan wahyÏ… Ilahi untuk
memuaskan kehausannya terhadap hidup keagamaan, dan untuk
membimbingnya di jalan yang benar semasa hidupnya. Kebutuhan
ini jelas dirasakan oleh rakyat di seluruh dunia. Dan demikianlah,
al-Qur’an berkata bahwa Tuhan telah menyatakan DiriNya dan
mengutus rasul-rasulNya kepada ummat manusia di setiap negeri
dari masing-masing bangsa.
“Dan tiada suatu ummat melainkan telah berlalu di kalangan
mereka seorang juru ingat” (35:24).
“Dan bagi tiap-tiap ummat adalah seorang Utusan” (10:47).
31 R.A. Nicholson (penterjemah), Rumi: Poet and Mystic (George Allen and Unwin, Ltd.
London, 1950)
AGAMA ISLAM 263
Al Qur’an meminta kaum Muslimin agar mempercayai para
Nabi dan guru rohani dari segala bangsa:
“Katakanlah: Kami beriman kepada Allah dan (kepada) apa
yang diwahyukan kepada kami dan yang diwahyukan kepada
Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Ya’kub dan anak-cucu dan
(kepada) apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, dan apa yang
diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka, dan kami tak
membeda-bedakan salah satu di antara mereka, dan kami adalah
orang yang tunduk kepadaNya” (2:136).
Jelaslah bahwa banyak nabi-nabi dari Alkitab sudah diketahui
nama-namanya dan diketengahkan dalam buku ini, yang lainlainnya
telah dikenal berdasarkan pengakuan umum, bahwa tak ada
satu kaum tanpa seorang guru rohani yang diberi wahyu Ilahi dan
ada indikasi yang jelas dalam Al Qur’an banyak dari para Nabi ini
tidak disebutkan namanya dalam Kitab Suci ini. Demikianlah
firmanNya:
“Dan sesunguhnya Kami telah mengutus para Utusan sebelum
engkau, sebagian mereka ada yang Kami kisahkan kepada engkau,
sebagian mereka ada yang tak Kami kisahkan kepada engkau”
(40:78).
Al Qur’an bukanlah sebuah kitab sejarah, Kitab ini hanya
menyebutkan beberapa dari nabi-nabi-- beberapa yang ada dalam
Alkitab (yakni dari ras Bani Israil), dan beberapa tidak ada dalam
Alkitab (yakni para Nabi yang bukan dari Bani Israil) -- sebagai
misal. Tetapi Al Qur’an menyerukan keimanan kepada para Nabi
dari segala bangsa, disebutkan ataukah tidak. Nabi Suci
Muhammad s.a.w. menghormati Zarathustra, meskipun beliau tidak
disebutkan dalam Al Qur’an sebagai seorang Nabi yang menerima
wahyu Ilahi, dan kaum Majusi sebagai “Ahli Kitab” (yakni
pengikut suatu agama wahyu). Begitu pula guru-guru agama yang
lain, seperti Krishna, Buddha, Kong Hu Chu, Lao Tzu, Mo Tzu,
Socrates, dan lain sebagainya – akan memperoleh persetujuan dan
264 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
penghormatan dari kaum Muslimin sepanjang mereka termasuk
dalam ruang lingkup baris-baris yang telah saya kutip.
Penghormatan yang sama oleh Islam kepada guru-guru
keagamaan juga jelas dari kenyataan bahwa kaum Muslimin tidak
menyebut diri mereka Muhammadan. Karena kedekatan mereka
adalah cenderung kepada maksud Tuhan daripada kepada pribadi
Muhammad. Seseorang yang menyerahkan diri kepada kehendak
Ilahi disebut Muslim. Begitu pula para Nabi yang lain dan para
pengikut mereka yang sejati adalah Muslim dan disebut demikan
pula dalam Al Qur’an..
Karena segenap Nabi itu menerima petunjuk mereka dari Tuhan
yang sama, Tuhan Yang Esa dan Satu-Satunya, maka inti sari
risalah seluruh Nabi itu tentu saja sama. Mereka mengajarkan
agama yang sama kepada bangsanya masing-masing:
“Ia menjelaskan kepada kamu agama yang telah Ia perintahkan
kepada Nuh, dan yang telah Kami wahyukan kepada engkau, dan
yang telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Musa dan Isa,
yaitu tegakkanlah agama dan janganlah berpecah-belah di dalam
itu: (42:13).
Doktrin fundamental agama sejati sebagaimana diwahyukan
melalui para Nabi, di manapun dan kapan pun mereka dibangkitkan
adalah sebagai berikut:
(1) Percaya kepada Keesaan dan Kebajikan Tuhan.
(2) Percaya bahwa Tuhan adalah Tuhan Yang Esa dan Hidup
dan menyatakan DiriNya kepada manusia dan
membimbingnya ke jalan yang benar. Karena itu:
(3) Percaya kepada para Nabi sebagai utusan Tuhan dan kitab
suci mereka (dalam bentuknya yang asli) sebagai kitab
Ilahi.
(4) Membedakan antara kebaikan dan keburukan, dan
kewajiban manusia untuk menghindari kejahatan dan
berbuat apa yang benar dan baik
AGAMA ISLAM 265
(5) Tanggung jawab pribadi manusia atas tindakan-tindakannya.
(6) Keabadian roh dan kehidupan sesudah mati, di saat
perbuatan baik dan buruk setiap manusia akan menjadi
nyata.
Setiap Nabi tersebut menyatakan bahwa tujuan agama ialah
membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan, agama yang sejati
ialah penyerahan diri kepada kehendak dan maksud tujuan Ilahi
serta berbuat kebajikan kepada sesama manusia. Ajaran moral para
Nabi itu sangat serupa. Intι ajaran itu adalah kaidah emas: "Tak
seorang pun dari padamu beriman hingga dia mencintai saudaranya
seperti dia mencintai dirinya sendiri”. Jika pada saat ini agama yang
dikaitkan dengan para Nabi yang berbeda itu tidak sama satu
dengan lainnya, dan dari doktrin fundamental yang kami sebutkan
di atas hal itu disebabkan oleh alasan berikut ini :
(1) Risalah para Nabi yang datang sebelum Nabi Muhammad
s.a.w. tidak sampai ke tangan kita dalam kemurnian yang
sesungguhnya, wahyu serta ilham yang diajarkan oleh para
Nabi itu tidak dituliskan selama mereka hidup, pada saat
wahyu dan ilham itu dituliskan mereka sengaja atau tidak
telah disalahartikan atau rusak dan dirobah dengan
bermacam cara oleh penganut masing-masing; Kitab
Sucinya berulang kali direvisi dan dirobah yang lebih
dipercaya dalam mengemukakan agama-agama tersebut
ialah para pengikutnya yang belakangan dan bukannya katakata
wahyu dan ajaran Nabi pendirinya (misalnya Surat
Paulus lebih dipercaya daripada kata-kata asli Yesus dalam
agama Kristen).
(2) Missi para Nabi yang telah datang sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. adalah untuk masing-masing bangsa
mereka dan hanya untuk zaman yang bersangkutan - dan
tidak untuk seluruh ummat manusia di segala zaman – dan
demikianlah bersama dengan doktrin-doktrin agama yang
266 AGAMA-AGAMA BESAR DUNIA
fundamental dan universal; kitab mereka juga berisi banyak
perkara yang hanya mengandung arti sementara.
Essensinya sama, tetapi rinciannya berbeda, yakni untuk
memenuhi kebutuhan masing-masing abad dan masingmasing
bangsa.
Nabi Muhammad s.a.w. menghidupkan risalah asli para Nabi
sebelumnya dan membetulkan kesalahan yang telah menyusup ke
dalam agama-agama mereka karena kegagalan para pengikutnya
untuk mempertahankan kesuciannya yang asli. Jadi para Nabi
semua agama adalah nabi-nabi Islam, dan kebenaran kapan pun dan
di mana pun diwahyukan adalah termasuk di dalam Al Qur’an
adalah Kebenaran Islam. Tetapi di saat para Nabi yang lebih awal
hanya datang kepada bangsanya sendiri, Nabi Muhammad s.a.w.
telah datang untuk seluruh ummat manusia: “Tiadalah Kami utus
engkau (wahai Muhammad) tetapi sebagai rahmat bagi sekalian
bangsa” (24:107). Agama-agama yang diwahyukan kepada nabinabi
sebelumnya belumlah lengkap dan tuntas, hanya cocok untuk
kebutuhan zaman serta bangsa di mana agama tersebut diturunkan,
tetapi Islam adalah suatu sistem keagamaan yang lengkap dan
universal yang menyediakan petunjuk untuk semua aspek
kehidupan dan bisa memasuki kebutuhan keagamaan dan moral
untuk sepanjang zaman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi
kamu Agama kamu dan Aku lengkapkan nikmatKu kepada kamu
dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama” (5:3).
Selanjutnya Al Qur’an ditulis selama hidup Nabi Suci s.a.w. dan
telah datang kepada kita tepat seperti apa yang diwahyukan kepada
Nabi s.a.w. dari Tuhan.
Jadi bagaimana Islam berdiri dalam hubungannya dengan
agama agama lain?
Mula-mula Islam menyajikan jantung dan inti dari agamaagama
wahyu yang sebelumnya – essensi yang tak pernah mati – di
luar penambahan dan perobahan yang timbul belakangan. Nabi
AGAMA ISLAM 267
Muhammad s.a.w. menemukan kembali kemurnian dan
kesederhanaannya yang asli dari agama-agama wahyu yang
terdahulu, intinya kekurangan waktu pada saat ditegakkan para
Nabi sebelumnya.
Kedua, Nabi Muhammad s.a.w. membuat universal isi ajaran
para Nabi sebelumnya dengan memotong apa saja yang mempunyai
arti khusus mengenai nilai, makna, dan pentingnya bagi bangsa
tertentu dan hanya untuk saat tertentu dengan mengangkat tinggitinggi
apa-apa yang mempunyai nilai universal.
Ketiga, Islam membuat jelas apa yang remang-remang dalam
agama agama lain dan mengajarkan banyak kebenaran yang belum
diwahyukan sebelumnya, karena saatnya waktu itu belum masak
dan para Nabi tersebut tidaklah dikirim untuk seluruh ummat
manusia dan untuk sepanjang zaman. Jadi Nabi Muhammad s.a.w.
melengkapkan bangunan agama wahyu.
Keempat, bilamana para Nabi sebelumnya telah melakukan
mukjizat-mukjizat untuk mendukung kebenaran agama mereka dan
meyakinkan rakyatnya. Islam menghimbau kemampuan akal
fikiran manusia dan memintanya agar memperhatikan tanda-tanda
bukti di alam ini serta pelajaran dari sejarah. Al Qur’an merangsang
manusia untuk mencari kebijaksanaan dan demi kebenaran untuk
menggunakan kecerdasannya dan menerapkan akal sehatnya. Pada
saat ini keajaiban-keajaiban mungkin hanya bisa meyakinkan
beberapa orang yang menyaksikannya sendiri, tetapi tidak ada
nilainya bagi generasi penerus yang ingin mencari kebenaran. Akal
sehat dan tanda bukti dari alam, pada sisi lainnya, memiliki
validitas yang universal. Muhammad s.a.w. adalah Nabi abad
modern dan Islam adalah agama kemanusiaan. Dengan menerima
para Nabi dari segala kepercayaan sebagai benar-benar Utusan
Tuhan, Islam mendambakan untuk mempersatukan seluruh agamaagama
dalam satu Agama Universal yang Tunggal

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.