Rabu, 02 November 2011

Sohbah Istimewa Buat Habib Ali Al-Jufri

by MADADULHAQQ on MAY 22, 2011

in ARTIKEL

Sohbah Istimewa Buat Habib Ali Al-Jufri

Sohbah Istimewa Buat Habib Ali Al-Jufri

Sohbah Istimewa Buat Habib Ali Al-Jufri

Sulthan Awliya Mawlana Syaikh Nazim Adil qs

Lefke Cyprus, 23 November 2010

A’uzubillah himinash shaitan nirrajeem. Bismillah-hir Rahman-nir Rahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

(Suhbah ini khusus diberikan kepada yang mulia Habib Ali Al Jufri, ketika beliau mengunjungi Maulana di Lefke. Maulana memberikan Suhbah mengenai Sultanul Arifin, Sayyidina Abu Yazid Al Bistami (QS), Syekh Agung yang merupakan Mursid ke enam dari urutan Thariqat Naqshbandi, yang Maqamnya berada di Damascus, meski sebagian orang berkata bahwa maqam beliau berada di Iran.)

Maulana Syaikh Nazim qs: Setiap manusia pasti merasakan ketakutan dan cemas akan Hari Pembalasan. Siapakah yang tidak merasa gentar saat diadili di hadapan Tuhan Yang Maha Esa pada Hari itu. Hati Sayyidina Abu Yazid Al Bistami qs (semoga Allah selalu meninggikan kedudukan beliau dan memelihara rahasia beliau) selalu mengharap-harap akan tibanya Hari tersebut.

Beliau berkata,”Aku selalu menanti Allah memanggil namaku pada Hari itu! “Oh Aba Yazid!” Tuhanku akan memanggil namaku pada Hari itu, apalagi yang lebih aku inginkan? Setelah Dia memanggil namaku, bahkan jika Dia melontarkanku ke neraka selepas itu, tidak mengapa, aku tidak akan takut akan api neraka, sebagaimana aku tidak akan merasakan kebahagian bahkan bila Dia memberiku seluruh syurga dibandingkan dari kenikmatan yang aku alami saat Dia memanggil dan menyebut namaku.

“Adalah satu kehormatan luar biasa, sungguh nekmat dan indah, bagiku ketika mendengar Dia menyebut namaku! Dan ketika Dia mengadiliku, Dia akan bertanya, apa yang aku perlukan setelah ini, aku akan menjawab,”Aku tidak memerlukan apapun, kenikmatan ini sudah cukup Yaa Allah dari zaman azali (pra keabadian) hingga keabadian, mendengar Tuhanku menyebut namaku.’ Karena Allah, Zat Nya, Kalam Nya, adalah abadi di telingaku, dan aku akan selalu mendengar Dia menyebut namaku. “Oh! hamba KU, oh! hamba KU, oh! hamba Ku, oh! Aba Yazid.” Hanya itu yang aku perlukan, aku tidak menginginkan syurga, aku tidak takut api neraka, cukuplah mendengar Tuhan ku yang Maha Esa menyebut namaku sementara aku bukanlah siapa-siapa….”

Kedudukan semacam apa ini, Maqam seseorang yang hanya menginginkan Allah? Wahai hamba Allah, selalulah bersama Allah, kemudian Allah akan mendukungmu.

Habib Ali Jufri : Kami memohon ampunan dan ketulusan.

Maulana Syaikh Nazim qs : Siapalah saya ini (untuk mengabulkan sesuatu)? Tidakkah kita mempunyai Nabi (SAW) (sehingga engkau meminta ini dariku?) Apakah Allah swt tidak akan membahagiakan Rasulullah (SAW) (dengan memberikan pengampunan dan perlindungan pada umatnya)? Sungguh, Rasulullah (SAW) akan bersedih bila beliau bahkan hanya kehilangan satu umatnya karena dilempar ke dalam neraka, jadi akankah Dia mencampakkan salah seorang hamba Nya ke dalam neraka?

Habib Ali Jufri : Benar, Allah telah menjanjikan Rasulullah (SAW) untuk tidak mengecewakannya. Saya memohon keridhoan dan ampunan karena saya malu terhadap Allah.

Maulana Syaikh Nazim qs : (menjawab dengan lembut) Apakah kita benar-benar merasa malu (dalam segala realitas)? Kesopanan telah lama disingkirkan dari muka bumi (tatkala Jibril (AS) datang untuk menyingkirkan Haya (Rasa malu) dari bumi, orang-orang dahulu malu untuk berbuat dosa di hadapan Allah, namun kini tidak lagi orang-orang malu berbuat dosa

Habib Ali Jufri : Kami memohon (pengetahuan dan bimbingan), ya Syekh.

Maulana Syaikh Nazim qs : Rasulullah (SAW) pernah bertanya pada Allah,”Kurniakan aku Umat ini,” dan Allah menjawab,”mereka adalah Ummat yang diampuni, diselubungi dengan rahmat. Aku telah menganugerahkanmu Ummatmu, wahai Nabiku yang tercinta (SAW).” Kita adalah umat yang dicintai, umat yang diampuni. Jika kamu punyai empat puluh anak, apakah kamu dapat menerima bahkan bila salah satunya diambil oleh Sultan? Apakah hal tersebut dapat memberikan ketenangan dihatimu?

Habib Ali al Jufri : Tidak.

Maulana: Rasulullah (SAW) adalah Rahmat bagi semua ciptaan, Allah akan menganugerahkan beliau sehingga hatinya puas. Allah akan berkata kepada Rasulullah (SAW),”Hingga hatimu berasa amat puas, hingga hatimu rela, katakan apa saja yang engkau maukan, wahai kekasihku Ku!” (dan Rasulullah (SAW) tidak akan berasa puas sehingga kesemua orang beriman, diselamatkan oleh Allah.)

Habib Ali al Jufri : Allah berfirman dalam Kitab Suci Al Quran

وَلَسَوۡفَ يُعۡطِيكَ رَبُّكَ فَتَرۡضَىٰٓ

Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (Surah Ad-Duha 93:5)

Maulana Syaikh Nazim qs : Siapakah kita ini? Kita ini hanya semut di mata Allah. Jika semut berbuat salah/silap, apakah kita marah dan terganggu karenanya? Apakah hal itu membebani kita?

Habib Ali Jufri : Tentu saja, tidak!.

Maulana Syaikh Nazim qs : Karenanya pahami ini, karena ini adalah jalan menuju kepada kebahagiaan. (ya itu, kita harus gembira memiliki Tuhan yang pengampun, kita tidak boleh berputus harapan pada rahmat dan ampunan Allah, Dia selalu mengampuni orang beriman yang bertobat, karenanya kita harus gembira.)

Habib Ali al Jufri : Syekh (Maulana) adalah pintu bagi kami menuju kebahagiaan. Dalam sebuah hadis, Nabi saw berkata,”Kabarkan kebahagiaan dan rahmat, untuk membahagiakan hati manusia.” (Maulana selalu membuat orang bahagia, beliau berkata, sudah terlalu banyak kesedihan di muka bumi, bawalah kebahagiaan pada hati mereke dan sembuhkan sakit mereka.)

Maulana Syaikh Nazim qs : Bukankah Allah yang maha pengampun? Siapa yang Dia ampuni? Apakah ampunan itu untuk Nabi (SAW)? Tentu sahaja tidak. Ampunan Nya adalah buat pendosa! (Makanya siapa-siapa yang berbuat dosa tidak boleh berputus asa dari rahmat dan ampunan Nya, karena Allah berfirman,”Rahmat Ku lebih luas dari kemurkaan Ku.”)

إِنَّا فَتَحۡنَا لَكَ فَتۡحً۬ا مُّبِينً۬ا. لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعۡمَتَهُ ۥ عَلَيۡكَ وَيَہۡدِيَكَ صِرَٲطً۬ا مُّسۡتَقِيمً۬

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus (Surah Al-Fath 48:1-2)

Maulana Syaikh Nazim qs : Dosa-dosa di masa lampau dan masa depan, telah diampuni (bagi siapa-siapa yaang benar-benar bertobat). Apakah kamu mengira seseorang dapat melalui pengawasan dan pengadilan Allah? Tidak seorangpun pantas berdiri di hadapan Nya dan diadili! (maka carilah ampunan sebelum menghadapi Nya.)

Habib Ali al Jufri : kami gembira andaikan kami menjadi seperti Anda dan bersama anda (Maulana) di dunia ini dan di akhirat kelak. Ini telah diatur sejak Hari Alastu birrabbikum, Hari Perjanjian! (setiap orang Suci punya murid, dan akan menemani murid-murid mereka menuju Keabadian, jadi Habib merasa nyaman bersama Maulana, karena setiap domba harus bersama gembalanya agar aman dari serigala.)

Maulana Syaikh Nazim qs: Qalu bala! Alhamdulillah! Ini telah ditetapkan sejak Hari Perjanjian. Kami adalah hamba padaNya, kami adalah hambaNya. Dia tidak akan melemparkan kami ke neraka, bersyukurlah pada Allah karena hal itu. Tetapi kita harus berwaspada akan satu hal. Nabi bersabda,”Allah telah mengajarkanku dengan adab yang terbaik.” Jadi barang siapa yang memiliki adab terbaik, akan berada di hadapan Allah, namun siapa-siapa yang beradab buruk, dengan sikap seperti hewan, akan ditempatkan dimana mereka dapat memenuhi nafsu badani, makan dan minum. (Jadi meskipun semua umat Muhammad pada akhirnya akan diselamatkan, ada beberapa jenis syurga yang berbeda untuk mereka, ada yang dekat dengan Allah, yang lain, jauh. Nabi SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, kita tidak boleh puas hanya dengan melakukan ajaran-ajaran paling minimum dalam Islam, kita harus berusaha menjadi yang paling depan dalam keimanan, yang terbaik dari semua orang beriman! Karena orang-orang beriman jenis ini yang nanti paling dekat dengan Allah, selamanya).

وَكُنتُمۡ أَزۡوَٲجً۬ا ثَلَـٰثَةً۬ (٧) فَأَصۡحَـٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ مَآ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ (٨) وَأَصۡحَـٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ مَآ أَصۡحَـٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ (٩) وَٱلسَّـٰبِقُونَ ٱلسَّـٰبِقُونَ (١٠) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلۡمُقَرَّبُونَ (١١

Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman,merekalah yang paling dulu (masuk syurga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepadaAllah). (Surah Al-Waqi’ah 56:7-11)

Maulana Syaikh Nazim qs: Semua orang tahu bahwa binatang tidak akan diadili. Bayangkan bila anda seorang petani. Bila seekor binatang tersesat di ladang lalu memakan tanaman, anda tentu akan mengadu ke hakim tentang apa yang terjadi, agar mendapatkan ganti dari kerugian. Akankah sang hakim meminta sang binatang untuk dibawa menjadi saksi dan memberikan kesaksian di pengadilan?

Habib Ali al Jufri : Tentu tidak.

Maulana Syaikh Nazim qs: Jadi, siapa yang akan dibawa ke pengadilan? Pemilik binatang, sang gembala. Begitu banyak manusia seperti binatang (ternak) bila dilihat dari kelakuan/atribut/sifat. Binatang ternak tidak pernah diberi tanggungjawab. Manusia sekarang mempunyai sifat seperti binatang, sekarang ini, setiap orang hidup tanpa akal sehat, tanpa tanggungjawab-sepertinya binatang! (Jadi kita harus mencari gembala, seorang ‘pengacara’ yang dapat membela kita di pengadilan Tuhan,kita harus mencari seorang Pembimbing! (Barang siapa yang tidak punya seorang Syekh, akan mengambil ego/syahwatnya sebagai pembimbing mereka.)

أَرَءَيۡتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ ۥ هَوَٮٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيۡهِ وَڪِيلاً. أَمۡ تَحۡسَبُ أَنَّ أَڪۡثَرَهُمۡ يَسۡمَعُونَ أَوۡ يَعۡقِلُونَ‌ۚ إِنۡ هُمۡ إِلَّا كَٱلۡأَنۡعَـٰمِ‌ۖ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ سَبِيلاً

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu). (Surah Al-Furqan 25:43-44)

Habib Ali al Jufri : Jadi kita bukan siapa-siapa melainkan binatang, ya Syekh!

Maulana Syaikh Nazim qs : Jika kita bisa berubah, menanggalkan sifat binatang kita, kita tidak akan lagi menjadi binatang, kita akan dapat mencapai tempat kita di syurga, kita menjadi bagian dari manusia malakuti, manusia surgawi. Jadi kita harus menyingkirkan kelakuan buruk kita, kita harus berusaha menjadi baik. Seseorang tanpa kelakuan baik seperti binatang, tidak dapat memegang tanggung jawab. (Orang yang berkelakuan buruk ditempatkan di kandang kuda jauh dari Istana. Namun orang yang bersih, berkelakuan baik, akan diizinkan masuk istana, duduk bersama Raja!)

Al-Fatihah.

Wa min Allah at Tawfiq

kiriman dari Haqiqat Al huda (Sy. Erawan Yusron)

0 komentar:

Posting Komentar

copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.