SISTEM PEMERINTAHAN PADA MASA UMAYYAH DAN TRAGEDI KERBELA Abdul Hadi W. M. Ketika mulai menjalankan pemerintahannya Daulah Umayyah menghapuskan dasar-dasar syurayang telah dilaksanakan pada masa Khalifah al-Rasyidin. Tampuk pemerintahan dan kekuasaan sepenuhnya berada di tangan raja. Sistem pemerintahan yang sentralistik dan monolitik ini didukung oleh kekuatan militer, politik dan diplomasi yang terorganisir rapi. Umayyah meniru sistem Rumawi dan Byzantium, yang sistem pemerintahannya sentralistik dan monolitik, serta otoriter dan hegemonik dalam pelaksanaan. Sebagai akibat dari perubahan sistem pemerintahan itu maka organisasi politik (al-Nizam al-Siyasah) mengalami perubahan pula. Perubahan asasi terlihat dalam sistem khilafah. Kepala pemerintahan (khalifah) tidak lagi dipilih berdasarkan musyarawarah, melainkan diangkat berdasarkan keturunan. Pemerintahan dengan demikian berada di tangan raja.Penyelewengan dan KKN semakin mudah berkembang. Dalam menjalankan pemerintahan khalifah dibantu oleh Dewan Sekretaris Negara (Diwan al-Khitabah) dan Dewan Kepegawaian (Diwan al-Hijabah). Diwan al-Khitabah dipimpin oleh seorang ketua dibantu lima orang khatib masing-masing: (1)Khatib al-Rasa’il, untuk urusan surat menyurat kerajaan; (2)Khatib al-Kharraj, untuk urusan pajak dan keuangan; (3) Khatib al-Jund, untuk utusan ketentaraan; (4) Khatib al-Syurthalik, untuk urusan kepolisian; (5) Khatib al-Qadhi, untuk urusan kehakiman. Umayaah membagi kerajaan ke dalam lima wilayah besar: (1). Hejaz, Yaman dan Najd, yaitu wilayah pedalaman Jazirah Arab. (2) Iraq Arab, yaitu bekas wilayah kerajaan Babylonia, Assyria dan Iraq Persia, termasuk juga Oman, Bahrayn, Karman, Sajistan, Kabul dan Khurasan, serta sebagian wilayah Punjab di India. (3) Mesir dan Sudan. (4) Armenia, Azerbaijan dan Asia Kecil.. (5) Afrika Utara, Libya, Andalusia (Spanyol dan Portugal), Sisilia dan Sardinia. Tiap wilayah ini diperintah oleh seorang Amir al-`umara (gubernur jendral) dibantu oleh beberapa amir (gubernur). Jabatan amir al-`umara dan `amir diberikan kepada orang Arab. Dalam perkembangannya kemudian pemerintahan Umayyah membentuk organisasi pos dan kepolisian Organisasi pos memainkan peranan penting sejak zaman Mu`awiyah disebabkan luasnya wilayah kerajaan yang harus dihubungkan melalui jaringan komunikasi atau surat menyurat yang baik. Organisasi Kepolisian (syurthah) pada mulanya berada di bawah lembaga kehakiman (al-qadhi), namun kemudian dipisahkan. Lembaga ini pada mulanya bertugas melaksanakan keputusan pengadilan, namun kemudian bertugas mengawasi masalah kejahatan dan keamanan. Sebuah lembaga kepolisian yang sangat penting di antaranya ialah yang disebut nizam al-ahdas, yang tugasnya mirip dengan brigade mobil. Organisasi Tata Usaha Negara. Lembaga-lembaga yang berlindung di bawah organisasi tata usaha negara )al-nizam al-idar) ialah :al-dawwiin, al-imarah alal buldan, barid dan syurthah. Al-Dawawin adalah lembaga yang mengurus tata usaha pemerintahan. Terdiri dari empat: (a) Dewan Tata usaha pajak dan keuangan (diwan al-kharraj); (b) DewamTata Usaha Surat Menyurat(diwan al-rasa’il); (c) Dewan Urusan Surat-surat Lamaran, penerangan, dan lain-lain disebut diwan al-khatim: (d) Sebuah lagi lembaga Diwan al-Mushtagaghilat al-mutanauwi’ah. Organisasi Keuangan atau al-Nizam al- Mal. Organisasi keuangan terutama mengurus penyaluran uang dari kas kerajaan untuk gaji pegawai dan biaya negara. Di dalamnya terdapat pula lembaga yang mengurus keluar masuknya keuangan serta sumber darimana uang itu diperoleh. Misalnya lembaga yang disebut al-dharaib, yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh seriap warga negara kepada negara. Bagi warga negara yang belum memeluk agama Islam dikenakan pajak khusus yang lebih tinggi. Sedangkan lembaga yang mengurus keuangan negara dan biayaan pemerintahan disebutMasharif Bait al-Mal. Lembaga ini mengurus penyaluran keuangan atau biaya negara untuk pos-pos seperti:( 1) Gaji pegawai, tentara dan biaya administrasi negara. (2) Biaya pembangunan tanah pertanian, termasuk irigasi dan penggalian beberapa terusan. (3) Biaya untuk penjara dan tawanan perang. (4) Biaya angkatan perang dan perlengakapan tentara. (5) Hadiah-hadiah negara untuk para sastrawan, cendekiawan, ilmuwan dan ulama. (6) Biaya dinas rahasia. Gaji tentara dan dinas rahasia termasuk tinggi. Tentara terdiri dari angkatan darat dan angkatan laut. Kemahiran orang Arab dalam pelayaran dimanfaatkan utnuk membangun angkatan laut yang kuat. Pemerintahan Umayyah memiliki banyak kapal perang yang terhitung paling modern pada zaman itu. Karena kekuatan angkatan lautnya inilah mereka dapat menaklukkan Spanyol yang kemudian disebut Andalusia. istem ketentaraan Uamyyah meniru sistem Persia. Undang-undang wajib militer diterapkan untuk mendpatkan personil militer yang banyak. Organisasi Kehakiman Organisasi kehakiman dibagi ke dalam tiga badan: Pertama, al-Qadha, yaitu qadhi yang bertugas menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama.Kedua, al-Hisbah, kepalanya disebut al-muhtasib, bertugas menyelesaikan masalah-masalah perdata dan pidana yang memerlukan waktu cepat. Ketiga, al-nazar fi’l-mazalim. Mahkamah tinggi atau mahkamah banding. Tugas seorang hakim ialah memutuskan perkara menurut ijtihadnya karena pada waktu itu bekum ada madzab fiqih yang diakui. Sebab itu hakim memiliki kebebasan memutuskan perkara , khususnya dalam mengadili petugas pajak yang menyeleweng. Mahkamah banding dibantu oleh lima orang pejabat dan dua lembaga pengadilan banding. Biasanya keputusan banding dilakukan di masjid. Kelima pejabat mahkamah banding itu masing-masing dibantu oleh: Pengawal yang kuat, hakim atau qadhi yang ahli. Fuqaha (ahli fiqih) yang tugasnya memberi nasehat hukum agama kepada hakim, para sekretaris dan saksi ahli. Syura dan Tragedi Kerbela Syura adalah sistem pemilihan seorang pemimpin melalui musyawarah yang diikuti oleh kelompok-kelompok yang ada dalam komunitas Muslim. Pada masa Ali dan Mu’awiyah berseteru, bentuk syura yang diadakan ialah tahkim, yaitu pemilihan yang dilakukan oleh sebuah dewan hakim yang ditunjuk oleh pihak-pihak yang bersaing. Tradisi syura ini dihapuskan oleh Mu’awiyah ketika menetapkan putranya Yazid menjadi penggantinya di tampuk pemerintahan. Tidak mengherankan apabila golongan Khawarij melancarkan penentangan dengan mencetuskan berbagai pembrontakan. Akibat lain ialah kekecewaan golongan Syiah, yang mengharapkan syura diadakan, sebab mereka yakin bahwa pemimpin mereka Husein ibn Ali merupakan calon kuat pengganti Mu’awiyah. Selain itu mereka menganggap Yazid tidak memiliki kemampuan menjadi pemimpin. Tragedi Kerbela yang menyebabkan gugurnya Husein dalam pertempuran yang tidak adil dan tidak seimbang, telah menyebabkan kian parahnya perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Setelah wafatnya Husein, pengikut faham Syiah semakin bertambah dan gerakan mereka pun semakin kuat. Tragedi Kerbela. Husein ibn Ali adalah imam golongan Syiah ketiga. Dia adalah adik kandung Hasan dan cucu Nabi Muhammad s.a.w. yang saleh dan cerdas. Ketika Mua’awiyah wafat dan Yazid ditunjuk sebagai penggantinya, Husein yang berada di Madinah. Yazid memerintahkan gubernur Madinah agar menyerukan seluruh penduduk Madinah memberi ba’at (menyampaikan sumpah setia) kepadanya. Husein dan para pengikutnya menolak memberikan bai’ah kepada Yazid, juga menolak undangan agar dia menghadap Yazid. Sebaliknya bersama karib kerabat dan keluarganya dia pergi ke Mekkah untuk menenangkan diri dan menemui para pendukungnya di Hejaz. Kedatangan Husein di Mekkah menggelisahkan Abdullah ibn Zubair, seorang tokoh politik yang licik dan berambisi menjadi penguasa Hejaz. Seperti Husein Abdullah bin Zubair menolak memberikan bai’ah kepada Yazid. Kedatangan Husein jelas merupakan rintangan baginya untuk memenuhi ambisinya itu, sebab ketokohan Husein lebih menonjol dibandingkan dirinya. Dia mulai mengatur siasat untuk menyingkirkan Husein, yaitu dengan menyarankan agar dia pergi Kufa dan meninggalkan Mekkah. Tidak lama setelah Husein berada di Mekkah ratusan surat berdatangan kepadanya dan memintanya pergi ke Kufa untuk dibai’ah oleh para pendukungnya menjadi imam mereka. Abdullah ibn Zubair menganjurkan Husein pergi ke Kufa memenuhi permintaan para pendukungnya itu. Tetapi tokoh lain, Abdullah bin Abbas, menganjurkan Husein tidak meninggalkan Mekkah dan memberi isyarat bahwa semua itu adalah tipu muslihat belaka untuk menyingkirkan dirinya. Tetapi Husein tidak mengacuhkan saran Abdullah ibn Abbas. Dia mengutus dua orang pembantu dekatnya, Muslim ibn `Aqil dan Hani’, pergi ke Kufa. Tugasnya ialah melihat keadaan para pendukungnya di Kufa. Ketika penduduk Kufa mendengar utusan Husein tiba, mereka berkumpul di masjid dan menyatakan dukungan penuhnya kepada Husein. Tetapi tidak lama kemudian tiba-tiba mereka lenyap. Ketika itu gubernur Kufa ialah Nu’man ibn Basyir. Yazid ibn Muawiyah sudah lama tidak senang kepada Nu’man, karena menurut laporan bukan orang yang setia kepada Umayyah. Ketika utusan Husein tiba di Kufa, pada saat itulah Nu’man dipecat dari jabatannya sebagai gubernur. Sebagai penggantinya dia mengangkat gubernur Basra, Ubaidillah ibn Ziyad sebagai penggantinya. Sejak saat itu provinsi Kufa dan Basra digabung menjadi satu. Setelah pengangkatannya itu segera Ubaidillah pergi ke Kufa membawa pasukan besar untuk mengamankan keadaan. Dia sudah diberitahu bahwa Muslim ibn `Aqil berada di Kufa menghimpun para pendukung Husein. Rencana kedatangan Ubaidillah telah didengar oleh penduduk Kufa. Mereka segera pergi menghilang dan meninggalkan Muslim ibn `Aqil dan Hani’ di istana gubernur Nu’man. Melihat kenyataan ini Ubaidillah tidak membuang kesempatan. Kedua pembantu Husein itu dibunuh di istana Kufa. Di Mekkah Husein mulai berpikir untuk menggabungkan diri dengan Muslim ibn `Aqil. Ketika itulah dia dinasehati oleh Ibn Abbas agar tidak pergi ke Kufa. Tetapi nyatanya dia lebih mendengar saran Abdullah ibn Zubair. Demikian pada akhirnya Husein berangkat dengan diiringi anggota keluarga, karib kerabat dan para pendukungnya. Di tengah perjalanan dia berjumpa Farazdaq, seorang penyair terkenal, yang bersimpati kepadanya. Penyair ini datang dari Kufa. Husein bertanya tentang keadaan penduduk Kufa ketika dia meninggalkan kota itu. Farazdaq menjawab: ”Hati mereka bersama Anda, tetapi pedang mereka bersama Umayyah. Namun ketentuan ditetapkan dari langit dan Allah bertindak sesuai kehendak-Nya.” Malangnya Husein hanya ingat kata-kata terakhir, Maka bersama rombongannya dia meneruskan perjalanan menuju Kufa. Kemudian berjumpa seorang pemimpin suku Arab, Muthi’ al-Adawi, yang mengingatkan bahwa orang-orang Bani Umayyah berencana membunuhnya. Husein disarankan agar tidak meneruskan rencananya ke Kufa. Tetapi Husein tidak mengindahkan saran itu dan meneruskan perjalanan bersama rombongannya. Dalam perjalanan berikutnya dia berjumpa Baqir al-Tsa’labah yang baru kembali dari Kufa. Baqir bercerita bahwa dua pembantu Husein yang diutus menyelidiki keadaan di Kufa, yaitu Muslim ibn `Aqil dan Hani ibn `Urwah, telah dibunuh secara keji oleh pasukan Ubaidillah, gubernur Kufa yang baru. Kedua kaki masing-masing diseret ke tengah pasar. Al-Tsa’labah meminta Husein mengurungkan niatnya untuk pergi ke Kufa dan memohon agar pulang kembali ke Madinah. Namun sayang, orang-orang Bani `Aqil yang menyertai rombongan itu, mendesak Husein melanjutkan perjalanan dengan tujuan membalas kematian pemimpin mereka. Husein lantas berkata, ”Yang ingin kembali ke Madinah, silakan kembali! Yang ingin melanjutkan perjalanan, mari lanjutkan perjalanan! Kami tidak mau memaksa kalian!” Mendengar perkataan itu, sebagian besar anggota rombongan itu membubabarkan diri, terutama mereka yang baru bergabung dengan Husein di tempat yang dilalui Husein dalam perjalanannya. Yang tetap setia mengikuti Husein hanya sebagian kecil, lebih kurang 100 orang. Di Zu Huzum, sebuah desa kecil tidak jauh dari Kerbela, rombongan Husein ditemui oleh Al-Hurr ibn Yazid beserta pasukannya. Karena saat itu waktu salat tiba. Huur meminta Husein memimpin salat dan menyampaikan pidato seusai salat. Tanpa mempedulikan bahwa yang dihadapi adalah musuh-musuhnya, Husein menyampaikan pidato singkat. Dia menyerukan agar mereka memberontak terhadap Umayyah karena pemerinntahannya zalim dan diskriminatif. Setelah turun dari mimbar, pasukan al-Hurr mengepung Husein. Al-Hurr sendiri berdiri dengan pedang terhunus di depan Husein. Dia meminta Husein tidak pergi ke Kufa menemui para pengikutnya. Husein setuju dan memutuskan untuk pergi ke Kerbela. Ketika Husein sedang dalam perjalanan ke Kerbela, al-Hurr mengirim surat kepada Ubaidillah. Di Kerbela, Husein dan pengikutnya diserang oleh ribuan tentara Ubaidillah. Pertempuran segera meletus. Tetapi karena pasukan musuh juah lebih besar dan kuat, akhirnya pengikut Husein kalah. Tidak ada seorang pun yang selamat, semuanya tewas. Husein sendiri tewas secara mengenaskan. Usianya ketika itu 55 tahun. Dia ditikam dengan tombak, kepalanya dipotong dan tubuhnya diinjak-injak atas perintah panglima Ibn Ziyad, orang kepercayaan Ubaidillah. Seperti dalam keadaan mabok dia menyanyikan sebuah syair ketika tubuh Husein telak remuk dan terpisah dari kepalanya. Syair yang dinyanyikan ialah sebagai berikut: Untamu sarat dengan emas dan perak Raja yang dijaga ketat telah kubunuh Telah kubunuh orang terbaik di kalangannya Orang yang ibu dan ayahnya tergolong bangsawan Kepala Husein kemudian dibawa kepada Yazid di Damaskus. Ikut dalam rombongan itu tujuh sanak saudara Husein yang selamat. Isak tangis, ratapan dan raungan bergema di istana Damaskus ketika mereka menyaksikan potongan kepala Husein yang dibawa oleh pasukan tentara Ubaidillah dari Kufa. Yazid dan keluarga Bani Umayyah sangat menyesalkan peristiwa itu. Sejak itu gerakan orang-orang Syiah semakin keras, semakin gigih dan tersebar luas. Hari kematian Husein diperingati setiap tahun dengan upacara besar-besaran dan ini menumbuhkan semangat teersendiri di kalangan pengikut Syiah. Kematian Husein di Kerbela mengguncangkan Bani Hasyim. Karena trauma dengan kejadian itu, mereka untuk sementara waktu berusaha menenangkan diri dengan tidak melakukan berbagai gerakan. Tetapi Abdullah ibn Zubair berbeda. Dia menyambut gembira kematian Husein itu. Kini kesempatan untuk menjadi khalifah telah terbuka baginya, sebab saingan utamanya telah tiada. Dengan memanfaatkan kematian Husein oleh pasukan Umayyah, dia bisa menghasut penduduk Hejaz bersatu menentang Umayyah. Demikianlah kemudian dia memproklamirkan diri sebagai Khalifah dan memaklumkan pembrontakan terhadap Umayhah. Dia mendapat banyak pengikut dalam waktu cepat dan gerakannya segera tersebar luas ke penjuru jazirah Arab. Ahli sejarah al-Thabari meriwayatkan bahwa dalam sebuah kesempatan Abdullah ibn Zubair menyampaikan pidato. Dalam pidatonya dia memuji-muji Husein dan mengecam kezaliman Umayyah. Dengan cara demikianlah Abdullah ibn Zubair menghimpun dukungan. Pembrontakan dan gerakan ibn Zubair baru dapat dihentikan pada masa pemerintahan Abdul Malik. Ibn Zubair sendiri terbunuh pada tahun 73 H atau 692 M. Dua tahun setelah Husein wafat, Yazid pun meninggal dunia. Keadaan di negeri Syams menjadi goncang. Pemerintahan Umayyah bukan saja menghadapi pemberontakan Bani Zubair, tetapi juga dari kaum Khawarij dan Syiah. Yang paling genting ialah pergolakan yang terjadi di Kufa. Pergolakan berkelanjutan sehingga akhirnya pemerintahan Daulah Umayyah runtuh dan tunduk kepada Abbasiyah pada tahun 749, dengan meninggalkan negeri yang tercabik-cabik dan umat yang terpecah belah. (BERSAMBUNG)
Rabu, 14 Maret 2012
LINTASAN SEJARAH ISLAM (13)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar