Eksploitasi Birahi Berjubah Wali
Thursday, 16 February 2012 09:54
Habib
muda
yang
sedang
naik
daun
diadukan mencabuli puluhan jamaah pria remaja, dengan dalih
doktrin ketaatan pada wali. Korban terindikasi kecanduan dan
dikhawatirkan mengalami penyimpangan orientasi seksual. ***
Sepucuk surat panggilan dilayangkan pihak Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Surat yang diteken Ketua
KPAI, Maria Ulfah Anshor, tertanggal 13 Februari 2012, itu
ditujukan kepada Habib Hasan bin Ja'far Assegaf, beralamat di
Jalan K.M. Kahfi, Gang Manggis, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta
Selatan.
Dijadwalkan, pihak terpanggil diperiksa Wakil Ketua KPAI,
Asrorun Ni'am Sholeh, pada Jumat besok pukul 14.00
WIB. Pemanggilan Hasan oleh KPAI itu terkait statusnya sebagai
terlapor atas pengaduan yang cukup serius untuk seorang
tokoh agama: "kekerasan psikis dan kekerasan seksual".
Sebelumnya, pada 16 Desember, Hasan dilaporkan ke polisi
atas tuduhan telah melakukan pencabulan. Namun, hingga
pertengahan Februari, polisi belum juga memanggil dan
memeriksa terlapor. Aparat penegak hukum itu kalah sigap
ketimbang KPAI, yang langsung melayangkan pemanggilan
setelah menerima pengaduan pada Selasa, 7 Februari.
Meski berusia muda, 38 tahun, dan namanya belum lama
mencuat, Hasan Assegaf bukan sosok sembarangan. Ia ikon
kunci Nurul Musthofa (NM), majelis taklim yang 10 tahun
terakhir naik daun, menjadi magnet baru bagi puluhan ribu
anak muda Jakarta dan sekitarnya.
NM masuk dua terbesar majelis taklim di Jakarta, selain Majelis
Rasulullah pimpinan Habib Mundzir Al-Musawa. "Ciri khas
Nurul Musthofa suka menggelar pengajian sambil menutup
jalan raya," kata Usman Arai, salah satu perintis NM yang telah
keluar tiga tahun silam. Itulah sebabnya, NM kerap menuai
sorotan. Pengaduan pelecehan seksual ini menambah panas
sorotan terhadap majelis pencinta habaib itu.
Korban yang mengadu adalah murid-murid lingkaran dekat
sang habib. Sebagian malah kerabat sejumlah orang yang
berperan penting dalam merintis pengembangan majelis itu.
Empat di antaranya tercatat putra keluarga habaib. "Saya
merasa sakit dan diinjak-injak. Rasanya muka saya seperti
ditempeleng dengan kotoran sapi," kata Hasyim Assegaf, 48
tahun, seorang perintis NM, yang sepupu dan keponakannya
jadi korban pencabulan.
Terbongkarnya skandal Hasan itu terpicu somasi yang
dilayangkan Hasan kepada delapan orang, November 2011.
Seorang pengusaha pencinta habib, sebut saja Edo, yang
ditemui Gatra di rumah Hasyim Assegaf di Jagakarsa,
menjelaskan bahwa masalah ini bermula ketika korban cabulan
Hasan mengadu kepada kakak perempuannya. Si kakak
mengadukan kepada guru mengajinya, Maryam, di Jagakarsa.
Maryam adalah menantu Haji Atung, sosok yang pada tahun
2000-an sempat menampung Hasan bin Ja'far di rumahnya.
Setelah mendapat laporan, Maryam melarang muridnya datang
ke NM. Berita ini menyebar ke beberapa pihak. Informasi itulah
yang membuat Hasan gerah dan melayangkan somasi.
Dua orang yang turut disomasi adalah Maryam dan Usman
Arai, orang yang pertama kali mendatangkan Hasan dari Bogor
ke Jakarta. Mereka yang mendapat somasi kemudian sepakat
membongkar kasus pelecehan seksual Hasan.
Pihak yang disomasi dan korban pelecehan Hasan sempat
menghadap Habib Rizieq Shihab, Ketua Front Pembela Islam
(FPI). Rizieq diminta menjadi penengah antara Hasan dan
korban. Sebulan setelah menghadap Rizieq dan tidak ada
kemajuan berarti, kasus ini dilaporkan ke Polda Metro Jaya,
karena ancaman pada korban dan keluarganya terus
meningkat.
Asrori S. Karni, Haris Firdaus, Mukhlison S. Widodo, dan
Gandhi Achmad
[Laporan Utama , Gatra Nomor 18/15 Beredar Kamis, 16
Februari 2012]Status "Wali" Menjerat Anak Muda
Thursday, 16 February 2012 09:40
Majelis taklim Hasan di Jakarta pertama kali bertempat di rumah
Haji Atung, Kampung Kandang, Jagakarsa. Promosi kewalian
Hasan membuat banyak anak muda tertarik. Beberapa orang
kaya terpikat menjadi donatur. Dana itu, antara lain, untuk
promosi lewat spanduk, baliho, umbul-umbul, dan website.
Haji Atung termasuk salah satu penyumbang. Donatur utama
lainnya, sebut saja Haji Nuril, dari Cilandak. Rumah Hasan yang
kini disebut Istana Segaf di Ciganjur berdiri di atas tanah hibah
ayah Nuril. Sebelum Istana Segaf jadi, Hasan sering tinggal di
rumah Nuril, plus difasilitasi memakai mobil Nuril.
Sialnya, kata Edo, anak Haji Atung dan Haji Nuril juga jadi
korban cabulan Hasan. Pada Mei 2009, Hasan dan istrinya
menunaikan umrah, dibiayai seorang pengusaha. Dalam
rombongan itu ada sang pengusaha, Haji Nuril dan istri, serta
anaknya, Harun, bukan nama sebenarnya. Rombongan ini
menginap di Hotel Hilton.
Menjelang tengah malam, Hasan minta istrinya membeli jus.
Sang istri berangkat bersama Haji Nuril dan istrinya. Saat itulah,
Hasan memanggil Harun ke kamar. "Saat pulang, istri Haji Nuril
menemukan Harun di kamar Hasan sedang dipangku Hasan,"
tutur Edo.
Sewaktu kejadian di Mekkah itu, Harun berusia 15 tahun. Sejak
usia 12 tahun, Harun sudah dicabuli Hasan. “Pada waktu umur
12, kemaluan Harun belum bisa bangun. Hasan kasih dia
minum paksa obat perangsang,” kata Edo. Proses pelecehan
seksual itu terus berlangsung sampai tahun lalu. “Dari sekian
korban, Harun paling hancur mentalnya,” Edo menambahkan.
Wakil Ketua KPAI, Asrorun Ni'am, mensinyalir, tindakan
pelecehan seksual itu membuat korbannya kecanduan.
Akibatnya, orientasi seksual korban dikhawatirkan menyimpang.
"Takutnya sekarang mereka addict," katanya. Tanpa Hasan,
beberapa korban dikabarkan melakukan aksi yang diajarkan
Hasan dengan sesama temannya.
Ada pesan BBM antarkorban yang berisi ajakan untuk saling
beraksi di kamar mandi. Ni'am berpandangan, para korban
harus menjalani rehabilitasi supaya potensi penyimpangan
orientasi seksual itu hilang.
Dalam perbincangan keluarga korban dan KPAI berkembang
kesan, polisi lamban menangani kasus ini. "Harusnya dua
minggu cukup untuk mendalami keterangan saksi. Setelah itu,
pelaku bisa dipanggil," ujar sumber di KPAI. Ada dugaan, polisi
takut memeriksa Hasan karena banyaknya massa NM. Tapi juru
bicara Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto, membantah takut.
"Tidak ada rasa takut bagi kami. Anggota kami saja yang
bersalah pasti ditangkap. Apalagi ini masyarakat biasa," katanya.
Terlapor belum diperiksa, kata Rikwanto, karena penyidik masih
ingin mengonfirmasikannya kepada saksi ahli bahasa. "Yang
dilaporkan statusnya masih terlapor, belum tersangka," kata
Rikwanto kepada Deni Muliya Barus dari Gatra.
Tanggapan pro dan kontra berkembang di Kampung Kandang,
Jagakarsa, kawasan yang menjadi basis awal pertumbuhan
majelis itu. Perbincangan yang diikuti Gatra di Masjid Al-Akhyar,
Kampung Kandang, Senin lalu, memperlihatkan resistensi
mereka pada NM. Masjid yang dikelola Haji Atung ini dulu
tempat pertama Hasan berdakwah. "Nggak di sini saja, Mas,
yang menolak. Warga Jagakarsa, Cilandak, sampai Condet pun
pada menolak," kata seorang pengurus masjid.
Di sisi lain, ada dukungan tokoh masyatakat setempat,
Murtanih. Penolakan warga, kata Murtanih, hanya suara
sebagian. "Adanya Numus (Nurul Musthofa) ini sangat besar
manfaatnya dibandingkan dengan mudaratnya," kata Murtanih.
Anak muda Kampung Kandang jadi mudah diajak mengaji.
"Daripada remaja kelayapan nggak jelas, mending mereka
ngaji," tuturnya.
Kepala SD Negeri Lenteng Agung 12 itu juga mendengar
selentingan soal skandal seksual Hasan. Tapi ia
menyerahkannya pada proses hukum, takut jadi fitnah. Ia
menjadi jamaah Hasan sejak 1998. "Saya tahu kepribadiannya.
Dia orang baik dan santun. Kalau dia sampai melakukan seperti
itu, tidak mungkinlah. Buktinya, jamaahnya terus berkembang,"
katanya.
Empat anak Murtanih juga jamaah NM. Murtanih memang
sering mengajak keluarga, anak dan istri, ikut pengajian NM. Ia
merasa, anak-anaknya tambah pintar mengaji, juga membaca
ratib. "Jadi, tidak benar warga menolak Numus hadir di
Kampung Kandang," ia menegaskan.
Gatra menempuh berbagai cara untuk mengonfirmasikan
tuduhan itu kepada Hasan bin Ja'far. Gatra meminta waktu
wawancara melalui Koordinator NM, Abdulrahman. "Sudah
saya sampaikan, tapi Anda tahu sendiri, jadwal habib padat
sekali," kata Abdulrahman. Sandy Arifin, yang di beberapa
media mengaku sebagai pengacara Hasan, tidak merespons
telepon dan SMS Gatra. Surat elektronik melalui Facebook dan
e-mail Hasan Assegaf juga tak ditanggapi.
Saat pengajian di makam Habib Kuncung, Kalibata, Sabtu
malam lalu, Gatra menyerahkan kartu nama, sekaligus minta
wawancara. "Oh ya, dari Gatra," begitu tanggapan Hasan. Senin
malam lalu, saat Hasan melakukan pengajian di Kalibata Utara
V, Gatra kembali hendak berkonfirmasi.
Usai pengajian, Hasan menuju kendaraannya yang terparkir di
sebuah gang sempit. Gatra menjabat tangan Hasan dan
menyampaikan konfirmasi. Hasan hanya menjawab, "Oh ya, ya,"
sembari melenggang masuk Toyota Camry hitam nomor B-1-
NM.
Asrori S. Karni, Haris Firdaus, Mukhlison S. Widodo, dan
Gandhi Achmad
[Laporan Utama , Gatra Nomor 15/18 Beredar Kamis, 16
Februari 2012]"Kami Disuruh Mijitin"
Thursday, 16 February 2012 09:45
Gatra berhasil memperoleh testimoni sejumlah korban. Salah
satunya, sebut saja Mamat, yang mengaku dicabuli Hasan sejak
2002 sampai 2006, ketika berusia 18-22 tahun.
Modusnya belum separah korban pasca-2006. Saat punya
hasrat, Hasan memanggil korban ke kamarnya via SMS, telepon,
BlackBerry Messenger (BBM), atau pesan Facebook.
Gatra memperoleh copy perbincangan pesan Facebook Hasan
dengan akun "Mengemis Doa Kalian" dengan salah satu
muridnya. Ada beberapa istilah dan kode khusus yang dipakai.
Misalnya, Hasan mengajak "spg", "dicolein", membawa "vcd
beef", minta "ditelen", "yg hot ok", atau "musti lebih hebat
mainnya". Pesan lain mengisyaratkan permintaan murid beraksi
berdua di depan Hasan.
"Kami disuruh mijitin," kata Mamat saat ditemui Gatra, Kamis
pekan lalu, usai mengadu ke KPAI. Setelah memijit kaki, Mamat
ditawari untuk dibersihkan hati dan nafsunya. "Saya disuruh
nyium bibirnya, nelen ludahnya, dan nyium dadanya," tutur
Mamat.
Hasan minta diperlakukan bagaikan pacar Mamat. "Lampiasin
semua nafsu ente ke ane kalau ente mau dijaga nafsunya sama
ane," kata Hasan, ditirukan Mamat. Hasan mengklaim, tindakan
itu dilakukan dalam kapasitas sebagai wali. "Ini hal wali. Ane
melakukan ini buat ngeredam nafsu ente supaya nggak liar,"
tutur Hasan.
Awalnya Mamat percaya. Pada 2006, Mamat melawan. Lantaran
diminta mencopot sarung Hasan. Tahun 2007, Mamat keluar
dari NM. Ia tak bercerita kepada keluarga. "Saya malu," katanya.
Ketika kasus ini meledak pada 2011, Mamat tak bisa lagi
menyimpannya. Apalagi, adik kandungnya, sebut saja Andi, 19
tahun, juga jadi santapan Hasan.
Andi dicabuli sejak 2006, ketika berusia 13 tahun. Mamat marah
besar. "Saya tidak bisa toleransi lagi. Ini bukan wali. Saya harus
menghentikan," ungkapnya, geram. Kepada Andi, Hasan
meyakinkan hendak menghilangkan kejahatan dalam tubuhnya.
"Daripada nanti kebejatan ente dibuka Allah di Padang
Mahsyar, lebih baik dibuka ke ane. Biar ane yang nanggung,"
kata Hasan.
"Adik saya disuruh cium bibir, nelen ludah, gigit lidah,
kemaluannya dipegang-pegangin," ungkap Mamat. Kepada
korban lainnya, perilaku Hasan lebih buas. Hasan sampai
melakukan sodomi dan oral sex. "Kalau oral, sampai ada gaya
69 segala,"papar Mamat.
Kepada korban, Hasan royal. Mereka diberi uang saku Rp
50.000 sampai Rp 700.000. Ada yang dikasih ponsel. Doktrin
kewalian pembungkus aksi cabul itu, kata Mamat, disampaikan
secara pribadi, tidak dalam pengajian terbuka.
Perilaku Hasan makin merajalela sejak 2006. "Karena dia mulai
punya rumah sendiri," katanya. Sebelum itu, Hasan
menumpang tinggal berpindah-pindah pada sejumlah jamaah
kaya pencinta habib. Pada 2002, menurut Mamat, aksi cabul
Hasan pernah terbongkar. Ada korban yang mengadu kepada
keluarganya, tapi diselesaikan secara kekeluargaan. "Hasan
ngaku dan taubat," kata Mamat.
Kepada Mamat, Hasan pernah bilang, aksinya berhenti sendiri
setelah menikah. Mamat dan keluarga korban percaya dan
sepakat meredamnya. Ternyata, setelah Hasan menikah pada
2004, aksinya berlanjut. Korban terbanyak adalah remaja yang
sehari-hari tinggal di rumah Hasan di Gang Kahfi, Jagakarsa,
untuk membantu operasional NM.
Salah satu korban yang dipaksa melakukan oral sex dan
mengonani Hasan adalah Jeki, sebut saja begitu, sepupu
Hasyim Assegaf, sosok berada yang pernah memfasilitas
berdirinya NM. Gatra menemuinya usai melapor ke Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Selasa lalu. Aksi cabul
Hasan, kata Jeki, untuk mengeluarkan setan dari tubuh korban.
Apakah korban menikmati? "Enggak, kami semua berat. Kami
kayak dicuci otak, kalau nggak nurutin, nanti kualat," kata Jeki
kepada Taufiqurrohman dari Gatra. Ada keinginan keluar dari
jerat Hasan. "Tapi kami tuh kaya terikat. Kami pengen keluar,
tapi ada saja ancaman dalam batin. Ntar kami dimusuhin,
dibilang durhaka, pokoknya diintimidasi," katanya. "Kami selama
ini tertipu mata melihat dia punya murid ribuan, ditambah
doktrin-doktrin itu."
Selasa sore, saat di LPSK, Jeki tiba-tiba menerima BBM dari
temannya yang masih bergabung di lingkaran Hasan. Sebut saja
Isal. Ia menunjukkan gelagat ingin keluar. "Ana tidak bisa lagi
bersandiwara atas hal ini. Ini fakta dan bukan hasud," tulis Isal
dalam BBM-nya kepada Jeki. Ia berharap, makin banyak
temannya di lingkaran Hasan yang mau keluar.
Asrori S. Karni, Haris Firdaus, Mukhlison S. Widodo, dan
Gandhi Achmad
[Laporan Utama , Gatra Nomor 15/18 Beredar Kamis, 16
Februari 2012]
Yesterday at 5:35pm · Like · RemoveAda yang sudah punya link bantahan Hasan? Baca gatra, belum ada juga.Malah dapat cerita baru korban. Sekitar tahun 2007, hasan cari makan siang di kawasan menteng.Hasan naik toyota vios bersama 3 murid lelakinya. Hasan duduk di depan, di sopiri muridnya, Royan. Dua murid lainnya, refi dan ahmad duduk di belakang. Nah, pas sampai perempatan tendean, Syahwat Hasan menggeliat. Saat lampu merah. Hasan menyuruh refi dan ahmad saling mengocok kemaluan mereka. Refi mengonani ahmad, ahmad mengonani refi. Hasan? Tentu tak ketinggalan, dia mengocok royan. Muridnya sempat, protes. "Malu, bib, siang2 itu ada bus di sebelah."Udah. Gak kelihatan"rayu Hasan. Lantas, Hasan pun memberi komando, agar onani bareng dilakukan."Mulai. Ya sampai hitungan ke 100, 1, 2,3...100.. Udah" ujar hasan puas. Lampu hijua, vios kembali melaju ke arah menteng. Dari menteng hasan dan murid2nya, ziarah ke makam habib kuncung di kalibata..
astaghfirullah.....ziarah dlm keadaan junub dong?
Jumat, 17/02/2012 15:56 WIB
FPI Desak Polda Metro Jaya Periksa
Habib H
E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta - Front Pembela Islam (FPI) mendesak agar
Kepolisian Daerah Metro Jaya segera memeriksa Habib
H. Seorang habib terkenal di Jakarta itu dilaporkan
karena diduga melakukan tindakan pelecehan seksual.
"Kita desak Kapolda untuk segera proses hukum jangan
sampai ditunda-tunda, periksa siapa yang melakukan,
saksi diperiksa juga," pinta Ketua DPD FPI Jakarta,
Habib Salim Alatas kepada wartawan di Mapolda Metro
Jaya, Jakarta, Jumat (17/2/2012).
Pria yang biasa disapa Habib Selon itu mengatakan,
pihaknya telah mengetahui permasalahan Habib H
tersebut. Bahkan, kata dia, FPI telah memediasi Habib
H dengan para korban.
"Sikap FPI soal masalah yang diduga melakukan
pelecehan terhadap muridnya, kami FPI sudah mediasi
dari tingkat korban dan pelaku," kata Selon.
Namun, lanjutnya, dalam mediasi itu kedua pihak tidak
menemukan kesepakatan. Sehingga pihak korban
menempuh jalur hukum untuk menindaklanjuti kasus
tersebut.
"Dalam mediasi ada kegagalan, kita serahkan kedua
pihak untuk menjalankan proses hukum. Sekarang sudah
ditangani pihak Polda Metro Jaya dan kita dukung
prosesnya," jelasnya.
Ia menjelaskan, kedua pihak tidak menemukan
kemufakatan selama mediasi karena adanya kesalahan
pahaman informasi.
"Ini mungkin ada salah informasi, jadi belum pasti
berbuat tapi dibilang berbuat makanya diserahkan ke
polisi, makanya FPI bersikap seperti itu," tutupnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Habib H dilaporkan
oleh 11 pemuda ke Polda Metro Jaya pada 16
Desember 2011 silam. Mereka melaporkan Habib H
atas tuduhan pelecehan seksual selama pengobatan
alternatif.
Polisi sendiri mengaku kesulitan menyelidiki kasus
tersebut, karena para korban melaporkan kasus yang
sudah terjadi selama bertahun-tahun. Saat kejadian itu,
para korban masih berusia belasan tahun.
Kemudian, tidak adanya saksi dalam kasus tersebut
semakin menyulitkan pihak penyidik.Jumat, 17/02/2012 15:30 WIB
Tak Penuhi Panggilan KPAI, Habib H
Hanya Kirim Utusan
Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Jakarta - Habib H diundang datang untuk menemui
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terkait
dugaan pencabulan yang dilakukannya. Namun Sang
Habib tidak dapat memenuhi panggilan itu. Dia hanya
mengirimkan utusan.
"Habib tidak bisa datang dan hanya mengirimkan
utusannya yang bernama Gondho Yudistiro," ujar Wakil
Ketua KPAI Asrorun Ni'am, di Kantor KPAI, Jalan Teuku
Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2012).
Kepada KPAI, Gondho menyampaikan klarifikasi
sementara. Selain itu keduanya juga nmenyepakati
adanya penjadwalan ulang pemanggilan Habib H yang
saat ini sedang ada kegiatan di Bogor.
"Akan di-reschedule jadwal. Insya Allah secepatnya,
Senin atau Selasa yang akan datang," imbuh Ni'am.
Gondho datang seorang diri dengan mengenakan
kemeja batik coklat kehitaman. Pertemuan dengan KPAI
digelar selama sejam, sejak pukul 14.00 hingga 15.00
WIB.
Habib H diadukan beberapa eks jemaatnya terkait
dugaan pencabulan yang terjadi sejak 2002. Korban
melaporkan H kepada Polda Metro Jaya pada 16
Desember 2011 dengan nomor laporan polisi LP/4432/
XII/2011/PMJ/Dit.Reskrimum. Korban sudah diperiksa
demikian juga H. Polisi belum menetapkan tersangka
dalam kasus ini.
Korban H yang dahulu masih remaja kini sudah berusia
dewasa. Mereka baru memiliki keberanian untuk
melakukan pengaduan. Sejumlah korban yang masih
berusia 20-an tahun ini juga sudah meminta
perlindungan LPSK.
Sementara itu pengacara habib, Sandy Arifin, yang
dikonfirmasi detikcom membenarkan bahwa dirinya
sudah ditunjuk sebagai kuasa hukum habib sejak
Desember lalu. Namun dia akan berkonsultasi dahulu
dengan habib untuk memberikan penjelasan yang
benar.
Jumat, 17 Februari 2012
Mengaku Wali, Seorang Habib Mencabuli Belasan Murid Lelaki
Today, 10:31 AM#145NewbieToday, 10:32 AM#146NewbieToday, 02:22 PM#147BeginnerToday, 03:45 PM#148NewbieToday, 04:30 PM#149NewbieToday, 04:32 PM#150Newbie
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
copyrigt; Juned Topan.. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar