[Training Pengembangan Diri] PART 2
Pemateri Bang Bachtiar Firdaus
Kamis, 9 Desember 2010, pukul 5.00 s.d. 6.30 WIB
Kamis, 23 Februari 2012
Kepemimpinan Profetik (Pelajaran Untuk Sang Pemimpin, Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa)
Post under Catatan kajian
Catatan Kajian
Dalam kisah Nabi Musa, setelah Nabi Musa diangkat menjadi Nabi, Nabi Musa belajar tentang pengalaman kepada Nabi Khidir. Mengapa Nabi Musa disuruh oleh Allah untuk belajar kepada Nabi Khidir yang tidak mempunyai pengikut adalah karena Nabi Khidir mempunyai ilmu yang sangat dalam. Lalu juga Nabi Khidir adalah Nabi yang mempunyai pengalaman yang sangat banyak. Nabi Khidir juga sering melanglang buana mengunjungi berbagai tempat. Tidak seperti Nabi Musa yang hanya menetap di wilayah Mesir.
Ada perbedaan antara kepemimpinan dan kekuasaan. Pemimpin tidak harus menempati jabatan tertentu, sedangkan penguasa belum tentu mengendalikan para pengikut yang dikuasainya secara formal. Paradigma kepemimpinan menuju ke arah idealisme, sedangkan paradigma kekuasaan lebih menuju ke arah tirani. Dalam kisah perjuangan Nabi Musa, berliau pernah berpidato di depan kaumnya tentang bagaimana cara menjatuhkan kekuasaan di kalangan Bani Israil. Di tengah pidatonya, beliau ditanya oleh seseorang bahwa siapakah di antara mereka yang mempunyai banyak ilmu. Nabi Musa dengan spontan menjawab “itulah aku”. Dari jawaban yang agak bersifat sombong tersebut, Nabi Musa ditegur oleh Allah dan diwajibkan bertemu dengan salah satu hambaNya di antara pertemuan dua buah laut. Itulah yang menyebabkan Nabi Musa selalu berjalan di pesisir pantai karena sedang mencari pertemuan antara dua buah laut.
Khidir secara bahasa artinya hijau. Hijau melambangkan kesegaran. Nabi Khidir memiliki pengetahuan yang segar karena beliau selalu berpertualang. Metode pembelajaran yang dilakukan Nabi Khidir adalah metode yang khas, yaitu menangkap hikmah kearifan dari pengalaman konkrit. Karena antara Nabi Musa dan Khidir berbeda, Khidir dan Musa menetapkan sebuah kontrak belajar yang harus ditepati selama masa pembelajarannya, yaitu Nabi Musa harus sabar dalam menjalani pembelajaran ini. Banyak segala keanehan yang akan terjadi di depan matanya. Nabi Khidir mengajak Nabi Musa untuk menjalani dan mengalami sendiri peristiwa yang mengejutkan. Kita sebagai pembaca harus hati-hati dalam mentafsirkan kisah-kisah Nabi Khidir. Syariat yang kita gunakan adalah syariat dari Rasulullah yang berbeda dengan syariat pada zaman Nabi Musa.
Ada tiga kejadian aneh yang akan dialami oleh pengalaman perjalanan Nabi Khidir dan Nabi Musa. Kejadian pertama yaitu, saat mereka (Khidir dan Musa) menumpang sebuah perahu nelayan untuk melakukan perjalanan. Namun ketika perahu tersebut telah sampai di tengah lautan, Nabi Khidir malah merusak perahu tersebut. Nabi Musa bingung dan merasa aneh. Beliau bertanya kepada Nabi Khidir mengapa perahu tersebut malah dirusak dan dilubangi, padahal nelayan tersebut sudah baik-baik memberikan tumpangan kepada mereka secara gratis. Nabi Musa berpikir bahwa yang dilakukan oleh Nabi Khidir adalah hal bodoh karena dengan melubangi perahu akan dapat menenggelamkan penumpangnya. Nabi Khidir menjawab, “Bukankah sudah kukatakan, bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”. Nabi Musa khilaf dan mereka pun kembali melanjutkan perjalanannya.
Keduanya kemudian berjalan hingga mereka bertemu dengan salah seorang anak kecil. Tatkala itu, Nabi Khidir langsung membunuh anak kecil tersebut tanpa penjelasan apa-apa. Nabi Musa mulai marah dan bertanya kepada Nabi Khidir, “mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih?”. Nabi Musa merasa aneh dengan perilaku Nabi Khidir. Adalah sesuatu yang abnormal melihat seorang Nabi membunuh anak kecil yang tidak bersalah. Lalu Nabi Khidir menjawab dengan jawaban yang sama, “bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan mampu sabar bersamaku?”. Nabi Musa mulai hilang kesabarannya dan berkata, ”jika saya bertanya lagi mengenai sesuatu yang aneh, maka jangan boleh lagi aku menyertaimu”. Artinya jika satu kali lagi Nabi Khidir berbuat aneh dan Nabi Musa bertanya tentang itu, maka Nabi Musa akan berhenti belajar kepada Nabi Khidir. Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan.
