Selasa, 05 April 2011

sejarah peradaban eropa awal

Peradaban dimana kita hidup ini sering disebut sebagai peradaban modern. Menurut kamus elektronik Merrian-Webster, kata “modern” berasal dari bahasa latin “modernus”. Kata ini berasal dari kata “modo”. Kata “modernus” berarti “bahwa sekarang adalah”, sedangkan kata “modo” berarti “dengan cara”. Kata latin ini kemudian menjadi kata “modern” sebelum tahun 1585 untuk mendeskripsikan awal suatu era baru.

Perabadaban modern awal meliputi seluruh era Rennaisance. “Rennaisance” berarti kelahiran kembali. Disebut demikian karena pada awal peradaban modern tersebut terjadi kelahiran kembali pemikiran-pemikiran dan bahkan kebudayaan Eropa kuno saat sedang mencapai puncak kejayaan di bawah Yunani dan Rumawi. Awal gerakan rennaisance adalah penterjemahan kembali buku-buku Yunani dan Rumawi kuno yang diawali oleh Giovanni Boccaccio dan Francesco Petrarch. Tema sentral gerakan ini adalah humanisme, pencarian aktif ilmu pengetahuan dan bukan hanya menerima apa yang ada saja, dan keyakinan terhadap cita-cita republik.[1] Gerakan “Rennaisance” ini berawal di Florence Italia, berlangsung antara tahun 1400-1600 Masehi[2]. Karena renaissance bermula dari Italia (Eropa), sedangkan renaissance adalah awal peradaban modern[3], maka Eropa merupakan titik-tolak awal sejarah perkembangan peradaban modern. Indikasi sederhananya, kata “modern” itu sendiri berasal dari bahasa latin, bahasa asli Eropa sejak sekitar tahun 1000 SM.

Pada jaman rennaisance, buku-buku IPTEK banyak yang diterbitkan dalam bahasa masyarakat lokal, sedangkan pada abad pertengahan, buku-buku IPTEK diterbitkan dalam bahasa Latin dan bahasa Yunani sebagai bahasa ilmiah dan bahasa akademis. Penulisan dan penterjemahan teks-teks bahasa Latin dan bahasa Yunani ke dalam bahasa lokal memasyarakatkan IPTEK. Perembesan buku hingga level akar rumput terjadi dengan cepat seiring dengan pemberantasan buta huruf di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Pada gilirannya, hal ini mengakibatkan munculnya para penemu, penulis buku, pemikir, para ahli berbagai bidang dari golongan rakyat jelata.

Meskipun telah banyak yang dialihbahasakan ke bahasa lokal, namun jejak bahasa latin dan bahasa Yunani sebagai bahasa iptek jaman pra-modern dan jaman modern dapat kita lihat.

Contoh:

1. Penggunaan bahasa latin dalam biologi

Pada abad pertengahan, ilmu biologi telah berkembang dalam sekolah-sekolah yang disebut gimnasium dengan bahasa pengantar adalah bahasa latin. Ketika memasuki jaman modern, bahasa pengantar ilmu biologi berubah menjadi bahasa lokal, tapi bahasa latin masih tetap digunakan dalam penamaan seluruh makhluk hidup di seluruh dunia. Biologi kuno adalah cabang dari filsafat alam Aristoteles dari Yunani (Eropa). Bahasa latin masih digunakan sebagai bahasa pengantar buku-buku ilmu biologi hingga abad ke-18.

2. Penggunaan bahasa Yunani dalam penamaan ilmu secara umum

Contoh:

- Zoologi: “Zoo” (hewan) + “Logos” (Ilmu)

- Filsafat: “Philia” (cinta) + “Sophia” (hikmat, kebijaksanaan)

- Biologi: “Bios” (kehidupan) + “Logos” (Ilmu)

3. Penggunaan huruf-huruf Yunani dalam Fisika dan Kimia

Fisika dan kimia adalah cabang filsafat alam dalam filsafat Aristoteles dari Yunani (Eropa). Ilmu-ilmu ini populer pada jaman rennaisance seiring peningkatan popularitas buku-buku Yunani kuno dalam jaman rennaisance yang menandai jaman modern.

Kelompok masyarakat yang mencetuskan dan mendorong terjadinya rennaisance adalah golongan wirausahawan atau pedagang besar. Keluarga besar Italia yang dikenal terlibat dalam mengawali renaissance adalah keluarga besar Medici. Mereka membutuhkan banyak pekerja cerdas untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi agar menang bersaing dari kompetitor mereka. Hal itu mengakibatkan mereka mencari orang-orang pintar sebagai pekerja dengan upah yang lebih tinggi daripada pekerja yang tak berpendidikan. Permintaan terhadap pekerja cerdas mendorong masyarakat untuk belajar, agar memperoleh pekerjaan dengan pendapatan yang lebih baik. Kebutuhan para wirausahawan terhadap kualitas pekerja yang bermutu menumbuhkan permintaan akan pendidikan, sehingga pendidikan tersebar ke masyarakat luas.

Reformasi Martin Luther turut mempercepat proses ini dengan membawa pendidikan ke tengah-tengah rakyat jelata, sebab mereka punya idealisme bahwa setiap orang harus bisa membaca sendiri, dan untuk itu, maka pengajaran menulis huruf latin dan pelajaran membaca bagi rakyat jelata jadi sangat ditekankan. Idealisme ini mempengaruhi gerakan rennaisance dan bahkan nantinya mempengaruhi jaman modern.

Setelah memasuki jaman modern, IPTEK Eropa berkembang dengan sangat pesat. Ini mengakibatkan peningkatan kekuatan negara-negara Eropa. Ungkapan terkenal jaman renaissance yang menggambarkan pandangan masyarakat Eropa terhadap pengetahuan dirumuskan oleh Sir Francis Bacon (1561 - 1626) dalam bukunya “Religious Meditations, Of Heresies” yang terbit pada tahun 1597, yaitu: “Knowledge is Power” (Pengetahuan adalah kekuatan). Penguasaan IPTEK mendatangkan kekuatan. Hal ini disadari betul oleh negara-negara Eropa pada jaman modern.

Penguasaan IPTEK di bidang militer menghasilkan kekuatan militer. Ketika lawan-lawannya masih menggunakan pedang, negara-negara Eropa telah menggunakan pistol, senapan, dan meriam. Keunggulan militer membuat mereka mempunyai kekuatan untuk menguasai daerah-daerah yang tertinggal dalam bidang IPTEK, semisal kerajaan-kerajaan di Nusantara ini. Kalah di bidang IPTEK mengakibatkan Nusantara kuno jatuh terjajah ke dalam tangan Eropa yang mempunyai kekuatan IPTEK yang lebih unggul.

Penguasaan IPTEK di bidang manufaktur menghasilkan kekuatan produksi. Dengan biaya yang lebih murah, menghasilkan produksi yang lebih banyak dan berkualitas lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat. Kekuataan ekonomi negara-negara yang telah memasuki jaman modern membuat negara-negara lain yang terdesak oleh mereka jadi turut masuk jaman modern pula, baik secara sukarela ataupun dengan terpaksa.

Misal, pemerintah Ottoman Turki yang bertahan menolak modernisasi pada akhirnya dikondisikan untuk masuk jaman modern. Ini dapat dilihat dalam bidang percetakan. Hingga tahun 1450 Masehi, pemerintah Ottoman Turki masih mengikuti fatwa haram kaum ulama yang mengharamkan penggunaan mesin cetak. Mesin cetak disebut sebagai “Temuan setan”. Akibatnya, buku-buku terbitan warga atau pun pemerintah Ottoman kalah bersaing dengan buku-buku dari Eropa yang dicetak dengan mesin cetak. Harga buku-buku Eropa ini lebih murah dan diproduksi masal dengan jumlah yang jauh lebih banyak, sebab diproduksi menggunakan mesin. Turki tertinggal jauh karena masih memproduksi buku dengan disalin tangan. Agar tak tertinggal, akhirnya mesin cetak diijinkan di Turki. Tapi itupun didirikan oleh orang-orang Yahudi, karena mereka tidak menuruti fatwa ulama Turki itu. Modernisasi Turki dibidang percetakan dipelopori oleh orang-orang Yahudi Sefardik pada tahun 1450 Masehi[4]. Tapi percetakan ini dilarang untuk mencetak buku-buku berbahasa Turki dan Arab. Jika melihat buta huruf menyebar di kalangan masyarakat Turki hingga abad 18, sebenarnya pemerintah Ottoman tidak perlu takut dengan mesin cetak. Percetakan Turki baru ada tahun 1729, ditutup tahun 1742, dan dibuka lagi tahun 1784 dengan sensor ketat pemerintah.[5]

Prinsip “Knowledge is power” jaman renaissance masih terus dipegang oleh peradaban modern. Ini bukan hanya dilakukan oleh negara, tapi juga oleh aktor non-negara, seperti Google, inc. Sebagai penyedia layanan mesin pencari online, google mempunyai kekuatan yang sangat besar untuk mengarahkan informasi yang akan dibaca pembaca. Pengakuan akan kekuatan Google datang saat Barack Obama yang didukung Google menang. Penguasaan IPTEK oleh Google menghasilkan kekuatan politik dalam tubuh pemerintahan Barack Obama.

Ketika Google berkonfrontasi dengan Cina, Google tidak kalah oleh tekanan Cina. Blokir yang diterapkan pemerintah Cina terhadap google tidak mempan karena ada teknologi anti blokir. Jika Cina saja tidak mampu memblokir internet, maka diragukan Indonesia mampu memblokir internet. Faktanya, blokir yang Indonesia terapkan tak ada artinya bagi netter yang melek teknologi.

Kekuatan IPTEK internet untuk menguasai dunia juga dipegang oleh Amerika, sebab internet diciptakan, dikembangkan, dan dimiliki oleh Pentagon Amerika dengan backbone yang juga berada di Amerika. Setiap informasi via internet pasti terdeteksi Amerika. “Internet adalah milik bersama” hanyalah jargon kosong. Penetrasi internet ke setiap kantor, rumah, dan setiap bagian masyarakat memungkinkan pemerintah Amerika untuk mengumpulkan informasi (pengetahuan) hingga level individu, terlebih saat ini setiap individu punya internet dalam telepon genggam dan komputer pribadi.

Prinsip “Knowledge is Power” yang lahir pada jaman Rennaisance dan yang mengawali jaman modern benar-benar diterapkan dalam negara-negara modern sedunia. Ini pun mengindikasikan bahwa titik tolak jaman modern adalah Eropa

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.