sufis gila (Muhammad Hasan ‘Abata)

Posted By Mbah Kanyut
Thursday, 15/09/9:04 AM

ARTIKEL TERKAIT

• ABDUL MUHYI PAMIJAHAN: Wali Penyebar ‘Martabat Tujuh” di Tatar Sunda
• Waliyullah Syekh Yusuf “Tuanta Salamaka” Almakassary albantany
• mbah sholih ndarat sang pelopor penerjemah al quran dalam bahasa jawa
• :: Biografi Imam Bukhori r.a. (194-256 H / 810-870 M) ::
• Mengenal Abû Manshûr ‘Abdul-Qâhir al-Baghdâdî Lebih Dekat

Muhammad Hasan ‘Abata

Ia adalah seorang sufi yang jadzab. Muhammad Hasan ‘Abata adalah seorang mursyid tarekat Rifaiyyah di Mesir. Riwayat menyebutkan beliau termasuk sayyid. Kelak, putranya, Syekh Hasyim, memisahkan diri dari tarekat ayahnya, dan mendirikan tarekat sufi sendiri yang disebut tarekat Qushayriyya Hashimiyyah, pada 1940-an. Namun pada 1950-an tarekat ini dilebur kembali ke dalam tarekat Rifaiyyah sebagai cabang semi-otonom, yang disebut Bayt ‘Abata.

Gelar ‘Abata, yang berarti “ketololan” adalah julukan yang dinisbahkan kepada Syekh Muhammad Hassan karena kelakuannya yang terkesan tolol saat mengalami jazb. Selama periode jazab-nya, Syekh Muhammad Hasan berambut gondrong, kadang digelung, dan terkadang bahkan mengenakan baju perempuan. Syekh Muhammad Hasan meninggal pada tahun 1941 dan dimakamkan di pemakaman sederhana di dekat masjid Sayyidah Aisyah di kawasan Kairo, Mesir. Beliau dimakamkan bersama istrinya, Zaynab, dan gurunya, Syekh Rihani.

semasa hidupnya, Syekh Hasan sering mengadakan pertemuan zikir. Setelah ia meninggal, pengikutnya mengadakan pertemuan zikir dan shalawatan di makamnya setiap hari Rabu. Pada 1970-an jamaah yang menghadiri pertemuan itu makin banyak. Sebagian dari mereka membentuk kelompok tersendiri yang dikenal sebagai kelompok “dabbus.” Mereka menggunakan alat yang disebut “dabbus” yakni rantai bola besi kecil yang ada pisau-pisaunya di ujung rantai, yang diayun-ayunkan ke tubuh selama melakukan zikir. Ritual ini dimaksudkan untuk menunjukkan keberkahan dari Syekh Hasan, sebab mereka yang disabet dengan rantai besi ini tidak mengalami luka. Namun, karena dikhawatirkan terjadi penyimpangan ke arah klenik, maka praktik kemudian di dilarang oleh otoritas tarekat Rifaiyyah.

Setelah putra Syekh Hasan, yakni Syekh Hasyim ibn Muhammad Hassan meninggal pada 1985, jamaah yang melakukan ritual setiap rabu semakin berkurang. Putra dari Syekh Hasyim tak mau diangkat menjadi mursyid pengganti. Akibatnya, pengikut dari Syekh Hasan menjadi tersebar dan terpecah. Sebagian pengikut yang masih setia menghadiri zikir rabu adalah dari golongan miskin. Meski demikian, haul Syekh Hasan ‘Abata masih digelar setiap tahun dan dihadiri banyak orang.

catatan kaki :

1. Jadzab yang terjadi pada seorang wali atau orang yang shalih kekasih Allah adalah merupakan anugrah Allah, karena arti jadzab adalah Allah mencabut akal duniawi kekasih-Nya, lantas hanya diperuntukkan khusus mengingat dan mendekat diri kepada-Nya. Sehingga terkadang secara dhahir para kekasih Allah yang jadzab ini berperilaku tidak seperti layaknya orang yang sehat akal dan jasmani.

2. Jadzab yang ditampakkan oleh sebagaian awwam untuk memperlihatkan bahwa dirinya adalah termasuk kekasih Allah, dengan cara-cara yang NYELENEH / berbuat yang aneh-aneh bahkan terkadan sampai melanggar syariat, padahal hatinya penuh dengan hajat duniawi, maka para pelakunya adalah pembohong yang bakal mendapatkan siksa dari Allah