Dalam perjalanannya, mereka melewati sebuah negeri. Karena kelelahan, mereka berdua meminta tolong untuk dijamu oleh penduduk negeri tersebut. namun penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka dan bersifat antipati kepada mereka berdua. Kemudian di dekat perbatasan negeri itu, mereka mendapati dinding rumah salah satu penduduk negeri tersebut dalam keadaan hampir roboh. Melihati hal itu, Nabi Khidir menegakkan pondasi dan dinding rumah yang hampir roboh tersebut. Nabi Musa bertanya kembali mengapa Nabi Khidir mau menegakkan dinding rumah itu padahal penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Nabi Musa pun menyarankan kepada Nabi Khidir untuk meminta imbalan kepada penduduk negeri tersebut. Nabi Khidir menjawab, “inilah perpisahan antara aku dengan engkau. Aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya”.
Akhirnya mereka berpisah saat itu. Ada sebuah pertanyaan, kenapa Allah menyuruh Musa untuk bertemu Nabi Khidir kala itu. Hal itu karena merupakan momen yang tepat untuk pembelajaran kepada Nabi Musa yang sedang menghadapi kekuasaan Fir’aun. Inilah pelajaran bagi kita. Sang guru tetap konsisten dengan metode pembelajaran yang menurut guru tersebut adalah metode pembelajaran terbaik meskipun mendapat protes dari muridnya. Mendidik calon pemimpin seperti Nabi Musa tentu lebih sulit daripada membina orang biasa. Oleh karena itu, materi dan metode pengajarannya pun berbeda.
Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah pertama bahwa Nabi Khidir merusak dan melubangi perahu tersebut. hal itu dilakukan karena ada kapal perompak yang merampas setiap perahu yang lewat di dekatnya. Oleh karena itu, Nabi khidir merusak sedikit penampilan perahu tersebut agar tidak menarik perhatian perompak. Jika kita petik hikmahnya, bahwa yang Nabi Khidir hanya merusak “penampilan” perahu yang artinya organizational performance. Musa adalah pemimpin bani Israil yang sedang mengalami penindasan berat. Hal ini penting untuk menjaga penampilan organisasi. Jangan langsung ambil aksi jika keadaan internal organisasi masih belum siap. Hal itu yang terjadi pada zaman Nabi Musa yang ingin segera mengalahkan kekuasaan Fir’aun dengan kondisi umatnya yang belum mendukung. Tidak mudah membangun kesolidan di organisasi. Musa yang cenderung emosional lebih dan inginnya berontak disuruh menjaga penampilan organisasinya.
Pelajaran dari kisah kedua, ketika seorang anak kecil dibunuh oleh Nabi Khidir. Hal itu dilakukan karena anak tersebut adalah anak nakal yang sering berbuat jahat dan ingkar dan durhaka kepada orang tuanya. Ini mengajarkan bahwa bibit kejahatan harus segera dihilangkan sejak dini. Khidir berkata bahwa tiran yang masih bocah sekalipun (thugyanan) harus dihabisi, termasuk sesungguhnya yang terdapat dalam diri kita sendiri, termasuk juga kesombongan pada Nabi Musa. Oleh karena itu, bunuh tiran di dalam diri kita. ini merupakan peringatan keras yang ditujukan Nabi Khidir kepada Nabi musa. Bagaimana bisa mengalahkan Fir’aun yang bersifat sombong kepada Allah, sedangkan Musa sendiri juga bertingkah sombong (merasa paling pintar) di hadapan kaumnya yang lemah.
Bedanya syariat Nabi khidir dan Nabi Muhammad adalah bahwa syariat Nabi Muhammad banyak bersifat spiritual dan gradual. Oleh karena itu, perlu waktu untuk penerapannya. Ini berbeda dengan syariat pada pelajaran Nabi Khidir dan Nabi Musa yang berlangsung singkat. Oleh karena itu, hati-hati dalam mentafsirkan kejadian yang terjadi pada zaman Nabi Musa karena syariat yang kita pakai adalah syariat Nabi Muhammad. Proses refleksi diri harus berlangsung sadar di dalam diri seorang pemimpin.
Pemimpin yang cerdas akan menggali setiap nilai di balik setiap tindakan dan perilaku fisik. Sebagaimana dalam setiap organisasi juga ada etika dan filosofi di balik prosedur dan aturan main yang baku. Kembali lagi kita harus menanamkan nilai kebersamaan.
Pelajaran ketiga yaitu membangun dinding. Hal ini berarti membangun organisasi dan mempersiapkan generasi yang lebih baik. Kaderisasi pada apapun organisasi sering dipandang sebelah mata karena banyak yang beranggapan tidak dapat memberikan keuntungan secara konkrit. Padahal kaderisasi/ regenerasi merupakan langkah untuk mempertahankan organisasi sehingga organisasi tersebut dapat berkembang lebih baik dari sebelumnya.
Salah satu faktor kelemahan Bani Israil yang belum disadari oleh Nabi Musa saat itu adalah pemahaman mereka tentang sejarah perjuangan kolektif amat lemah. Orang-orang yang sibuk berebut dan mengejar jabatan formal, biasanya abai terhadap aspek pertanggung jawaban dan pertanggung-gugatan. Kita harus menjalankan peran organisasi sebagai generasi pembangun, bukan generasi perusak.
Dari pelajaran perjalan Nabi Musa dan Nabi Khidir, ada tiga pelajaran yang dapat kita petik hikmahnya yaitu,
penulis : Iwan Nurfahrudin
dari kajian TPD PPSDMS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar