Masih ingat, undur-undur? Ia biasa membangun kubah sarang berbentuk corong di tanah berpasir atau berdebu di kolong rumah panggung atau emperan rumah. Di hutan, ia juga biasa bersarang di bawah pohon-pohon besar yang memiliki 'space' tanah gembur. Ketika kecil, saya dan teman sepermainan biasa menangkapnya beberapa ekor, untuk dijadikan 'atlet" lomba lari mundur di lantai, hahaha...! Memancing undur-undur amat mudah. Pertama, kita harus menangkap dulu lalat ataupun nyamuk. Hewan umpan itu kita ikat di ujung sehelai rambut, lalu kita mendekatkan umpan tersebut ke pusat sarang undur-undur. Bagaimana tahu bahwa sarang undur-undur ada penghuninya atau tidak? Gampang! Bila saat umpan didekatkan ke sarang undur-undur, kemudian ada semacam gerakan dari pusat sarang yang menyebabkan debu atau pasir di lereng menjadi gugur, maka bisa dipastikan bahwa sarang itu dihuni undur-undur. Semakin kuat gerakan 'gempa' tertanda makin besar undur-undur yang menghuninya. Bila tak ada gerakan sama sekali, bisa dipastikan tak ada dundur-undur. Atau..., undur-undur sedang dalam tahapan 'masa tidur' dalam kepompongnya. Ada lebih dari 200 jenis undur-undur, dari yang besar tubuhnya cuma segede kacang hijo, hingga undur-undur afrika yang panjang tubuhnya mencapai 15 cm! (Ingat, kita sedang ngomong soal undur-undur tanah, bukan UNDUR-UNDUR LAUT yang satu sama lain berbeda jenis) Masyarakat Yunani kuno menyebut undur-undur sebagai Myrmeleontidae. Myrme berarti SEMUT, dan leon berarti SINGA. So, Myrmeloentidae berarti SEMUT SINGA. Dari istilah Yunani kuno ini pula orang Barat menyebutnya ANTLION alias SEMUT-SINGA Ada benarnya juga penamaan 'semut-singa' ini, karena mulut undur-undur dilengkapi sepasang rahang kuat, dan makanan utamanya umumnya memang semut yang tertarik berkelana di pinggiran sarangnya, dan dengan sebuah gerakan, undur-undur membuat getaran 'gempa' di lereng sarangnya, hingga semut terperosok jatuh dan..."Hap!" Sepasang rahang kuat mencapit dan mengisap sari tubuh semut. Ada salah kaprah masyarakat selama ini, yang menganggap undur-undur sebagai sesosok hewan solid. Padahal, tak demikian sebetulnya. Undur-undur sebenarnya merupakan larva sejenis serangga, yang mengalami proses metamorpose sempurna dengan siklus: telur, larva, pupa (kepompong) dan dewasa sebagai mahluk terbang. Secara alamiah, selepas musim kawin, induknya sengaja menyimpan telur-telurnya di tanah. Telur yang kemudian bermetamorfosis menjadi larva yang kita kenal sebagai undur-undur. Undur-undur tak pernah mendapat 'kasih-sayang' ibu. Karena sejak berupa telur, sang ibu sudah tak bertanggungjawab atas hidupnya. Alamlah yang memelihara kelangsungan hidupnya. Pasir hangat akan menetaskan telur-telur menjadi larva. Larva akan saling memakan satu-sama-lain untuk bisa hidup dan dapat gizi. Inilah seleksi alam. Sisa-sisa larva (undur-undur) yang eksis, membangun sarangnya masing-masing untuk bisa memerangkap mahluk lain untuk disantapnya. Tak jarang, para induk yang sedang menaruh telur pun tercapit oleh rahangnya yang kuat. Undur-undur mahluk aneh, hidup tanpa anus. Ampas makanan sisa metabolisme ia simpan di tubunnya, sampai kelak ia keluarkan saat sudah bermethamorpose sebagai serangga dewasa. Itu sebabnya, dulu saya bisa menemukan undur-undur besar, hingga sebesar biji kedelai, karena ia berhasil menyantap banyak semut ataupun lalat (atau bahkan induk undur-undur) hingga tubuhnya relatif lebih besar dari yang lain. Sekitar dua minggu kemudian, undur-undur akan membangun kepompong di sarangnya. Dari kepompong dibawah corong sarang itu kelak akan muncul mahluk bersayap yang cantik, mahluk bersayap yang akan hidup sekitar dua minggu lagi sebelum ia bertelur. Anda tahu, mahluk cantik apa yang terlahir dari methamorpose pula undur-undur? Dialah "Kinjeng Dom" kata orang Jawa, dan anak-anak di Betawi mengenalnya sebagai CAPUNG JARUM. (heryus saputro, sebagai bagian dari rancang naskah "Betawi Yang Hilang")
Jumat, 05 Agustus 2011
UNDUR-UNDUR oleh Heryus Saputro pada 05 Agustus 2011 jam 11:53
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar